Ashraf Success Story

Author: Mohamed Ashraf Khalaf Alla
Ashraf15
    1. Joined: 2005

    2. Coach: Susiana Rusanti

    3. Financial Independent 2007

    4. Financial Freedom 2008

    5. Time Freedom 2009

    6. Economically Free 2010

Mencapai keadaan Economically Free (EF) adalah yang dicita citakan oleh sebagian besar teman teman saya anggota komunitas ini. Keadaan dimana seseorang bisa santai tidak harus ikut Rat Race sebagian besar penduduk dunia dalam mencari nafkah setiap harinya; keadaan dimana kita harus bekerja untuk memperoleh uang. Sebaliknya keadaan terjadi dimana uanglah yang bekerja untuk kita. Beberapa sahabat saya di komunitas ini memang sudah mencapainya.
Apa yang ingin saya ceritakan adalah keadaan yang ‘tidak lazim’. Para sahabat saya itu gabung ke komunitas dulu baru kemudiannya mencapai EF. Sedangkan saya sebelum bergabung ke klub yang tercinta ini malah sudah lebih dulu setiap harinya saya sudah EF; paling tidak, demikianlah yang dikatakan Coach saya – Susi.
Perkenalkan saya bernama Mohammed Ashraf Khalaf Alla, lahir (1955) di Pekalongan. Kota batik kelahiran saya itu saya tidak paham asal usul namanya. Ada yang bilang dulunya bernama Pek Along An, tapi ada juga yang bercerita dahulunya mulai dikenal setelah Bahurekso bersama anak buahnya berhasil membuka Hutan Gambiran/ Gambaran, atau dikenal pula Muara Gambaran dan melakukan yang disebut TAPA-NGALONG, ngumpet karena gagal didalam penyerangan ke Batavia, sebab kalau diketahui oleh Pemerintah Sultan Agung pasti ditangkap dan dihukum mati. Entahlah, bagi saya yang penting di perguruan komunitas ini saya belajar puasa Batman atau puasa Ngalong entah sama atau tidak tapi yang jelas kami melakukannya biar bisa seperti jutawan Bruce Wayne dari Gotham city
Image result for bruce wayne gotham picture
Bicara mengenai jutawan, ayah saya di NKRI mengharuskan anak anaknya termasuk saya tanpa kecuali hidup sederhana turun temurun atas arahan dari moyang saya setelah bermukim disini. Ayah saya seorang saudagar batik.. Hidup kelauarga saya sih pas pasan; maksudnya pas beli rumah bagus, pas beli mobil bagus… bisa beli barang barang bagus tetapi disisi lain harus bisa menghargai barang yang diberikan orang tua, harus mau merawatnya. Dari kecil saya sudah dididik untuk diarahkan menjadi businessman menggantikan ayah saya dan hasilnya memang seperti yang beliau inginkan. Lepas lulus SMA 3 Pekalongan saya dikirim ke Dubai untuk belajar manajemen dan teknologi di Institute of Management and Technology Dubai. Di negara Emirat Arab inilah kampung saya kedua dimana banyak sekali famili saya disana. Juga barulah setelah disana berangsur angsur saya tahu bahwa ternyata keluarga saya masih saudara dekat dengan Syeikh Maktoum Hasher Maktoum Al Maktoum. Itu tuh, masih paman saya, sipenggagas, pendiri dan pemberi sponsor A1 GP. Perusahaan milik keluarga saya membentang dari mulai pabrikan oil barrel, import/export, textiles, tradeshow management, electromechanical engineering, travel, tourism dan jasa konstruksi. 
Image result for Institute of Management and Technology Dubai
Meskipun masih ada keluarga raja tetapi saya kuliah harus mau gunakan kendaraan umum. Setelah hampir selesai kuliah saya diberi 2 tawaran dari keluarga yang susah ditolak. Pertama ikut mengurus bisnis keluarga disana dari El Maktoum dan kedua disodorkan foto seorang gadis cantik yang akhirnya sekarang jadi istri saya – Amal Higazi.
picturetopeople.org-919979a125f3ea53aea012d040e2d0e2dd78963a166ff66135
Singkat cerita setelah lulus bekerja dan menikah pekerjaan saya mengharuskan saya mondar mandir Dubai Jakarta. Ditahun 2005 waktu perjalanan kembali ke Dubai dari Jakarta dengan maskapai Emirate di kelas 1 pas disamping tempat duduk saya, diseberangnya (dibatasi aisle), 2 tempat duduk di dekat jendela ada seorang pria dan wanita Asia. Waktu saya kebetulan melihat mereka, sesuai kebiasaan adat timur sang pria memberi  senyum ramah tapi wanita disebelahnya yang pas di jendela hanya melihat sebentar lalu melengos buang pandangannya kembali ke jendela. Dari pandangannya yang sebentar itu saya melihat wajahnya yang cantik, sexy tapi sayang matanya merah dengan linangan air mata. Saya berpikir ada kemungkinan mereka ini sepasang kekasih atau suami istri. Baru saja saya duduk, yang pria segera memperkenalkan diri dan ajak ngobrol. Pria ini ternyata berwarga negara Malaysia dan bernama Encik Tauhid. Waktu saya tanya ke perempuan disebelahnya, kembali dia hanya menoleh sebentar, pria yang bernama Encik inilah yang menjawab: ‘nama dia Susi’ dan jadinya yang bernama Susi ini kembali buang muka ke arah jendela lagi. Inilah awal saya berkenalan dengan 2 anggota perguruan – Encik Tauhid dan Susiana Rusanti yang kemudiannya saya sama sekali tidak mengira akan berlanjut merubah total tatanan hidup saya.
encik01

