Nirmala Success Story Part 3 End

Hidup di Amerika

Awal kehidupan saya di Amerika, persisnya di LA sungguh miskin, tidak punya apa-apa. Bahkan untuk sewa apartemen sekalipun boleh dikata hampir tidak memiliki uang sama sekali! harus tinggal di rumah sahabat my Coach di daerah Montery Park atau kalau di tanah air seperti daerah Kelapa gading di Jakarta, tapi di dataran tinggi dan sejuk suhunya seperti Puncak kalau musim panas.

Hampir setiap hari my Coach telpon saya menanyakan bagaimana keadaan saya, bagaimana saya bisa “survive” hingga akhir bulan. Saya hidup dalam tekanan yang keras setiap hari, karena saya biasa hidup senang dulunya selama bersama suami disamping juga gaji seorang dokter spesialis lebih dari cukup untuk hidup di Jakarta. Tanyakan saja kepada kenalan dokter anda, berapakah penghasilan seorang dokter anestesi. Akan tetapi di kota ini, di negara Uncle Sam ini  saya harus merasakan hidup dari awal lagi. Kemana mana saya pergi dengan bus. Makan juga seringnya “potato chips & Coke” sebagai menu harian. Saya hanya bilang, saya sungguh miskin! Namun saya kerap teringat pesan My Coach di Jakarta, bagaimanapun saya harus bertahan hidup.

Luar Negeri itu identik dengan mahal. Awal mula di Luar negeri mau beli sesuatu otak saya otomatis langsung mengkonversi sendiri ke rupiah. Di sini saya banyak belajar hidup masyarakat bawah. Saya buat kartu membership di supermarket supermarket dan belanja menggunakan itu. Saya tidak malu menggunting gunting kupon diskonnya. Lumayan diskonnya bisa hingga $1/item. Tetapi kalau mau lebih murah lagi, saya belanja diAsian market atau sejenisnya. Bonusnya, ada makanan/bumbu Indonesia. Belanja banyak sekaligus agar lebih efisien dan hemat. Sesuai dengan ajaran Unisyn saya masak nasi dan lauk sendiri. Cara ini saya rasa yang paling membuat dolar saya aman. Sebagai pemilik perut Indonesia asli, dalam 10 bulan saya menghabiskan 2 kg karung beras. Untuk sayur seperti Bokchoy, bayam dan brokoli cukup ditumis, enak dan sehat. Kalau bosan, saya tinggal masak mi atau beli bumbu Indonesia yang ada di Asian Market. Cara ini bikin saya hemat sekali. Andai kata kalau saya makan siang diluar yang paling murah itu $8 (dulu). Kalau saya masak di rumah sudah bisa dapat sepiring nasi dan sayur, pisang dua buah dan sereal untuk keesokan paginya. Saya pun selalu menyiapkan bekal sendiri untuk makan waktu jam istirahat di tempat kerja. Kalau sudah bosan masak, boleh deh sekali kali jajan di luar. Pilihan saya biasanya jatuh ke Asian Food/Mexican/Indian yang cita rasanya sesuai selera dan porsinya jumbo, bukan buat dihabiskan di tempat tapi bisa di bungkus pulang untuk makan selanjutnya. Hemat lagi.

Saya beli barang sebisanya di thrift store / barang bekas seperti Salvation Army atau Good Will. Biasanya kualitasnya masih bagus dan harganya bisa kurang dari setengah harga aslinya. Kalau perlu saya beli barang online ketika ada BIG SALE misalnya ketika Black Friday Shopping atau Christmas. Untuk beli buku bekas, karena kami murid Unisyn sudah dibiasakan jadi ‘kutu buku’, biasanya di Amazon. Carinya yang bekas, bukan buku baru.

