Ben Success Story part 1

Author: Ben Sheye Ukwuoma Highlander

Diterjemahkan oleh: AAA Ratna Dewi

  1. Ben Ukwuoma (Sheye) Highlander

    1. Joined: 2014

    2. Direct Coach: Kelik Sudarto

      • Superior Coach: AAA Ratna Dewi

    3. Financial Independent 2018

    4. Financial Freedom 2019 (Nominated)imageedit_4_5636025168

Perkenalkan nama saya Ben Ukwuoma (Sheye) Highlander. Perusahaan milik keluarga saya, Nigerdock, kini di tahun 2019 sudah dibeli 100% menjadi milik saya, setelah saya punya lebih dari cukup dana begitu mencapai posisi Financial Independent di Unisyn.

Perusahaan ini didirikan dulunya tahun 1986 di Bonny River, negara bagian Sungai daerah Free Zone (Zona Bebas Minyak dan Gas Bumi ) di Port Harcourt, Nigeria. Awalnya pesanan banyak untuk membangun kapal pendukung industri minyak dan gas lepas pantai dan sesuai dengan semangat mempromosikan “kandungan lokal”. Di Zona bebas ini semua layanan banyak didedikasikan terutamanya untuk bisnis Minyak dan Gas, menampung hampir 200 kapal (AHTS, PSV, FSIV, kapal kru, kapal tunda dan kapal keruk).

Image result for nigerdock picture

Sudah terlatih sejak kecil, mentalitas untuk jadi entrepreneur itu sudah ditanamkan orang tua sejak masih SD. Sejak usia 7 tahun sepulang dari sekolah saya telah dibiasakan membantu keluarga. Mulai dari tiap kali telepon berdering, saya ditugaskan untuk mengangkatnya. Sebab, kebanyakan penelepon adalah calon pemakai jasa. Sejak menginjak di usia 7 tahun itu saya sudah berbeda dengan anak seusia lainnya. Saya diajar ayah untuk lebih memikirkan masa depan ketimbang ikut bermain teman sebaya. Oleh ayah saya diharuskan ikut bekerja di bagian bengkel kapal mesin motor. Mulai dari semula hanya menjadi pembantu umum, bantu ambil dan kembalikan alat alat, bersih bersih lokasi….pokoknya jadi kacung disuruh suruh. Naik jabatan di perusahaan punya ayah bukanlah mudah. Sempat 4 tahun sengaja posisi saya tidak dinaikkan ayah, cuma sebagai helper, jabatan terendah di lokasi. Namun berkat ketekunan selama bekerja, akhirnya kemudian barulah saya diangkat sebagai mekanik helper. Bertahun tahun lanjutan menjadikan saya semakin cekatan memperbaiki mesin kapal motor. Jadi disamping membuat dan mengoperasikan kapal, saya juga fokus pada bisnis perbaikan kapal dan disamping kerja bantu bantu di lapangan, saya juga bantu bekerja sebagai staf administrasi, meski awal bekerja saya hampir tidak tahu menahu tentang administrasi kantor. Saya sering kena marah ayah di bagian perkantoran ini. Perlu kesabaran dan perjuangan tekun. Minat saya sebenarnya lebih suka bekerja di lapangan tetapi ayah berprinsip untuk mencapai puncak saya harus bisa di banyak bidang. Dari bidang admin ini kemudian saya sempat lama dipekerjakan menjadi buruh bangun kapal. Bekerja di lapangan meski jadi buruh rendah membuat saya merasa benar-benar menemukan passion. Saya sering enggan pulang ke rumah, lebih baik tidur diantara bangunan kapal. Bagi seorang dengan ego yang sehat dan sebagai anak juragan kapal ini bukan keadaan yang pantas. Namun saya sudah gandrung dengan perkapalan dan tergerak oleh keyakinan bathin bahwa kapal sajalah yang akan membawa saya ke jenjang sukses.

Disamping membuat kapal sebagai bisnis utama, keluarga juga mengoperasikan sedikit armada perkapalan. Hingga saat ini sekitar 160 kapal. Namun dari sekitar 160 unit kapal yang dioperasikan, persentase kapal feri tidak melebihi 5%. Jenis komoditi yang diangkut pun kian beragam, seperti minyak, batu bara, dan pasir. Dewasa ini dengan teknologi yang semakin canggih, kapasitas muatan kapal pun menjadi lebih besar. Meski bukan jadi bisnis utama, tapi pemasukan dari pengoperasian kapal cukup membantu kehidupan keluarga kami di saat order pembuatan sedang sepi. Dahulu saat belum banyak orang terjun ke bisnis pelayaran, bisa dibilang muatan yang menunggu kapal. Namun sekarang kondisi terbalik, justru kapal yang menunggu muatan.