Encik Tauhid

Sepanjang jalan saya terus ngobrol akrab dengan pak Cik sebutannya Encik. Beliau ini memang dasarnya senang ngomong, sangat ramah, beda dengan yang disebelahnya. Sombong amat, gerutu saya dalam hati. Waktu transit sebentar di Thailand, kami berjalan keluar pesawat bertiga. Sang wanita, Susi, terus diam saja seakan akan ia sedang jalan sendiri, tidak ada saya dan pak Cik. Agaknya pak Cik tahu tanda tanya dipikiran saya mengenai wanita ini. Beliau bilang: Don’t mind her. Dia lagi sedih meninggalkan pelatihnya di Jakarta cukup lama”. “Berapa lama?” saya jadi ingin tahu. Dijawab:’ yah sekitar sebulanlah”. Masya Allah, gumam saya dalam hati. Amal, istri saya, sering saya tinggal lebih dari 3 bulan dan dia biasa saja. Ini wanita yang hanya pisah sebentar dengan pelatihnya sebulan saja sampai pakai nangis segala. Jadinya saya ingin tahu siapa sih dan bagaimana sih pelatihnya ini.
Encik sebetulnya sudah mau jawab sepatah kata tapi langsung dia rem karena disenggol si Susi ini, agaknya kasih kode dan jadinya pak Cik batal teruskan jawabannya dan mengubah topik pembicaraan. Makin aneh saja. Obrolan saya dengan pak Cik terus berlanjut hingga saya stop di Dubai besok paginya sedangkan mereka akan terus ke Eropa. Ini lagi anehnya. Setelah sepanjang jalan ngobrol panjang hingga menjelang pisah, si wanita ini membisikkan sesuatu ke pak Cik dan kemudiannya dia pergi duluan mau makan Sushi. Jadi Susi ini mau makan Sushi tanpa ba bi bu lagi ke saya, sangat “sopan” sekali, terus ngeloyor pergi dan sebelum pisah yang bikin saya heran setelah, sebagaimana lazimnya orang bisnis saya kasih kartu nama saya, beliau ini malahan memberikan kartu nama Susi. “Ini pesan dari mbak Susi, katanya sewaktu waktu dia akan hubungi pak Ashraf’. Menyebalkan. Namun belakangan setelah saya pelajari ilmunya komunitas ini dan juga kemudiannya saya diberi tahu oleh Susi sebetulnya selama perjalanan itu pak Cik disuruh Susi melakukan apa yang namanya ‘prospecting’. Beliau gunakan jurus FORM(Family, Occupation, whichever Relevants dan Message); message itulah yang disampaikan Susi bahwa dia ingin ketemu saya.
Dua hari berselang saya masih terbayang wajah cantiknya Susi. Eh, waktu lagi meeting mendadak masuk sms dari Susi sekedar mengingatkan saya bahwa dia adalah Susi yang saya kenal waktu di pesawat terbang. Tentulah saya ingat. Tidak mudah bagi saya melupakan wajah cantik. Dilanjut 3 hari kemudian dan hari ke 4 (metode 2 3 4) dia telpon langsung dan dia bilang seminggu lagi dia mau transit di Dubai sekalian minta ketemu. Wah tentu dong namanya mau ketemu wanita cantik, apalagi yang namanya Ashraf itu terkenal hingga sekarang di komunitas ini sebagai Ladies’ man.
Singkat cerita lagi saya ajak makan di Burj Khalifa, tower tertinggi di UAE yang waktu itu masih belum diresmikan tapi sudah mulai soft opening.
Image result for burj khalifa

Burj Khalifa

Waktu dinner time, saya heran dia datang sendiri dan tentu saya tanya mana suaminya, Encik Tauhid? Tentu dong ini kiat pria nakal bertanya yang pertanyaan sesungguhnya adalah ‘sudah menikah belum?’ Tapi agaknya wanita ini tak bisa dijebak. Dia cukup jawab singkat – di Malaysia, lalu dilanjut ke pembicaraan yang lain. Jadinya kan saya mengira memang dia ini istrinya pak Cik.
Selama waktu makan malam itu kesan saya terhadap wanita ini selalu kontroversial. Baju jelas bukan dari butik, tas pastinya buatan Tajur (Bogor) saja, jam plastik Swotch, tidak ada perhiasan emas sedikitpun yang menempel selain giwang kecil,…sangat sederhana. Waktu saya akan merokok dan iseng saya tawarkan, dia menolak halus tapi dia mengeluarkan cerutu dari Havana, langsung menhisapnya. Kalah deh saya. Dulu memang baik saya maupun Susi masih perokok, sekarang kami sudah stop. Waktu saya tawarkan sushi, kembali dia menolak, sambil mengeluarkan beberapa kaleng kecil dari dalam tasnya dan menawarkan saya – kaviar ikan beluga yang high grade karena warnanya hitam agak pucat dari laut kaspi, wow, itu harganya sekitar US$700/ons. Kemudian dia order Cognac.
Image result for cognac napoleon xop
Dia bilang VSOP tapi mungkin pelayannya kurang mengerti. Waktu datang kembali seperti biasa aturan mainnya siwaiter menuang sedikit digelas untuk dicoba. Susi mencicipi sedikit dan menggelengkan kepala sambil bilang: ini VSOP, saya minta Napoleon XOP (dalam bahasa Inggris). Wah, kalah set lagi deh saya. Itulah yang saya bilang kontroversial. Di satu sisi wanita ini sangat sederhana tapi disisi lain punya ‘excellent taste!’. Selesai jamuan makan kira kira siapa yang bayar? Saya atau dia atau masing masing? Ternyata dia yang bayar saudara saudara. Heh, berarti banyak nian uangnya. Pupuslah langsung kesan saya bahwa wanita ini sombong, tidak sopan, dst dst…karena ternyata orangnya sangat sangat ramah, meskipun dasarnya pendiam.
Selama makan malam itu sebetulnya saya cukup berusaha keras ingin tahu siapa pelatih yang membuat dia sedih dan pelatihan di bidang apa, tetapi dia selalu bertahan tidak mau menjelaskannya. Ini membikin saya makin dan makin penasaran. Setelah pertemuan itu mungkin ada kira kira sebulan kemudian masuk ke inbox email saya dalam bahasa Arab dari seseorang yang mengaku temannya Susi dan bernama Zizette Mahmoud, dari Cairo, Mesir.. Zizette (baca: Zizat) ini menulis dalam emailnya untuk meminta ketemu dengan tujuan ingin menjelaskan apa yang sebelumnya saya selalu ingin tahu mengenai pelatih dan pelatihannya. Karena kebetulan saya memang akan ada jadwal ke Cairo jadinya saya langsung sepakat untuk bertemu beliau ini.
Singkat cerita lagi saya ketemu Zizette di restaurant Al Takiya, Cairo, restaurant yang katanya bapak pelatihnya Susi juga senang makan disitu.  Jadi sang bapak pelatih juga pernah sampai ke Mesir?
Image result for eltekiya cairo