Untuk sarana berkomunikasi, saya membeli phone card $5 merek Crystal yang bisa dipakai telpon ke Indonesia kurang lebih 3-4jam. Pilihan lainnya adalah mengisi kredit di skype dan bisa menelpon ke mana saja. Untuk HP, saya tergabung dalam AT&T family line sehingga setiap bulan hanya menghabiskan $10 (free sms + call). Teman teman saya yang lainnya menggunakan T mobile Family line (4 orang) dan membayar $25 tiap bulannya lengkap dengan free call, sms dan internet. Tetapi rupanya di sini, sinyalnya tidak lebih bagus dari di Indonesia (aneh kan?). Terkadang suka mati sendiri atau tidak dapat mendengar suara dari pihak penelpon. Di sini juga masih berlaku sistem roaming, yang di negara kita sudah lama ditinggalkan (aneh kan?)

Untuk transportasi, akibat ber-relasi dengan baik, saya mendapatkan harga khusus mahasiswa (meski bukan mahasiswa) yang sangat membantu yakni $25/bulan. Jadi kemana mana bisa pakai bus dan Light rail. Atau dengan teman saya bisa carpool (naik mobil ke tujuan yang sama bersama) dan menawarkan uang ganti bensinnya. Jika dia menolak mungkin lain kali anda dapat menawarkan memasakkan nasi goreng buatan saya. Dijamin tidak nolak.

Pakai debit/credit/cash? Murid Unisyn sangat old-fashioned, lebih banyak menggunakan cash di keseharian. Memang hampir semua transaksi di USA bisa pakai debit/credit card. Bahkan untuk transaksi kecilpun, tidak ada batasan minimal seperti di Indonesia. Saya hanya menggunakan debit untuk beli tiket atau membayar sesuatu yang nominalnya besar. Selain itu, saya menggunakan cash agar pengeluaran bisa terkontrol dan agar saya tidak merasa selalu punya uang; agar tidak gesek terus sampai minus.

Saya kemana mana bawa botol air minuman karena tap water yang bersih selalu ada. Jika tidak, membeli mineral water harganya sudah sama dengan harga Coke.

Pada akhirnya, ajaran penghematan dari Unisyn sangat terpakai dalam hidup saya. Lebih baik berhemat untuk sesuatu yang memang ingin anda capai dan nikmati. Penghematan saya setelahnya saya salurkan ketabungan.

Begitulah saya memulai hidup di negeri orang. Memiliki dan memulai dengan segala sesuatu yang baru. Tempat tinggal, kota tinggal, rutinitas, lingkungan sosial, bahasa, kendaraan, masih banyak lagi. Ada Bahagia. Ada ketakutan. 

Namun bukankah ketakutan adalah satu-satunya hal yang membawa manusia untuk bertahan hidup?. Takut kelaparan,  maka manusia berjuang menukar waktu dengan segala cara untuk mendapatkan uang. Manusia berdoa dan beribadah, karena takut akan siksa neraka dan kehidupan setelah mati. Lalu serangkaian usaha mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi adalah usaha-usaha untuk menghindari kesengsaraan, penderitaan, kematian yang mengintai persepsi manusia pada umumnya.

Ketakutan-ketakutan membawa manusia bertahan hidup dari hari ke hari. Meski begitu, ketakutan harus ditakar dalam kadar tertentu. Ketakutan ibarat tuas, sebagai faktor yang akan mengaktifkan keberanian. Keberanian untuk menghadapi hidup, membuat pilihan, menjalani pilihan itu dan  menghadapi segala kemungkinan yang datang selanjutnya.

Ketakutan itu ada. Namun saya terus berusaha belajar menakar ketakutan dan spirit kemajuan dalam komposisi yang pas. Belajar banyak hal baru sebagai tantangan dan terus memandang perubahan-perubahan yang terjadi sebagai sebuah petualangan hidup.

