Pengalaman Vina

Author: Vina Pusvita

205646_203396536357555_100000616302344_629392_4089591_n

Vina Pusvita

  1. Joined: 2014

  2. Coach: Dianty Aswita

  3. SQ5

 

Saya mulai sedikit cerita saya sebagai remaja baru lulus SMA di kota kecil – Karawang, Jawa Barat. Remaja yang bermimpi ingin menempuh kehidupan sebagai wanita karier. First of all, kira-kira wanita karier itu apa sih? Apa yang saya bayangkan sederhana saja: wanita yang stuck di depan komputer dari pagi sampai sore, menghadapi kertas-kertas menggunung di depan meja. Itu saja, ketimbang seperti beberapa teman semasa SMA yang harus kena panas terik tawarkan barang sebagai sales. Padahal banyak yang berpikir, apa sih enaknya jadi wanita karier? Apalagi menurut budaya Indonesia sesukses apapun seorang wanita itu ujung-ujungnya bakalan masuk dapur juga. Bahkan kodratnya wanita itu telah ditetapkan sejak dulu untuk mengurus rumah tangga kelak. Oke, saya tidak terima begitu saja. Sebagai wanita saya harus bisa dobrak itu.

Walaupun orang tua di Karawang men-support dengan mengirimkan uang bulanan tapi ayah cuma pegawai Pemda golongan rendah. Jadi saya mulai mencari info lowongan yang cocok bukan cuma di kota kecil ini bahkan sampai ke Jakarta.

Lika-liku kerja di beberapa perusahaan kecil sangat banyak dan jujur saja pengalaman dan mental terasah di sana. Mulai dari pekerjaan banyak di luar dari jobdesc yang dijanjikan, bos yang super duper galak, manajer yang merendahkan, rekan kerja yang selalu mencari celah kesalahan, sampai dengan senior yang menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan. Sudah tentu ada senior yang genit berusaha menggoda saya. Tapi apalah saya, pegawai rendahan yang cuma lulusan SMA. Selalu dicari titik kelemahan saya agar jadi alasan saya diberhentikan secara sepihak oleh perusahaan. Bahkan ada perusahaan yang dengan cara liciknya mereka sengaja memberhentikan saya secara paksa di bulan ke-11, agar saya tidak bisa mendapatkan surat referensi kerja selama 1 tahun penuh di perusahaan tersebut. Sedih memang, di saat itu saya menangis dalam kesendirian. Saya juga berbohong kepada orangtua dengan mengatakan saya yang ingin segera berhenti dari perusahaan tersebut karena beban pekerjaan yang overload.

23609_106474632727636_5298570_n

om Dody Efrizal

Sampai kemudian ada Info dari om saya yang sudah kerja di Jakarta, om Dody Efrizal (teman SMA teh Susi Rusanti) saya disuruh coba melamar ke Grup Equitas. Tidak mudah menembus masuk ke salah satu perusahaan di bawah lingkungan Equitas ini. Berbagai test yang berlapis lapis walaupun hanya sekedar menyaring anak lulusan SMA seperti saya. Hingga akhirnya saya mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan Event Organizer milik Equitas sebagai anggota team Marketing. Kerja di Equitas selama percobaan harus mau susah dulu, statusnya Training. Sebetulnya tidak dibayar, hanya dikasih makan siang saja. Setelah 3 bulan kemudian naik status jadi Training Fee, dengan gaji yang masih jauh di bawah rata-rata UMR. Setelah 3 bulan, kalau lolos evaluasi, naik ke istilahnya DW (Daily Worker) dan gaji masih setara UMR Jakarta. Baru 3 bulan lagi kemudian diangkat jadi staff permanen dengan gaji yang bagi orang lulus SMA seperti saya – menggiurkan, Rp 7 juta/bulan di tahun 2014. Belum ditambah jatah natura seperti beras, minyak goreng, gula hingga uang transport plus akomodasi…wah, pokoknya saya merasa jadi orang kaya…buat ukuran saya. Selesai? Belum! Equitas menyediakan dana untuk modal awal menjalankan bisnis sendiri. Uang tersebut dipinjamkan ke karyawan dengan tanpa bunga dan jarak tempo pinjaman yang sangat panjang….