Al Takiya

Ada sedikit lucu waktu bertemu mbak Zizette ini. Pertamanya saya senang ternyata simbakyu ini secantik Cleopatra. Keduanya waktu saya mencoba berbahasa Arab, dia malah ketawa dan menimpali dalam bahasa Indonesia: “bapak ini bicara dalam strange Arabic”. Saya jadi malu, memang benar juga dan bukan pertama kali saya ditertawakan oleh orang orang dari jazirah Arab mengenai ‘lucu’nya saya berbahasa Arab. Jadi sepanjang pertemuan itu saya dan Zizette bicara dalam bahasa Indonesia di salah satu negara Arab; he he he…
Zizette menceritakan segala sesuatu mengenai sang pelatihnya Susi, karena Susi adalah pelatih Zizette dan tak lupa dia jelaskan jenis pelatihannya. Selesai ketemu Zizette bukannya segala sesuatu menjadi jelas malah jadi bikin saya tambah bingung. Karena baik Susi maupun Zizette bercita cita mencapai keadaan yang disebut EF, sedangkan saya ini sudah EF. Kalau saya mau bisa saja saya ini setiap hari kerjanya hanya jalan jalan keliling dunia kapanpun saya mau karena warisan untuk saya sudah diberikan meskipun sejak kedua orang tua saya masih hidup dan akan lebih dari cukup untuk lebih dari 7 turunan. Saya pernah disindir oleh Zizette yang kemudiannya jadi pelatih saya, katanya, kalau orang orang umumnya nyuruh office boy belikan rokok biasanya kembalian uangnya tidak dihitung lagi tetapi kalau saya (menurut Zizette) beli mobil apa saja pasti uang kembaliannya tidak saya hitung lagi. He he he….
Namun hati kecil saya seakan terus diberondong pertanyaan untuk cari tahu apa sih pelatihan ini. Makanya meskipun waktu itu belum memutuskan untuk setuju mulai berlatih saya lakukan dulu tanya jawab melalui chatting dengan Zizette. Saya kemukakan keadaan saya secara finansial sekarang ini dan saya harus bagaimana lagi? Di Dubai ini saya kemana mana diantar supir naik Maybach, kakak kelasnya Mercedes Benz. Intinya jika saya ikut pelatihan maka apa yang bisa saya dapatkan manfaatnya dari pelatihan ini? Ternyata Zizette tidak bisa menjawab dan meminta saya kasih kesempatan dia bertanya ke Susi. Tentu saya persilahkan karena dalam hati saya ini sudah bergemuruh rasa keingintahuan mengenai pelatihan ini. Besoknya Susi langsung yang menjawab via telpon satelitnya. Ini satu lagi kontroversi, aneh kan, Hpnya Susi itu sangat kuno yg biasa dijuluki HP sejuta umat, tetapi disisi lain dia punya Toraya, HP satelit yang jelas mahal harganya. Berikut inilah jawaban Susi yang sangat menggugah saya dan selalu saya ingat:
“Indikator sukses di pelatihan ini adalah dengan mulainya memiliki keadaan yang Healthy (Sehat), Wealthy (Kaya) dan Wise (Bijaksana). Jika pak Ahraf tidak ingin memiliki 1 saja dari ketiga itu maka end of this conversation mengenai pelatihan tetapi kita tetap berteman baik jangka panjang.”
Untunglah indikator sukses itu Healthy, Wealthy and Wise, bukan terakhirnya Happy karena kalau saja ‘Bahagia’ termasuk disitu berarti tidak satupun dari ketiga Success Indicator itu merupakan impian saya. Dari sinipun jelaslah bahwa saya memutuskan untuk mengikuti pelatihan ini dengan tujuan menjadi orang yang arif bijaksana.
Dimulailah perjuangan. Ya, saya bilang demikian, pelatihan yang saya pikir sebelumnya akan sangat mudah. Dengan kondisi keuangan saya yang sudah Financial Freedom memang mudah mengantongi peringkat Square tanpa hambatan sedikitpun. Bisa dibilang dari mulai Square 0 saya terbang langsung ke 10. Tetapi giliran di ilmu pengetahuannya (Level) saya sungguh kedodoran, naik bagai merangkak. Terbuktilah saya memiliki sifat yang buruk, lebih tepatnya tidak terpuji, tercela, apapun yang bisa disebut, itulah saya dulunya sebelum dirubah total oleh komunitas ini.
Pertamanya saya harus bisa hidup sederhana, hilangkan budaya konsumtif, sampai harus puasa guna tahu artinya menahan lapar. Wah, repot sekali. Karena selalu terjadi pertanyaan kepada diri saya sendiri; buat apa? Manfaatnya apa? Dulunya saya selalu berpikir orang harus hidup sederhana guna menekan pengeluaran agar bisa kaya. Jadi untuk saya berarti tidak perlu. Sulit buat otak saya untuk bisa menerimanya. Tentunya Zizette selalu mengingatkan dan menjelaskan bahwa motto hidup sederhana di komunitas ini adalah sebagai salah satu upaya kita mngendalikan hawa nafsu. Karena selain pola hidup sederhana kita juga dilatih berpuasa dalam berbagai jenis mulai dari pantang makan beras, diet macan (pantang daging), berlatih jadi vegetarian hingga puasa mutih yang bagi saya sejak lahirnya di daerah Jawa memang bukanlah sesuatu yang asing, namun namanya melakoni puasa itu sendiri berat bagi saya. Untuk berpuasa wajib di bulan Ramadhanpun saya sering bolong bolong.
picturetopeople.org-ad4ce0aeae3c9c33b7190ef341d3ea476ce6c9784ebe79709d (1)