New Coach

Saya ke Amerika sungguh memulai segala sesuatunya dari nol, nol besar tepatnya. Profesi yang bergengsi sebagai dokter, bisnis toko obat yang sudah mulai menghasilkan, kedua anak yang lucu lucu dan dalam sekejap bagai diputar balik atas jadi bawah. Di LA ini hanya seorang di awalnya yang saya kenal, yakni koh Erwin. Berikutnya perlahan lahan orang orang ditempat saya kerja. Disinilah kemampuan RDBMS ajaran perguruan bukan saja harus dibuktikan tapi juga DIPERTARUHKAN. Dari itu, wahai teman teman yang masih ragu ragu lakukan RDBMS, lakukanlah sesegera mungkin. Ini saya sebagai bukti konkrit, dari yang hanya awalnya kenal 1 orang hingga kini lebih dari seribu orang saya kenal di LA ini. TIDAK ADA ALASAN AKAN HAMBATAN.

Ya, waktu itu saya belum tahu bahwa kemudiannya saya bisa beruntung bekerja di rumah sakit. Apa yang terjadi sebelum itu? Pertanyaan ke diri saya sendiri waktu itu: kapan saya bisa ultra kaya? Jangankan jadi kaya, untuk hidup setiap hari saja susah.

Cukup lama, lebih dari 6 bulan hingga Coach yang ditunjuk oleh my Super Coach menemui saya datang dari Boston. Selama itu hidup saya sungguh merana. Berat badan saya pernah susut hingga di bawah 50 kg. Coach pengganti bernama Maribel atau lengkapnya Maria Isabel Vargas Vardhani, keturunan dari ayah Filipino dan ibu dari keraton Jogja. Dia usianya jauh di bawah saya tetapi punya kepribadian yang kuat, sangat matang berpikir, sangat positif.  Ibel memang murah hati. Dia banyak menyisihkan uang sakunya diberikan ke saya untuk bertahan hidup. Diamemperlakukan saya bukan hanya murid tapi keluarga. Meski tindakan ini sebagai Coach di perguruan tidaklah lazim karena normalnya seorang siswalah yang punya kewajiban menanggung seluruh biaya pelatihan. Ini bukan saja biaya pelatihan bahkan biaya hidup saya banyak ditutup olehnya.

Ibel seorang yang bijak, positive thinking. Dia membina saya memutuskan selalu berani berhadapan dengan ketakutan. Ia bilang bahwa waktu memiliki kekuatan yang sekaligus menjadi kelemahannya,  Waktu tidak akan pernah bisa diputar kembali.  Bayangkan ada berapa juta keputusan kecil hingga keputusan besar yang batal diputuskan jika waktu bisa diputar kembali? Maka apapun konsekuensi dan rintangan yang menerpa, tak mungkin berbalik arah. Hanya ada satu kata: Terus Hadapi!

Kalimat kalimat bijak dari Ibel sangat membangkitkan saya untuk maju. Saya masih bernafas. Saya masih bisa tertawa. Masih berpikir waras. Masih bisa merancang rencana menata hidup ke arah jarum normal.

 

How to get cash back at Walmart - Quora

 

Cash Back System

Cobalah bayangkan, dari mulanya hanya kenal 1 orang saja di LA yang luas ini (4 juta jiwa), saya beranikan diri memperbanyak relasi. Saya tidak pilih pilih, apakah orang itu asli Amerika atau imigran seperti Cina, Vietnam, Latin… saya lakukan banyak banyak prospecting. Saya tetapkan target harus kenal teman baru MINIMAL 5 orang dalam sehari. Itulah “menu rutin” saya tiap hari sepulang dari tempat kerja. Tiada hari tanpa prospecting. Tidak sampai sebulan relasi saya sudah hampir 100 orang dan itu terus saya lakukan di bulan bulan berikutnya tanpa jeda. Mulai di angka 100 perlahan lahan saya menawarkan pembentukankomunitas di kota ini. Sulit? Sudah tentu tapi bukannya mustahil. Pertanyaan klasik, “What’s in it for me?” kerap dilontarkan tiap kali saya mengajak orang.

