Sharon Success Story

sharon01

 

Author: Sharon Yi Peng (F)

Translated: Susiana Rusanti

  1. Joined: 2001

  2. Coach: Susiana Rusanti

  3. Financial Independent 2012

  4. Financial Freedom 2014

  5. Time Freedom 2016

  6. Economically Free 2017

Saya berkenalan dengan Coach Susi di dapur asrama mahasiswa tempat saya menetap. Tiap kali ketemu dia sedang masak. Saya perhatikan dia sebetulnya kurang begitu suka memasak tapi dia terlatih untuk itu. Dari pembicaraan saya ketahui bukan ibunya yang mengajarinya masak melainkan “perguruan” tempat dia berlatih ilmu kesuksesan.

Image result for moscow state university lomonosov picture

Moscow State University Lomonosov

Itulah yang membuat saya penasaran. Ternyata walaupun kami berdua yang kebetulan berada di perguruan yang sama, Moscow State University Lomonosov ternyata masih ada orang seperti Susi yang belajar di perguruan lain selain universitas ini. Perguruan yang dinamakan Unisyn. Saya bukan saja heran salah satu dari mata pelajaran di perguruan itu ada masak memasak, kerapihan berbenah bahkan bukan cuma indoor training; ada outdoor seperti hiking, camping, mountaineering sampai bela diri. Saya tertarik Langsung menyatakan ingin ikut serta, tapi tanggapan Susi malah setengahnya acuh, dingin. Waktu saya tanya lebih lanjut, ia jelaskan, pelatihan di perguruan ini tidak sembarangan orang bisa masuk, sangat terbatas. Sebab sangat keras, melelahkan dan sedikit kejam. Pelatihannya tidak dirancang sekedar untuk membuat Anda bugar. Kamu harus berada dalam kondisi fisik yang sangat baik dan lulus PST (Physical Screen Test) yang dilakukan Team (orang dalam Unisyn), sebelum seseorang dapat dianggap layak sebagai kandidat murid. Itu baru sebagai kandidat atau calon. Mendengar ulasan Susi begitu, bukannya mundur saya malah merasa tertantang. Sampai akhirnya Susi mencontohkan dirinya, memperagakan di depan saya “coba kamu lakukan dulu seperti saya berikut ini….

  • Push-ups dalam 2 menit sebanyak 100x
  • Sit-ups dalam 2 menit sebanyak 50x

Susi dengan santai melakukan push up dan sit up. Saya coba apa yang Susi contohkan, karena dasar saya bukan olah ragawan…jadi… “saya sekarang belum sanggup, tapi beri saya waktu sebulan dari sekarang..” saya berkelit.

Program pelatihan Unisyn menekan seseorang dipaksa hingga hampir di luar batas untuk memastikan layak atau tidak. Jika siap menghadapi tantangan, maka orang akan berada dalam kondisi fisik yang luar biasa dan memiliki kepercayaan diri, tekad, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai sukses. Demikianlah, sejak saat itu saya berusaha keras agar layak menjadi Unisyn Caddet. Menjadi mahasiswa di Rusia saja sudah sungguh berat, tambah beban pelatihan menjadi murid teman sejawat saya itu, Susi. Di Rusia, tak hanya soal iklim yang sangat ekstrim, bahasa dan aksara yang berbeda. Masih beruntung kuliah dan kehidupan saya di Moskow dipenuhi oleh orang tua saya di Shen Zhen, Cina.

Shen Zhen terletak di antara kota Guangzhou dan Hong Kong adalah pusat industri yang terus bergerak sepanjang malam. Dalam hasil industri menempati rangking ke empat di China. Berlokasi di kawasan Pearl River Delta, berbatasan dengan Hong Kong, Huizhou, Dongguan dan Lingdingyang. Shenzhen adalah salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia selama periode tahun 1990 hingga 2000-an. Pusat keuangan dan industri yang penting di Cina Selatan dan menjadi markas besarnya sejumlah perusahaan teknologi tinggi.

Image result for shen zhen

Shen Zhen

Beasiswa yang diterima Susi dari pemerintah Rusia hanya cukup untuk biaya studi dan biaya asrama. Dia mencari beasiswa tambahan guna menutupi kebutuhan lainnya termasuk biaya asuransi. Biaya hidup di Rusia tak terlalu mahal dibanding negara Eropa lainnya tapi bea siswa yang diperoleh juga tidak besar, hanya cukup buat beli pulsa HP, tiket bus dan metro. Untuk makan siang dapat kupon untuk makan di kantin kampus. Mahasiswa asing tidak dapat bekerja karena visa yang hanya untuk belajar bukan bekerja. Berbagai cara yang dilakukan Susi untuk memperoleh uang tambahan, seperti mengecat bangunan untuk renovasi, sampai memasang dan memperbaiki atap. Kerja renovasi di kampus tak terlalu berat, tapi kalau di negara saya orang yang bekerja seperti itu disebut 建筑工人 (kuli bangunan). Susi bisa meraup sekitar 25.000 Rubel yang cukup untuk dua bulan hidup di Moskow. Susi sudah menjajal banyak pekerjaan paruh waktu. Mulai dari kasir di Cafe, distributor operator MTS—salah satu raksasa selular di Rusia, broker produk Apple hingga kerja kasar seperti tadi, membangun taman. Bahkan Susi biasa memasang AC dan pasang keramik saat libur kuliah musim panas. Waktu saya tanya apakah dia tidak malu atau sayang pada kehalusan dan kelembutan tangannya dipakai kerja kasar, dia menggeleng kepala. “Saya sudah dilatih Unisyn secara fisik dan mental untuk selalu survive menghadapi hidup. Seperti kata pepatah Rusia ‘Без труда́ не вы́тащишь и ры́бку из пруда́‘. Yang artinya, tanpa usaha, kita bahkan tidak akan bisa mengeluarkan ikan dari kolam. Sesekali dia mendapat kiriman uang (istilahnya uang kaget) dari Coachnya di Indonesia. Tapi tiap kali saya tanya siapa itu Coachnya, dia selalu berdalih kalau itu “kekasih”nya, walau saya meragukannya. Tiap kali dapat uang kaget, Susi bisa lebih nyaman hidupnya dengan makan yang lebih enak dan beli kebutuhannya lebih leluasa.