Zizette Mahmoud

Sangat sulit di awal awalnya memang. Tetapi sekarang ini saya malah (maaf jangan ditiru) saya tanpa sadar dalam hati suka mencibir orang yang sok bermewah mewahan, apakah sebetulnya saya tahu orang itu sebetulnya tidak punya kemampuan atau kalaupun memang dia mampu tetap saja saya pandang aneh. Betullah kemudiannya saya rasakan bahwa setiap kali saya bisa menahan diri untuk membeli atau bayar sesuatu kemewahan setiap kali itu pula saya ada rasakan kepuasan diri atas keberhasilan memerangi diri sendiri. Mohon janganlah diartikan bahwa komunitas ini mengajar kita untuk jadi pelit. O, salah sekali. Salah satu tipe manusia yang dibenci di komunitas ini justru yang demikian. Nanti saya sampai pada cerita saya mengenai ini.
Berikutnya yang berat dalam pelatihan saya selalu susah meluangkan waktu untuk pelatihan. Karena bagi saya pelatihan meski saya tahu itu ada gunanya tetapi awalnya masih sulit bagi saya untuk mensejajarkan dalam prioritasnya dengan kegiatan lain. Mungkin jika dijam yang bersamaan juga ada business appointment masih bisalah saya pindah waktu pertemuan bisnis tsb berhubung saya sudah freedom, tapi susahnya kalau harus disandingkan dengan sesuatu yang fun. Misalnya di waktu yang sama musti menemani anak saya berenang, atau main jetski sebagai hobi saya, atau..nah ini…pas ada janji ketemu cewek cantik… Benarlah yang ada dipikiran para pembaca memang dulunya saya ini sangat nakal. I can’t resist pretty faces. Apalagi dengan punya uang banyak. Terus terangnya hobi saya yang satu ini, julukannya womanizer, barulah berkurang hingga lenyap (mudah2an) setelah banyak berlatih diperguruan. Zizette memang juga cantik sih, tapi dia kan wanita baik baik dan bukannya awalnya saya belum pernah coba merayunya, tetapi memang gadis ini sudah well-trained hingga hatinya bisa seperti batu. Tentu menjengkelkan buat saya. Rasanya badan jadi berkerak seperti batu. Pelatih saya ini diiming-imingi apapun tetap tak tergoyahkan, bahkan sampai sampai saya utarakan mau melamar betulan buat second wife malah dia jadi ngamuk, Susi juga sempat ngamuk karena hal ini ke saya. Sempat ada hampir 3 bulan kedua wanita ini menutup pintu pelatihan buat saya. Selama 3 bulan itu saya merasakan adanya sesuatu yang hilang, sesuatu yang berguna. Benarlah apa yang Susi pernah katakan kepada saya dan itu katanya dia kutip lagi dari pelatihnya, bapak konseptor perguruan. Bahwa ‘sesuatu itu barulah akan kita rasakan dan hargai keberadaannya setelah sesuatu itu sudah tidak ada lagi’. Akhirnya setelah berkali kali sampai setengahnya mengemis barulah mbak Zizette ini mau lagi melatih saya. Itupun dengan syarat setiap kali dia sedia waktu buat coaching saya harus siap tanpa alasan apapun. Barulah mulai saat itu saya selalu hadir setiap jam pelatihan. O ya, kami berlatih selalu di Cairo tempat dimana pelatih saya bermukim. Seingat saya selama saya jadi siswa perguruan baru tiga kali Zizette ke UAE dengan ongkos dari saya. Paham betul saya ini bahwa yang butuh pelatihan adalah diri saya, bukan pelatih. Kehadiran siswa sebetulnya lebih condong membebankan pelatih. Tanpa sayapun, Zizette bisa sukses gemilang.
Soal tepat waktunya kehadiran pada setiap jam pelatihan tidaklah masalah bagi saya karena sudah adanya didikan jiwa bisnis membuat saya selalu hadir malah jauh sebelum waktu yang ditentukan; paling tidak sejam sebelumnya, karena aturan keluarga saya demikianlah. Dengan hadir sejam sebelum waktunya berarti saya akan berangkat jauh lebih awal dan sesampai ditempat banyak hal yang bisa saya lakukan sebelum pelatih tiba, seperti diantaranya baca buku, buka email, baca koran dan belakangan tambah satu ketrampilan lagi, yakni prospecting. Inilah materi pelatihan yang saya anggap terberat.. Dalam melakukan prospecting harga diri saya seperti dibanting, diobral murah. Saya harus memulai senyum dengan orang yang tidak saya kenal dan dalam tidak lebih 1 menit harus sudah bisa buka percakapan lalu kurang dari 10 menit kemudian harus bisa memperoleh nama berikut nomor telpon yang bisa saya hubungi di kemudian hari. Ini sangaaaat sulit bagi saya. Sadarlah saya bahwa dulu enak sekali saya mentertawakan Encik Tauhid waktu berusaha buka percakapan dan sekarang giliran saya kena batunya.