5 Step Process to Prospecting - Sales Coach

Komunitas macam apa sebagai fondasi pertamanya? Coach Maribel mengarahkan begini,”Latar belakang mbak Ade kan dokter dan sekarang ini maunya kan dapat pekerjaan yang pantas. Kenapa tidak himpun orang orang yang berlatar belakang sama? Dokter”. Tapi saya masih bingung. Untuk bisa menghimpun para dokter di LA ini kegiatan medis apa yang akan mereka sukai. Coach Ibel bertanya balik,”Apakah harus adakan kegiatan yang sifatnya medis?”. Saya renungkan kemudian. Benar juga. Jika saya kumpulkan para dokter itu dengan tujuan mengikat mereka di acara yang berbau medis, bukankah mereka kesehariannya sudah dijenuhkan oleh aktivitas medis? Dokter juga manusia yang butuh hiburan, pleasure. Akhirnya saya buatsimple, dengan cukup menghimpun mereka untuk KEGIATAN NONTON BARENG. Ya, diawali dengan kegiatan nonton bareng acara acara sports yang jadi favorit di negara ini seperti basket, baseball, skate board, snow board, rugby hingga nonton bareng balap mobil kecepatan atau drage race atau balap mobil NASCAR. NASCAR merupakan salah satu dari olahraga yang paling banyak dilihat berdasarkan rating televisi di Amerika Serikat.

NASCAR Postpones Next Race, Eyes Return Without Spectators

Oke nonton bareng. Tapi bagaimana sebelum itu? Bukankah orang Amerika hampir selalu setelah pulang kerja sebelum ke rumah hang out dulu di bar? Ya, disinilah selalu saya mulai. Tidak percuma kami sebagai siswa Unisyn salah satu film yang wajib ditonton adalah Ally Macbeal. Mulailah saya kumpulkan orang dari tempat ini, dari bar ke bar. Kemudian saya ambil acak 100 nomor di HP dan saya texting soal pembentukan komunitas. Saya sudah terbiasa dari 100 sms paling separuhnya yang balas dan separuh dari separuh itu dibuka dengan ‘mempertanyakan’ bukannya bertanya, seperti “why on earth are you doing?”. Namun 50% dari 25 orang itu menyatakan gabung, “I’m in”. Kemudian sekitar separuh dari 12 orang itu atau 4-6 orang tertarik jalani Cash back.

Mungkin ada pertanyaan bagaimana saya bisa mengajak orang untuk melakukan Cash Back. Jawabnya: saya tidak pernah mengajak anggota komunitas saya untuk melakukan aktivitas Cash Back apalagi sampai ajak orang untuk melakukan bisnis Cash Back. Nah lo! Bagaimana? Ya, itulah, di sini orang banyak salah faham menganggap sistem member gets members itu identik dengan Cash Back. Padahal keduanya adalah ‘binatang’ yang berbeda. Tambah lagi ada yang mengacaukan kedua ‘binatang’ tadi dengan RDBMS. Ketiganya adalah 3‘makhluk’ yang berbeda. Totally different.

Berikut adalah penjelasannya.

RDBMS merupakan merupakan salah satu aktivitas yang wajib dilakukan setiap murid perguruan Unisyn dimana di dalamnya terdapat aktivitas seperti Prospecting, Enhancement, Refreshment dan Reconciliation.

Member Gets Members adalah aktivitas inti dari komunitas MGM-G menggunakan kekuatan RDBMS untuk menjaring members agar bergabung ke grup tersebut.

Cash Back adalah sistem alokasi pengelolaan dana Iuran Keanggotaan dengan cara  sebagian dari dana tersebut dikembalikan ke anggota.