Dari modal itu saya mencoba mulai berbagai bisnis dibawah bimbingan seorang business menthor yang juga disediakan dan digaji oleh Equitas Club. Menthor saya waktu itu om saya sendiri yang membawa saya masuk Equitas, yakni om Dody Efrizal. Selama menjadi bagian Team Marketing EO Equitas saya jadi terlibat dalam berbagai seminar yang diadakan. Saya bisa ikut seminar gratis meski tidak dapat sertifikatnya. Salah satu dari seminar yang paling saya tunggu tunggu adalah “Simple Inspirations from a Simple Man”. Sudah topiknya menarik yang membawakannyapun, selain orangnya very attractive juga pintar. Peserta jadi semangat seakan akan terbakar oleh motivasi yang diberikan. Si pembawa seminar tak lain dan tak bukan adalah Unisyn Founder. Anehnya, entah kenapa, seminar selalu dibuka dan ditutup oleh lagu lagunya Lobo, penyanyi country dari AS. Padahal, sang the Founder itu sebetulnya kurang suka lagu Country. Sebetulnya hal pertama yang membuat diri orang ini menarik, sebelum saya kenal beliau sebagai pembawa seminar, adalah kecintaan beliau pada binatang, termasuk si Doggie anjingnya mr Ram Sharandas yang sengaja beliau taruh di halaman kantor untuk menjaga. Saya beberapa kali menemukan beliau ini sedang asyik bercengkrama dengan si doggie dan lucunya beliau selalu ajak anjing ini ngobrol dengannya. Bagi saya ini lucu…dan sejalan dengan salah satu lagunya Lobo: The Albatross. Selain tentunya lagu theme songs seminar itu: A Simple Man dan There ain’ no way. Setiap usai seminar, meski sambil bubar, peserta serempak menyanyikan lagu The ain’t no way itu.

Dari seminar inilah yang menginspirasi saya menuju sukses dan dari seminar ini juga saya mengenal ada suatu institusi yang melatih orang orang menjadi sukses, bernama The Universal Synergy.

Dalam suatu kesempatan, saya meminta the Founder atau the Chef untuk melatih saya ilmu yang disebut Uni-G tetapi beliau menganjurkan saya untuk berlatih dengan salah satu muridnya yang sudah sukses bernama Dianty Aswita. Sudah tentu sebenarnya saya kecewa berat tidak bisa langsung diajar oleh sang pria idaman, tapi saya pikir okelah tidak apa saya dilatih oleh muridnya asalkan tetap dapat kesempatan bertemu dan berkomunikasi langsung dengan the Chef ini.

Masuk perguruan Unisyn sebagaimana telah banyak saya dengar, memang dahsyat; bukan cuma dahsyat bobot pelatihannya melainkan jauh sebelum seseorang dinyatakan diterima sebagai murid percobaan. Seleksi masuk yang super ketat berkali kali lipat sulitnya dibanding untuk masuk ke Equitas Club. Kemudian setelah berhasil diterima, fase berikutnya yang tak kalah beratnya terus menanti. Namun demikian setelah mencapai tingkat 5 atau Square 5 dan menoleh ke belakang lagi sejak saya menjelang masuk institusi ini, saya pikir sepadanlah apa yang harus saya perjuangkan dengan hasil dahsyat yang saya peroleh.

Salah satu dari beberapa bisnis yang saya tekuni di Unisyn adalah membuka warung kopi sederhana. Saya cari target lokasi yang sangat ideal dan cocok dengan jenis usaha ini, tempat yang dekat dengan keramaian seperti pasar, terminal, atau sekitar pangkalan ojek dan tempat yang banyak orang berlalu lalang lainnya. Idea ini jujur saya tiru habis dari kisah sukses salah satu murid dari om Guru (demikian saya biasa menyebut The Chef). Ada murid beliau (yang sudah almarhum) mantan salah satu direktur Bank Mandiri di Medan. Beliau sudah tua, waktu mulai berdagang sudah berusia di atas 60 tahun. Beliau jual kopi mulai dari masih ditenteng keliling berjalan kaki, dari stasiun kereta ke stasiun lainnya, keliling kampung. Pak Choki Siregar namanya.

Dari kisah beliau kemudian saya tarik pengalaman dan saya jadi tahu bahwa rata rata harga jual satu cangkir kopi hitam yang biasa di jajakan di warung pinggiran terminal, warung tenda dan tempat nongkrong sederhana cuma berkisar antara 2 ribu sampai tiga ribu rupiah saja.

Sedangkan modal untuk membuat satu cangkir kopi jika di analisa secara matematis tidak akan lebih dari seribu sampai seribu lima ratus rupiah per gelasnya. Keuntungan maksimal 50% tentunya akan sangat mudah didapat setelah di perhitungkan dengan pengeluaran lain seperti, biaya bahan bakar gas untuk merebus air, sabun cuci gelas, dan jangan lupa sisihkan untuk menutup pengeluaran modal awal lainnya secara berkala. Kemudian sudah umum jika usaha jual minum kopi selalu dikombinasikan dengan berjualan menu jajanan atau makanan ringan seperti kue gorengan atau bahkan berjualan nasi dengan menu yang relatif sederhana untuk menambah pundi pundi penghasilan. Dari bisnis ini saya rekrut right hands sejalan dengan metode RDBMS.