Aktivitas prospecting ini merubah diri pribadi saya secara drastis dalam waktu singkat. Saya jadinya punya banyak teman dari berbagai bangsa dari hasil usaha saya sendiri karena dulunya oranglah yang berusaha mendatangi saya untuk berkenalan. Sampai sekarang aktivitas prospecting ini terus saya lakukan itu.
Peristiwa mogoknya sang pelatih tersayang ini ternyata tidak hanya sekali, terjadi dua kali dan itu selalu datang penyebabnya dari saya. Ini satu lagi kisah seru. Di budaya Arab, sangat sulit seorang wanita itu bertemu lelaki yang bukan muhrimnya tanpa ada yang dampingi atau disebut chaperone. Zizette suka bawa adiknya yang cowok atau kakaknya Aiza Jasmine yang kurang lebih sama cantiknya dengan Zizette. Kakaknya ini juga belum nikah, masih single bell. Nah namanya saya ini tidak boleh lihat yang mulus kinclong, saya pikir, kalau adiknya tidak mau, kenapa tidak kakaknya? Disinilah kenakalan saya. Ilmu yang saya dapat diperguruan saya gunakan. Mulailah dilakukan prospecting khusus, ajak ketemu diam diam di Dubai, saya presentasi segala kehebatan diri saya lalu sepulangnya dia ke Cairo terus saja saya follow up sesuai prosedur Prospecting. Berujung pada gayung bersambut. Tiada rotan tambangpun berguna dan ini tambangnya cantik, yang kalau ditarik asyik.
Menyenangkan bagi saya tapi tentu tidak bagi Zizette dan Susi. Apalagi waktu disuatu kesempatan yang sudah saya cari dan atur saya utarakan akan meminang kakaknya dalam waktu dekat. Saya teringat betul bagaimana sipelatih saya itu tatap saya dengan sangat horrible look. Meskipun mata gadis mesir umumnya besar, bening nan indah bagai permata waktu itu jadi sesuatu yang tidak ingin saya lihat, mengerikan seakan akan mau menelan saya. Tanpa ba bi bu dia langsung angkat kaki meninggalkan pelatihan. Sejam kemudian saya terima telpon dari pelatihnya pelatih saya, Susi. Ada mungkin hampir sejam dia telpon isinya penuh dengan omel omelan dan diakhiri dengan terdengar jelas bantingan telponnya karena waktu itu dia pakai telpon biasa. Bukan selular. Ala maak! Padahal saya sudah berusaha membela diri dengan bilang ‘boleh dong saya berperilaku sangat baik, ekstra baik terhadap seorang wanita’. Agaknya bagi Susi ini bukanlah jawaban melainkan dia anggap sebagai suatu pernyataan perang.
Akhirnya saya menikahi Jasmine tanpa dihadiri Susi. Zizette sebetulnya dari tindak tanduknya jelas menunjukkan bahwa sebenarnya kalaulah bisa dia tidak mau ada di pernikahan saya yang kedua ini, namun berhubung yang menikah adalah kakak kandungnya maka itu namanya apa boleh buat. Saya ingat, waktu dia disuruh mamanya ambil pisau buat potong kue pernikahan, waktu pas melewati saya sengaja dia sempatkan berhenti sebentar menempelkan pisau itu dilengan saya, tanpa bicara. Semua yang hadir tidak menyadari kejadian itu, tapi saya tahu. Ngeri deh. Apalagi kalau terbayang si mbakyu Zizette ini seorang pendekar Merpati Putih dengan tingkat cukup tinggi. Dia belajar waktu lama hidup di NKRI.
Hal yang jelas, setelah menikah pelatihan langsung ditiadakan oleh Zizette meski saya selalu memintanya. Kali ini cukup lama pelatihan jadi vakum. Sekitar 9 bulanan. Itupun setelah Jasmine bantu saya memohon langsung ke adiknya itu dan itu masih belum cukup, Susi masih mensyaratkan satu hal lagi, saya harus ketemu pelatihnya yang juga kebetulan adalah konseptor perguruan. Jelaslah respons saya menjawab “ya” sampai 5x karena memang inilah sesuatu moment yang sudah lama saya tunggu tunggu, bertemu dengan perancang ilmu perguruan ini. Sebab selama itu saya hanya dengar selalu sedikit saja informasi mengenai beliau ini.
Image result for petronas tower
Hari, waktu dan tempat sudah diatur oleh Susi. Dari Dubai saya terbang ke Singapore dulu, sedangkan Susi waktu itu datang dari Tokyo ke Kuala Lumpur karena memang rendesvouz di Malaysia. Saya datang sehari sebelum Susi datang, makanya saya overnite dulu di Singapore baru besoknya ke KL. Sampai di hotel masing masing, karena hotelnya berbeda kami dijemput oleh pak Cik satu per satu. Kami kemudian menuju ke menara Petronas karena menurut info si bapak konseptor lagi ikut seminar Oil & Gas yang diadakan tiap tahun. Dengan sendirinya kami kesana dengan pakaian formal, jas lengkap dan Susi mengenakan blezer. Memasuki gedung kembar itu entah kenapa jantung saya berdebar saking penasaran ingin cepat tahu seperti apa sih orang yang selama ini dikagumi oleh para pelatih saya itu. Lagi infonya si bapak ini orangnya rada nyeleneh alias eksentrik.