Jadi terjawab sudah kenapa saya tidak pernah mengajak seorang anggota komunitas saya agar melakukanCash Back, apalagi sampai mengajak Non Anggota (orang di luar komunitas) untuk itu. Tidak. Cash Backberjalan otomatis. Sistem yang bekerja. Anggota komunitas digerakkan untuk lakukan kegiatan member gets members agar jumlah anggota komunitas bertambah terus, tetapi bukan Cash Back. Lalu bagaimana dong agar orang orang tergerak mengajak orang gabung? Para anggota akan jadi semangat sekali begitu mengetahui mereka mulai terima uang ‘kejutan’ (shocking money) dan semakin lama mereka semakin semangat sejalan dengan bertambahnya Passive Income yang mereka peroleh setiap bulannya dari Cash Back. Semakin semangat dan semakin semangat. Tapi pertanyaannya: apakah yang mereka, para members, tawarkan? Cash Back? BUKAN dan saya selalu ingatkan jangan tawarkan itu. Don’t even think about it! Lalu apa dong yang ditawarkan? > PROGRAM. ya, itulah yang ditawarkan atau dijual. Program atau kegiatan komunitas. Dari itu untukbisa berkembang pesat suatu komunitas wajib punya kegiatan yang kuat, menarik, mengesankan.

Pengalaman pertama membuka bisnis ini mengajarkan saya bahwa kepercayaan adalah hal terpenting di bisnis jasa. Orang mau percaya bayar iuran keanggotaan kepada saya karena mereka percaya pada kredibilitas saya. Saya mendapati kenyataan bahwa membuat orang percaya tidaklah mudah. Klien baru sulit di dapat. Toh saya tak patah semangat, terus berusaha meyakinkan orang meski hasilnya tak memuaskan.

Sejak 2008 klien saya hanya 12 orang. Pada 2009 bertambah menjadi 47 orang. Dua tahun bisnis berjalan belum juga ada tanda-tanda bersinar. Saya melakukan evaluasi diri,  menyadari agar komunitas saya banyak dikenal orang saya harus gencar berpromosi dan betullah yang Ibel katakan bahwa sebaik baiknya promosi adalah promosi dari diri kita, tapi itu belum cukup. Promosi harus datang dari dalam hati kita, dari lubuk hati terdalam (promotion from within). Bagaimana ini memungkinkan? Sangat mungkin selama produk (jasa) kita berkualitas bagus dan di atas segala galanya DIRI KITA SENDIRI SUDAH MERASAKAN MANFAATNYA. Barulah promotion from within atau promorion by heart itu terjadi. Baru ada SOUL muncul. Baru terjadi KODO atau soul of motion; saya jadi teringat lagi, bukankah itu sudah lama jadi salah satu falsafah Unisyn?

Dari bulan ke bulan para audience program program saya, apakah orang itu sebagai member ataupun sebagai guest/tamu menyukai program saya karena komunitas saya bukanlah sekedar komunitas menggalang orang untuk melakukan sesuatu bersama tetapi jauh jauh dan jauh lebih dari itu. Jadi ingat pelatihan Unisyn: hotel bintang 3 tapi beri service ….(James Gwee). Bisnis sayapun semakin menunjukkan cahaya terang. Anggota makin banyak. Hingga akhirnya saya menikmati jerih payah selama ini.

Liberty

Menjadi seorang Relationship Builder sama sekali bukanlah cita-cita saya dulunya. I’m a medical doctor, a physician. Saya suka bergaul, punya banyak teman tapi dunia saya historisnya adalah dunia medis. Namun itulah dunia kehidupan. Tidaklah selalu apa yang kita sukai akan membawa sukses. Saya menikmati pekerjaan ini karena bisa belajar banyak tentang cara meng-handle orang disamping juga mengatasi masalah sendiri plus  bisa dijadikan sumber penghasilan.