Image result for nigerian shipyard

Dari usaha membuat kapal ayah memerintahkan saya juga harus ambil pelajaran dari berlayar agar makin tahu dengan masalah kapal dan membuat jiwa saya makin menyatu dengan perkapalan. Pengalaman lebih sepuluh tahun saya ikut berlayar. Tidak jarang bahaya mengancam, misalnya saat angin kencang datang pada malam hari ketika berada di tengah laut. Bagaimanapun juga, saya menganggap itu sudah menjadi risiko pekerjaan. Konsekuensi yang harus saya jalani sebagai seorang pelaut.

Bercerita soal sektor jasa perkapalan, sempat tak seramai seperti tahun tahun waktu saya masih kecil. Sempat beberapa pengerjaan kapal bahkan terhenti karena pemesan tak sanggup membayar. Tidak selamanya membuat perahu dan kapal kayu itu berakhir sukses. Kerapkali juga nyaris gulung tikar ketika bisnis lagi sepi peminat. Faktor masuknya kapal-kapal buatan daerah lain di Nigeria atau bahkan kapal dari luar negeri, seperti dari Cina, Hongkong dan Jepang cukup memukul karena dijual relatif lebih murah.

Industri perkapalan kian terhimpit mulai dari persoalan biaya operasional. Industri ini perlu berjuang keras supaya bisa bertahan hidup. Sebab, penyusutan nilai aset pada kapal penumpang cukup cepat. Persaingannya pun lebih ketat, ditambah tuntutan masyarakat akan kapal jenis terbaru yang semakin tinggi. Bisnis kapal sempat lesu, terutama karena ekspor di negara saya yang menurun.

Image result for shipyard

Guna menekan ongkos produksi kapal, saya terkadang menyarankan supaya perusahaan pemesan untuk mengimpor kapal dari negara lain. Lebih baik beli kapal saja. Negara saya Nigeria masuk urutan ke 20 pengekspor kapal di dunia. Pengorder kapal sesekali saya arahkan untuk membelinya langsung ke Korea Selatan selaku negara nomor 1 pengekspor atau Cina, nomor 2. Jika bikin kapal malah lebih mahal karena biaya operasional yang besar. Termasuk biaya asuransi. Para pemilik kapal sebaiknya melengkapi kapalnya dengan asuransi kerugian sebagai langkah pengelolaan atas risiko yang mungkin muncul. Berbisnis di sektor perkapalan harus mulai menggeser pandangan tentang asuransi. Asuransi termasuk elemen wajib yang saya dapatkan ilmunya dari Unisyn: always have backup plans. Asuransi bukan lagi beban tanpa manfaat, tapi mutlak untuk dimiliki oleh setiap pengusaha karena memberikan perlindungan yang pasti saat terjadi risiko buruk seperti kebakaran.

Image result for Self Propelled Oil Barge

SPOB

Membuat kapal itu setiap detail pengerjaan dilakukan sesuai permintaan pelanggan. Margin di bisnis kapal cukup tinggi. Dulu dalam jangka waktu 2-3 tahun sudah dapat balik modal, sekarang setidaknya lima tahun sudah balik modal. Pasar memang semakin banyak akan tetapi persaingan juga semakin ketat. Untuk pembuatan kapal, 90% bahan baku berasal dari impor, seperti mesin dan besi. Mesin dari Jepang dan Amerika, sedangkan besi dari Korea, Ukraina, dan Amerika. Model permintaan juga berganti ganti. Dulu sempat ramai permintaan kapal jenis tugboat. Kini lebih banyak permintaan pembuatan kapal jenis landing craft tank (LCT), Self Propelled Oil Barge (SPOB), dan feri. Setiap tahunnya, bisnis perusahaan shipyard saya maju dan terus berjalan. Ayah saya memproduksi 70-80 unit kapal.

Related image

Kapal pertama yang saya buat sendiri dari A s/d Z (saya pimpin pembuatannya) terbuat dari kayu, dengan kapasitas 90 ton. Kemudian bermodalkan cekatan dalam bisnis jual beli mesin kapal bekas, saya memutuskan membeli kapal tongkang bekas. Saya mencari tongkang yang sudah kusam. Tongkang ini kemudian dipermak sedemikian rupa sehingga memiliki tebal sekitar 10-12 cm. Saya kemudian menjualnya dengan harga 25 – 30 juta  (Niaira) Rp 1 miliar – Rp 2 miliar, tergantung penawaran dan kebutuhan dari pembeli.