Kami tidak bisa masuk ke suatu ruang dimana seminar sedang diselenggarakan. Kami hanya lihat dari luar pintu. Tampak seseorang berdasi dengan double layer suit (jas + rompi) sedang menerangkan sesuatu yang sepertinya mengenai akuntansi, lebih tepatnya laporan konsolidasi untuk oil & gas company, Usianya sekitar hampir 10 tahun di bawah saya. Tidak lama kami berdiri menunggu karena memang sebelumnya sudah kami perkirakan jam selesainya. Begitu bubar, Encik Tauhid langsung setengahnya berlari menghampiri orang yang berbicara di seminar tadi. Saya heran buat apa si Encik ke orang itu. Eh, agaknya Susi juga berbuat serupa. Barulah saya tahu inilah sang konseptor. Dimana eksentriknya, tanya saya dalam hati. Rapih betul orangnya. Encik merangkul si bapak itu dan disusul Susi yang langsung kasih cipika cipiki, wah wah tak mau kalah dia meski saya lihat reaksi di wajah si bapak ini agak risih tidak senang dicium Susi. Kemudian giliran saya diperkenalkan.. Kesan saya langsung terhadap si bapak konseptor ini positif sekali. Beliau bisa segera akrab dengan saya bagai sudah kenal lama saja. Kami kemudian pindah tempat bicara di sebuah kafe masih di gedung itu. Susi mulai menjelaskan duduk masalahnya mengenai pernikahan saya yang kedua. Belum apa apa pak Cik sudah menimpali, maksudnya bercanda, “saya yakin dia punya barang pastilah panjang” itu membuat kami semua tertawa. Saya wajar dong membela diri “tidaklah, mana, buktinya…?” sambil telunjuk kanan saya tempel ke atas saku kantong kiri. Saya buru buru hentikan karena sudah mulai saya lihat wajahnya Susi memerah mau marah. Eh, tak disangka, sang bapak konseptor malah nambah kelucuan dengan berkata ‘kalau periksa punya pak Ashraf jangan disini” sambil telunjuknya mencontohkan persis yang tadi saya lakukan, lalu beliau tambahkan, “tapi disini” sambil sekarang telunjuknya dia pindah kan ke saku belakang celananya.. Tentulah langsung kami semua gerrr tertawa keras dan dalam hati saya berkata ‘model’ macam inilah orang yang memang saya cari buat panutan, bukan tipe yang sangar gersang.
Singkatnya suhu perguruan membolehkan saya lanjut belajar tapi dia minta waktu saya untuk diterapi. Saya tidak bisa menolak. Jadi keesokan harinya kami berempat kumpul di kamar hotel tempat saya menginap. Disitu rupanya sang suhu melakukan terapi yang biasa disebut Past Life Regression. Semua kejadian masa lalu saya dibongkar satu per satu, digali kemudian diterapi yang ternyata tujuan terapi ini agar mengurangi hobi saya yang dibenci kedua pelatih itu yaitu merubah agar saya tidak lagi jadi ladies man. Prosesnya memang cukup memakan waktu. Dari keadaan gelombang otak beta saya ditarik oleh pak konseptor turun ke alfa hingga ke theta. Disinilah terungkap siapa diri saya sesungguhnya, lebih tepatnya – saya di masa lalu, saya yang mendadak berbicara bahasa Mongol????? Sejak kapan saya belajar bahasa itu? Tapi sudahlah, yang penting buktinya memang setelah itu saya rasakan hati sangat lega dan keluar dari hotel itu saya berani bilang sudah lebih dari 50% hobi yersebut saya tinggalkan. Selebihnya terapi serupa saya jalani setiap kali ada kesempatan bertemu pak konseptor di Jakarta. Pernah di salah satu sesi terapi, sang suhu mengatakan sesuatu yang pada saat itu saya tidak mengerti. “Pak Ashraf pasti tahu dong lagu ‘Nowhereman’ dari the Beatles? Saya mengangguk mengiyakan. Kemudian beliau menambahkan: nah, mohon pak Ashraf jangan seperti itu’. Apa maksudnya saya tidak paham, saya waktu itu hanya ketawa saja.
Masih ada banyak aktivitas perguruan yang merubah saya total hingga menjadi Ashraf sekarang. Dampaknya memang amat positif. Keluarga saya termasuk paman sayapun (El Maktoum) heran, mereka berusaha gali keterangan dari saya apa yang bisa memutar 180 derajat merubah perangai saya. Untuk yang satu ini sayapun ikuti apa yang dulunya Susi lakukan di awal kenal saya – tidak diumbar, disembunyikan dan bila orang tsb terlihat sangat serius ingin tahu barulah perlahan lahan diberi informasinya. Sesuai dengan policy perguruan yang memang sangat selektif dalam menerima siswa; tidak seperti divisi bisnis. Teman teman bisnis sayapun takjub, sebab jangankan mereka yang sudah lama tidak ketemu saya sedangkan yang selalu melihat saya setiap hari saja seperti istri istri saya juga melihat perubahan karakter itu. Paling tidak mereka bersyukur kecil kemungkinan akan ada ‘teman’ mereka yang berikutnya, yang ketiga.