Walau begitu, dari kesemua itu ada satu poin penting yang perlu dicatat dan digarisbawahi, bahwa saya sedikitpun tidak mengecilkan arti bisnis yang dilakukan seorang Relationship Builder! Penghasilan seorang Relations Builder bisa jauh melampaui gaji seorang dokter anestesi, bahkan bisa melebihi perolehan income seorang CEO rumah sakit. Belum cukup, bahkan bisa melebihi penghasilan Owner rumah sakit.Because The Sky is only The Limit! Lalu yang terhebat lagi penghasilannya bersifat pasif. Bukan lagi kita bekerja untuk uang tapi sebaliknya, uang bekerja untuk kita. Jika dulu sejak bergabung di Unisyn tahun 1997 saya perlu 10 tahun lebih kurang untuk bisa memiliki mobil SUV Subaru Forester dan assets di atas Rp 100 juta dari bisnis penjualan obat (Drug Stores) dan Active Income di Sumedang, bandingkan, hanya dalam tempo kurang dari 4 tahun sebagai Relationship Builder sudah bisa peroleh Unstoppable Income (passive income) US$ 6000 di tahun 2011.

Subaru Forester

Akan tetapi sesuai dari SOP Unisyn bisnis tersebut dalam suatu titik tertentu, titik kulminasi, harus ditinggalkan dan seorang siswa perguruan wajib mengalihkan bisnisnya ke sektor lain. Dari itulah masih banyak orang di luar sana yang punya pendapat keliru menganggap bahwa seorang siswa Unisyn itu menjadi sukses Ultra Kaya akibat suatu usaha tertentu yang membawanya hingga ke posisi Financial Independent. Salah sekali. Faktanya justru tidak seperti itu. Memang bisnis Cash Back via member gets membersmendongkrak penghasilan saya dan saya sangat berterima kasih untuk itu, namun bisnis lainnyalah yang kemudiannya menerbangkan saya mencapai keadaan Financial Independent. Apakah bisnis itu sudah tentu menjadi rahasia perguruan Unisyn turun temurun. Rahasia Sukses yang pintunya tertutup rapat, disegel. Dari itu, publik, banyak yang salah persepsi.

Akhirnya di tahun 2011 atau tepatnya 4 tahun setelah saya menginjakkan kaki di LA ini saya berhasil memperoleh keadaan Financial Indpendent. Berturut turut setiap tahunnya peningkatan status demi status saya raih; Financial Freedom (2012), Time Freedom (2013) dan terakhir Economically Free (2014). Sekedar informasi, seorang siswa Unisyn yang sudah mencapai keadaan Financial Freedom  minimum UI (Passive Income) lebih dari US$ 24,000. Tahun 2013 dengan Price Index: Rp 25.000,- saya raih Time Freedom dengan UI lebih dari US$ 102.400 /bulannya dan tidak usahlah disebutkan sewaktu EF di tahun 2014…

 

Walau begitu, dari kesemua itu ada satu poin penting yang perlu dicatat dan digarisbawahi, bahwa saya sedikitpun tidak mengecilkan arti bisnis yang dilakukan seorang Relationship Builder! Penghasilan seorang Relations Builder bisa jauh melampaui gaji seorang dokter anestesi, bahkan bisa melebihi perolehan income seorang CEO rumah sakit. Belum cukup, bahkan bisa melebihi penghasilan Owner rumah sakit.Because The Sky is only The Limit! Lalu yang terhebat lagi penghasilannya bersifat pasif. Bukan lagi kita bekerja untuk uang tapi sebaliknya, uang bekerja untuk kita. Jika dulu sejak bergabung di Unisyn tahun 1997 saya perlu 10 tahun lebih kurang untuk bisa memiliki mobil SUV Subaru Forester dan assets di atas Rp 100 juta dari bisnis penjualan obat (Drug Stores) dan Active Income di Sumedang, bandingkan, hanya dalam tempo kurang dari 4 tahun sebagai Relationship Builder sudah bisa peroleh Unstoppable Income (passive income) US$ 6000 di tahun 2011.