Dianty06

Dianty Aswita

Selain usaha jual kopi saya juga jalankan usaha cutting sticker mengingat pertumbuhan pengguna kendaraan bermotor yang selalu meningkat dengan pesat. Tidak sedikit dari mereka yang suka atau hobi mendandani kendaraan dengan hiasan cutting sticker supaya tampil beda dengan yang lainnya. Bisnis ini saya menjalankan usaha hanya dengan modal yang sangat minim. Khususnya dalam memilih lokasi, bahkan trotoar tepi jalanpun juga kerap menjadi tempat melancarkan usaha sebab di anggap sangat potensial dan bisa menarik perhatian para pengendara. Dengan cara yang demikian, usaha modal kecil seperti ini memang harus di jalankan seefisien mungkin tanpa harus dipusingkan dengan biaya sewa tempat atau lapak yang jelas akan membutuhkan modal ekstra. Kemudian setelah usaha menggeliat, menghasilkan cukup uang baru saya mulai menyewa kios atau tempat.

Untuk membuat satu block full cutting sticker pada satu unit sepeda motor matic biasanya akan dikenakan tarif sekitar dua ratus ribu hingga tiga ratus ribu rupiah sesuai dengan tingkat kesulitannya. Sedangkan modal belanja bahan sticker sebanyak satu hingga 2 rol yang bisa digunakan untuk tiga unit motor dengan desain full cutting, hanya membutuhkan modal sebesar kurang lebih seratus lima puluh ribu rupiah saja.

Menjalankan usaha kreatif seperti ini memang anda di tuntut harus memiliki keahlian dan ketrampilan serta bakat seni yang mumpuni. Meskipun demikian siapa saja tetap memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk bisa berkarya jika anda sanggup tekun dan selalu konsisten dalam menjalaninya.

Dari hasil kedua usaha ini, saya punya cukup uang membiayai kuliah saya, sesuai pesan The Chef, “jangan cukup puas hanya dari satu degree saja, selagi kita mampu”. Tahun ini sudah tahun ketiga saya kuliah di STIKS – Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi dan Sekretaris Tarakanita. Sedangkan di Unsiyn sendiri saya baru selesai lolos uji MOS pertama – Men of Steel atau masa Pembajaan di Curug atau air terjun Cikaso di kawasan Ujung Genteng. Air terjun ini mempunyai tiga pancuran, dengan tinggi 80 meter dan lebar sampai 100 meter.

Image result for curug cikaso picture

Curug Cikaso

Kalau saya bisa melihat kembali masa-masa lalu di awal awal saya bergabung Unisyn, saya tahu persis yang membuat saya mampu bertahan adalah karena Mindset atau Cara Berpikir yang saya miliki yang sedikit sedikit sudah dibentuk dan ditempa selama bertahun-tahun di perguruan itu. Saya melihat cukup banyak orang  yang mengalami masalah besar dalam hidupnya, tidak berhasil bangkit dan terus terpuruk dalam hidupnya karena tidak memiliki mindset atau cara berpikir yang mendukung dirinya. Di Unisyn, bukan cuma penggemblengan Pilar 1 (fisik) dihajar disitu tetapi sebagai wadah penggemblengan di kesemua pilar. Saya beruntung mengenal dan berteman baik dengan orang-orang hebat seperti teh Dianty, pak Mahendra Equitas dan tentunya The Chef. Dari merekalah saya belajar, mendapat inspirasi dan mengerti mindset dan cara berpikir mereka, dan itu semua semakin membuat saya yakin bahwa : Mindset Anda atau Cara Berpikir Anda lah yang akan membawa Anda meraih tujuan, impian dan goal besar Anda.

Kalau Anda tahu sejarah mereka mereka yang kini sudah berada di atas Square 10 di Unisyn, sebetulnya mereka juga pernah gagal berkali-kali, bangkit lagi dari dasar, menghadapi berbagai tantangan hingga bisa meraih kesuksesan hingga saat ini. Maka Anda akan setuju bahwa mindset merekalah yang membawa mereka ke titik kehidupan saat ini.

“Siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia adalah orang yang beruntung.. Siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, dia adalah orang yang merugi.. Siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, dia adalah orang yang celaka..”