 

Perlahan lahan, peringkat demi peringkat berhasil saya naiki meski selalu dengan susah payah, karena satu itu tadi, karakter saya yang super jelek. Namun demikian masih saja ada yang ganjel di hati saya, soal cita cita. Okelah saya akan kejar unsur Bijaksana atau Wise, tetapi waktu itu saya masih saja belum klik soal cita cita hingga dalam suatu kesempatan saya ungkapkan uneg uneg saya itu ke Susi karena Zizette sudah tidak bisa kasih solusi. Sewaktu sempat mampir di Abu Dabi (tetangga Dubai), Susi mengajak saya ke kuburan keluarga saya yang ada di kota itu. Awalnya saya tidak mengerti maksudnya dia itu apa. Sesampainya di tempat, Susi nyuruh saya lakukan renungan atau re-thinking, yang merupakan salah satu subyek pelatihan di perguruan ini. Saya diminta merenung apa jadinya nanti jika salah satu dari makam tersebut berisi tubuh saya. Tubuh saya shock, bergetar hebat waktu melakukan renungan itu.. Kuburan Emirat Arab seperti Mesir,  bentuk kuburannya dikavling kavling dimana tiap kavlingnya dipagar tembok dan teralis. Ada pintunya dan hanya sebagian ada atapnya. Jadi saya merenung dimana suhu sekelilingnya diatas 40 derajat selsius. Puanaas rek. Gadis yang lebih sering berada di Rusia dengan suhu beberapa puluh derajat dibawah nol itu terlihat tenang tenang saja, meskipun memang sedikit berkeringat. Di suhu sub zero temperature bisa memanaskan dirinya dan di suhu ekstrim panas dia bisa mendinginkan tubuhnya; kehebatan energi alam semesta!  Susi kemudiannya menggiring saya dengan script hipnosis. Akibatnya berubah sontak saya menangis bercucuran air mata seperti anak kecil. Dahsyat memang ilmu diperguruan ini. Selesai ritual di makam, Susi mengakhiri dengan cukup mengatakan satu kalimat saja: ’hidup manusia ini di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah”. Betul, cukup dari satu kalimat itu sadarlah saya. Apa yang disebut ibadah itu tidak hanya menyembah Tuhan YME, karena manusia harus kerja agar dapat nafkah berarti kerja itu juga ibadah, mengurus bisnis itu ibadah, menjadi kepala rumah tangga (untuk 2 istri ), berbaik dengan teman, tetangga dan seluruh makhluk hidup itu semua ibadah. Terbukalah sesuatu yang menjadi dream saya. Karena benarlah adanya bahwa manusia tanpa cita cita adalah manusia yang hidup untuk masa kini saja alias tidak punya arah, termasuk arah ke Surga. Disini barulah saya sadar makna arti kata kata bapak konseptor perguruan dalam lagu: Nowhereman –
Nowhere Man please listen,
You don’t know what you’re missing,
Nowhere Man,the world is at your command!
Selanjutnya dikesempatan bertemu pak konseptor, beliau menyarankan agar saya mengambil contoh seseorang sebagai panutan. Awalnya saya pikir sebaiknya nabi besar Muhammad saw. Tetapi sang suhu tidak setuju. Menurut beliau, Rasulullah memang the one & only yang kita jadikan panutan tetapi terlalu drastis dan berat untuk diri saya sekarang ini. Disarankan dilakukan bertahap, ‘kemudiannya kalau pak Ashraf sudah bisa setara uztad silahkan ambil Rasullullah sebagai panutan’. Dalam hati saya berkata ‘bukankah sekarang ini saya sudah seperti AA Gymn? Kan sudah punya 2…. maksudnya saya ini kan sudah mengikuti program KB (Keluarga Berencana) dari pemerintah NKRI dimana 2 ist…sudah cukup……. Eh, sudah cukup belum ya? Masih boleh nambah 2 lagi kan?
Akhirnya setelah meluangkan waktu khusus pencarian dari berbagai tokoh saya putuskan mengambil sahabat Nabi – Umar bin Khattab ra sebagai panutan. Waktu saya kemukakan ke Aki, julukan bapak konseptor ini beliau langsung setuju, meski dibumbui canda: “oke deh, jauh lebih baik karena tadinya saya pikir pak Ashraf akan ambil tokoh James Bond sebagai panutan…” Sekedar catatan, setiap kali Aki bercanda seperti ini, kedua pelatih saya, terutama Susi pasti langsung wajahnya berubah jengkel karena tidak rela siswanya diajari yang tidak tidak.
Setelah menentukan panutan, mulailah saya berpikir, bertindak, berperilaku mengikuti khalifah Umar. Dimanapun saya berada, apakah di Dubai, Indonesia, Mesir dimanapun selalu menyempatkan diri berjalan kaki dengan baju lusuh masuk kampung keluar kampung. Setiap kali ketemu orang yang susah, saya dekati orang itu, ajak ngobrol layaknya lagi prospecting. Menanyakan bagaimana orang itu cari nafkah dan ujung ujungnya saya akhiri dengan ‘meminjamkan’ mereka modal usaha dengan tak lupa meninggalkan kartu nama yang berisikan nama dan no HP saya. Juga selalu saya catat nama, alamat dan kalau ada no HP orang itu. Apakah akan mereka kembalikan? Dari pengalaman saya mungkin hanya sekitar 10% yang ingat untuk mengembalikannya, apakah itu mendatangi saya langsung ataupun menelpon saya untuk ketemu agar bisa mengembalikan uang dari saya. Ada juga beberapa yang menelpon saya untuk mengatakan bahwa dirinya tidak mampu mengembalikan uang saya. Saya tidak pernah mempermasalahkan uang yang tidak kembali. Karena mereka yang mengembalikan uang sayapun pada akhirnya setelah saya terima sekedar buat ritual ijab kabul saja, kemudiannya saya kembalikan lagi utuh ke orang tsb.