Subaru Forester

Akan tetapi sesuai dari SOP Unisyn bisnis tersebut dalam suatu titik tertentu, titik kulminasi, harus ditinggalkan dan seorang siswa perguruan wajib mengalihkan bisnisnya ke sektor lain. Dari itulah masih banyak orang di luar sana yang punya pendapat keliru menganggap bahwa seorang siswa Unisyn itu menjadi sukses Ultra Kaya akibat suatu usaha tertentu yang membawanya hingga ke posisi Financial Independent. Salah sekali. Faktanya justru tidak seperti itu. Memang bisnis Cash Back via member gets membersmendongkrak penghasilan saya dan saya sangat berterima kasih untuk itu, namun bisnis lainnyalah yang kemudiannya menerbangkan saya mencapai keadaan Financial Independent. Apakah bisnis itu sudah tentu menjadi rahasia perguruan Unisyn turun temurun. Rahasia Sukses yang pintunya tertutup rapat, disegel. Dari itu, publik, banyak yang salah persepsi.

Akhirnya di tahun 2011 atau tepatnya 4 tahun setelah saya menginjakkan kaki di LA ini saya berhasil memperoleh keadaan Financial Indpendent. Berturut turut setiap tahunnya peningkatan status demi status saya raih; Financial Freedom (2012), Time Freedom (2013) dan terakhir Economically Free (2014). Sekedar informasi, seorang siswa Unisyn yang sudah mencapai keadaan Financial Freedom  minimum UI (Passive Income) lebih dari US$ 24,000. Tahun 2013 dengan Price Index: Rp 25.000,- saya raih Time Freedom dengan UI lebih dari US$ 102.400 /bulannya dan tidak usahlah disebutkan sewaktu EF di tahun 2014…

 

Hidup itu pilihan,
orang baik pilihannya baik
dan karenanya orang baik, rezekinya baik

Jangan takut melakukan kesalahan
karena “salah” berbeda dengan dosa
dan segera mungkin lakukan perbaikan

Hidup ini pilihan,
Pilihlah Dan jadilah orang baik
karena Allah BERADA di jalan kebaikan,
jika kita berada di Jalan kebaikan
sesungguhnya Allah berjalan bersama kita…
Anastasia

 

Saya bisa tersenyum karena Passive Income yang saya peroleh rutin setian bulannya tanpa dengan harus bekerja lagi semakin hari semakin bertambah secara eksponensial. Tidak hanya saya ini bisa lepas total dari dunia kedokteran tetapi juga beban moral sebagai seorang dokter terutama jika saya dengar cerita teman teman seprofesi di tanah air. Seperti misalnya pertanyaan yang pedih ketika ditanyakan, ‘Dokter mau mengerjakan pasien BPJS?’. Pedih karena dokter tak bisa segera mengoperasi pasien karena masih menunggu proses administrasi BPJS. Mau menunggu sampai kapan? Sampai jadi kasus kasep?. Padahal, urusan administrasi bukan wewenang para dokter. Lalu setelah pasien akhirnya bisa sampai ke kamar operasi, paradokter yang akan menolong pasien harus memutar otak supaya melakukan penghematan. Seorang dokter anestesi harus memilih obat bius yang murah meriah. Belum selesai. Cerita pedih tak terhenti sampai di situ. Pasca operasi, petugas apotek mengatakan, obat nyeri tidak ditanggung. Apakah itu artinya para dokter  jadi dipaksa bekerja di bawah standar?

 

Catatan: Jika anda merasa keadaan anda saat ini terpuruk, BERBAHAGIALAH.. hidup itu naik turun, hanya saja naik turun setiap orang berbeda-beda, ada orang yang hari ini bisa makan, besok tidak. Ada juga orang yang hari ini penghasilannya 5 M, besok 1 M. HIDUP INI NAIK TURUN. dan jika anda merasa kondisi anda saat ini sudah di titik terendah. BERBAHAGIALAH, itu tandanya sebentar lagi anda akan naik. Kan sudah titik terendah ? artinya sudah tidak bisa turun lagi
DIBALIK KESUSAHAN ADA KEMUDAHAN
Anastasia

One Day in Your Life

Sebelum acara Recognition FI ini sebetulnya saya sudah mengirimkan tiket pesawat gratis First Class pp untuk my Coach di Jakarta, tapi dia kembalikan. Gantinya my Coach menitipkan sebuah lagu dalam MP3 Player, sepucuk surat dan Slave Brachelet sebagai tanda FI melalui Ibel. Apa judul lagunya dan apa isi suratnya? Dia hanya mengatakan dalam suratnya:”Putarlah lagu ini dan temuilah saya nanti waktu kamu berhasil meraih Financial Freedom di Dago Tea House”.

Saya merasa tertantang untuk membuktikannya. Nah di waktu memperoleh gelar FF saya email dia menanyakan kapan hari H dan jam J saya menemuinya.

Pada waktu yang ditetapkan saya sudah tiba di lokasi itu, yang sudah dirubah jadi teater terbuka sambil sengaja memutar MP3 Player dan terdengar lagu “One Day in Your Life” dari Michael Jakson.

 Dago Tea House

One day in your life~
`You remember a place ~
`Someone touching your face~

Balik di tahun 1988 he touched my face… Angin sejuk berhembus pelan, membelai dedauan hingga terjatuh, memberikan kesejukkan dan kedamaian pada diri saya.

`You’ll comeback and you’ll look around..you~
`One day in your life~

Alunan melodi menemani kesendirian saya di tempat itu. Badan ini seketika lemas mendengar dan terhanyut lebih dalam oleh lagu yang mengalun itu.

`You’ll remember the love you found here~
`You remember me somehow~

https://www.youtube.com/watch?v=JfktVRxye-Q

Bersamaan dengan mengalunnya melodi lagu bertempo lamban dan melow itu, mengalun pula air mata. Meliuk-liuk menelusiri pipi bahkan tetesan air mata itu seolah menghujam hati. Paduan dan kesatuan nada yang begitu indah, dan..dan kenapa saya menangis?

Bukan, bukan karena begitu indahnya alunan musik lagu tersebut. Melainkan karena syair yang didendangkan oleh sang pelantun membuat dada terasa sesak. Syair lagu tersebut seolah-olah meliuk-liuk dalam hati, mengalun di memori, mendendangkan setiap perkataan yang mengingatkan saya pada seseorang, memutar-mutar setiap kenangan bersama seseorang.

“Hiks..Hiks” setelah sekian menit menahan sesak didada, saya mulai mengeluarkan erangan tertahan itu. Itupun setelah saya menghentikan lagu yang masih berdurasi sekitar 1 menit lagi di mp3 player yang saya letakkan disamping bersama kotak kado berwarna merah darinya. Saya memutuskan membawanya ke sini

`One day in your life~
(suatu hari dalam hidupmu)
`You remember a place ~
(kau ‘kan teringat sebuah tempat)

Entah sadar ataupun tidak jemari saya meraih mp3 player dan menekan tombol pemutar, lalu mengalun kembali lagu menyesakkan itu.

“mas Bxx.. kamu dimana..?” saya bergumam lirih setengah bergetar mengeluarkan suara. Sosok lelaki itulah yang masuk dalam nalar saya ketika mendengar lantunan syair tersebut. Ya, suatu hari nanti bahkan mungkin setiap hari benarlah saya akan selalu mengingat nama lelaki itu, nama yang lebih dari 10 tahun mengisi hati.

Kemudian dari kejauhan perlahan saya melihat seseorang, dari seberang sisi teater, menuruni tangga sambil tersenyum melambaikan tangan berjalan menuju tempat saya duduk.

..Oh Tuhan…

Mulut saya menganga tak percaya melihat sosok pria dihadapan itu. Pandangan saya buram, air mata sudah meluap tak terbendung. Selanjutnya suasana seperti itu persis sekali dengan syair “Lembah Biru” dari alm Andi Meriam Matalata:

Tak tahan lagi sambil berlari ku panggil namamu