Dengan demikian saya selalu kemana mana bawa uang cash cukup besar. Memang ini beresiko. Bukannya tidak pernah ada kejadian, Pernah jugalah saya dihadang perampok waktu jalan jalan di Myanmar yang memang daerahnya miskin dan tidak aman. Lalu saya serahkan saja semua uang yang saya bawa tanpa berpikir sedikitpun. Akan tetapi selalu keanehan terjadi waktu di Myanmar ini. Para perampok heran dengan ketulusan saya memberi semua harta saya. Mereka jadinya hanya mengambil sedikit saja dan kemudian mereka mengawal saya sampai saya selesai membagikan habis uang saye ke kaum miskin disana. Lalu malah mereka menghubungi seseorang dengan tampang seram agar menyupiri saya sampai kembali ke hotel. Kemudian besoknya ada kiriman suvenir khas Myanmar (yang ternyata isinya patung Buddha) tanpa identitas pengirim ke kamar saya. Sudah pasti saya duga itu dari para perampok tersebut. Mungkin mereka menganggap saya ini sudah berhati Buddha. Weleh weleh weleh…Kejadian seperti di Myanmar itu bukanlah yang pertama dan terakhir. Ada sekitar 2x lagi saya dirampok. Perampokan berikutnya waktu saya ke Nigeria menemani Aki yang kebetulan tugas kantor tapi waktu itu saya sengaja berpisah sebentar dengan beliau dan waktu itu saya dikawal dari agak jauh dengan 2 mopol (mobile police)  sehingga perampokan itu bisa digagalkan. Terakhir (mudah mudahan memang terakhir) waktu di dekat Sun City Afrika Selatan. Ini juga keajaiban terjadi. Perampoknya berjumlah 6 orang hitam. Padahal untuk merampok saya itu dengan 1 orang bersenjata saja sudah cukup membuat saya takut. Jadi mubazir kerahkan sampai 6 orang. Mereka ini meskipun sudah saya serahkan seluruh uang saya rupanya mereka tetap ingin mengakhiri hidup saya, mungkin supaya tidak lapor ke polisi. Namun anehnya setiap kali mereka mencoba memukul saya dengan sebatang kayu besar atau menusuk saya dengan pisau entah kenapa ketiganya terpental jatuh, seakan seperti ada perisai yang tidak kelihatan disekeliling badan saya. Satu orang yang memegang pistol juga selain terpental jatuh sebelumnya sudah berusaha menarik pelatuk pistolnya tapi tidak pernah bisa, seperti ada yang menahan. Apapun yang terjadi sebetulnya saya sudah siap mati karena bila saja saya harus mati ketika sedang bersedekah saya yakin akan mati sebagai syuhada. Ini jauh lebih baik ketimbang hidup tapi selalu bikin jengkel Zizette, pelatih kesayangan saya.
Masih banyak lagi kejadian kejadian aneh setelah saya bergabung dengan komunitas perguruan ini dan mengemban misi pribadi saya. Sesuai petunjuk guru Susi, segala kejadian aneh itu memang tidak pernah saya harapkan, membayangkanpun juga tidak boleh. Namun selalu terjadi begitu saja secara alami dan setiap kali suatu keanehan terjadi Coach Susi acap kali berpesan untuk tidak sedikitpun mengingat apalagi sampai membanggakannya.
Kini 5 tahun sudah sejak saya diperkenalkan dan belajar ilmu perguruan komunitas ini. Apa yang secara nyata saya lihat dan rasakan adalah kelancaran hidup saya dari waktu ke waktu. Bukannya berarti tidak ada terkena musibah, tentu ada beberapa yang menghantam hidup saya. Namun terkadang kalau saya sering renungkan suka takjub sendiri. Musibah memang musibah, datang tanpa diundang dan pulang tanpa diantar seperti jelangkung saja, akan tetapi begitu mudah dan lancarnya saya lewati dari satu musibah ke lainnya. Seringkali saya dibantu oleh orang orang yang saya tidak kenal. Orang orang ini seakan akan mendadak dimunculkan dan orang orang ini anehnya lagi tidak setengah setengah dalam membantu saya. Nyawapun berani mereka taruhkan hanya untuk saya, orang asing, yang mereka tidak kenal sama sekali. Waktu saya konsultasi ke Zizette, pelatih saya mengatakan itu karena saya selalu membantu orang yang saya tidak kenal tanpa pamrih (ini kata pelatih saya lo ya) maka jadinya sayapun memperoleh imbal balik yang serupa atau bahkan lebih dahsyat. Saya dan keluarga menjadi semakin bersyukur telah dipertemukan Allah swt dengan teman teman di komunitas positif dari perguruan ini berikut ilmu ilmu kehidupannya.
Pencapaian EF atau Square 10 memang hanya formalitas bagi saya. Waktu direcognize di Senakin sebagai New Level 9 atau Warrant adalah sesuatu yang luar biasa artinya bagi saya. Karena saya yang begini nakalnya ini bisa juga mencapai level 9. Suatu prestasi besar bagi saya.
Satu hal kecil yang buat saya kaget sedikit adalah lagu Nowhere man yang seharusnya telah saya minta jadi background song untuk impact ini mendadak diganti Aki jadi “Hadschi Halef Omar” dari grup jadul Dschinghis Khan, karena ada kaitannya dengan tokoh panutan saya – Omar bin Khattab r.a.
Image result for hadschi halef omar
Sein Prophet war Mohammed
und Allah hat ihm geholfen.
Er schwang den Säbel wie ein Wüstensohn……
Ha ha ha
Hadschi Halef Omar……
Tidak apalah, malah jadi seru dan mengharukan. Waktu bu Cut Yanthi menanyakan saya ingin dihadiahkan oleh siapa buah ceri merah yang merupakan simbolik itu, saya spontan menunjuk ke Aki. Namun Aki menolak dan menyuruh bu Yanti menyerahkannya ke Zizette agar diteruskan diberikan ke saya. Waktu menyuap buah ceri ini saya lihat Zizette tak kuasa menahan tangis, demikian juga Susi yang berdiri agak jauh di belakang. Sayanya justru bisa tegar. Makanya usai ceremony itu Susi tanya ke saya kenapa saya tadi bisa santai tidak hanyut ikut nangis. Saya jawab santai: “kan nangisnya sudah habis waktu dulu di makam” belum selesai saya jawab begitu sudah ‘plak’ tangan Susi mendarat di pipi saya dan dia terus ngeloyor pergi dengan kesal. Pelatihnya pelatih saya ini memang terkenal kelakuannya menjengkelkan. Tetapi saya masih banyak lihat segi positifnya sesuai motto komunitas ini: Positive Value Community.