Saya dan Coach Susi walau kuliah di universitas yang sama di Universitas Negeri Top 5 Rank di Rusia; yakni di Moskóvskiy Gosudárstvennyy Universitét Imeni M. V. Lomonósova (Московский государственный университет имени М. В. Ломоносова) atau Universitas Negeri Moskow. Saya kuliah di Faculty of Biology jurusan Plant biotechnology. Di jurusan ini dipelajari mulai dari cellular and genetic engineering of plants; molecular bases and technology of cultivation of isolated cells and plant tissues sampai modern methods of transforming plant cells and obtaining transgenic plants. Sedangkan Susi di jurusan Fakultas Komputasi Matematika dan Cybernetika.

Setelah setahun saya saya bergabung menjadi murid Unisyn (2002) saya bingung harus menentukan bisnis apa yang saya pilih untuk membawa saya ke gerbang sukses. Saya sudah sangat mencintai alam sejak kecil dan saya suka dengan hal-hal yang berkaitan dengan alam seperti angin, hujan, tanaman, dan hewan. Itulah alasan saya mengambil jurusan Plant Biotechnology. Lahan yang tidak luas di sekitar asrama tidak membuat saya berkecil hati. Ilmu yang saya peroleh dari bangku kuliah mengajarkan sangat banyak sekali berbagai inovasi baru yang memudahkan untuk dapat menanam pohon apapun dengan lahan yang sempit. Salah satunya yaitu dengan menjadikan tanaman yang bisa tumbuh tinggi menjadi tanaman bonsai yang mini dan indah. Bonsai memiliki unsur religi, filosofi, estetika, serta metedologi tersendiri dan karena memiliki nilai seni maka bonsai bisa menghasilkan nilai ekonomi. Bukan sekedar seni membuat pohon hias. Tapi memiliki nilai estetika insan nan eksotis. Bentuk kecil, imut, serta kecantikan lekuk menjadikan eksotisme sendiri. Pohon bonsai itu memiliki nilai seni yang tinggi, karena di dalam satu pohon Bonsai terdapat perpaduan antara filosofi dan ilmu Botani.

Chinese Elm Bonsai Tree

Bonsai adalah kata Jepang, tetapi seni menanam pohon-pohon ini berasal dari Cina, di mana ia disebut “Penjing” 盆栽. Seni bonsai muncul pertama kali di negeri Cina pada saat pemerintahan dinasti Tsin 265 – 420 dan semakin terkenal  pada dinasti Tang 618 – 907.

Bonsai merupakan salah satu komoditas tanaman yang tak pernah mati. Tanaman unik ini selalu menjadi buruan dan harganya relatif bertahan tinggi.

Filosofi Unisyn banyak berakar dari ajaran Tao ( 道德經  Tao⁴ Tê² Ching) dan perkembangan dari penjing dilakukan di negeri Cina yang beragama Tao mempresentasikan tanaman bonsai ini, selaras dengan Unisyn; merupakan salah satu pokok ajaran yang terciptanya keharmonisan, kesejahteraan antara manusia dengan alam.

Wisteria Bonsai Tree

Butuh lima tahun untuk membuat bonsai berkualitas. Bisnis ini butuh investasi janga panjang. Dibutuhkan kesabaran soal merawat hingga membentuk sempurna. Untuk perawatan setelah jadi tidak sesulit proses awal membuatnya. Soal materi pembuatan juga tidak mahal, bisa melalui cangkok tanaman, stek atau membibit sendiri atau mencari ke hutan.

Saya sering ditemani Susi menjelajah hingga ke dalam Hutan Khimki di dekat Moskow; luasnya sekitar 1.000 hektar. Khimki bagian dari apa yang disebut “Green Belt” jalan tol Moskow-Saint Petersburg (M11), melewati hutan untuk menghubungkan Moskow dan Saint Petersburg. Ada pengalaman tak terlupakan sewaktu kami menjelajah hutan Khimki dengan UAZ Hunetr (mobil SUV buatan Rusia).

Image result for uaz suv hunter

UAZ Hunter

Berhubung baru masuk musim gugur, sebagian masih tersisa salju. Kalau semua salju tentu saya akan sangat hati hati. Berhubung salju sebagian, ban mobil depan bagian kanan (Rusia – stir kiri) terperosok lubang yang tertutup salju. Meski mobilnya 4×4, tetap tidak bisa lepas dari lubang itu. Bingun, tidak ada manusia di sekitar kami. Akhirnya Susi keluar dari mobil, ke dekat roda yang terjerembab. Saya heran apa yang sedang dilakukannya. Dia minta saya mundurkan mobil, sambil sebelah tangan kanannya sedang siap siap mengangkat fender roda kanan depan. Dengan sebelah tangan (tangan sebelah lagi uma memegang body mobil). ‘Apa kuat dia?’ tanya saya dalam hati, tapi tetap saya coba lakukan dan…ajaib (menurut saya) dengan mudah roda kanan mobil lepas dari lubang! Padahal beberapa lama jauh sebelumnya mobil yang sama pernah sebelah roda kirinya masuk parit di dekat asrama dan waktu itu butuh sekitar 5 orang untuk mengangkatnya! Disitulah kehebatan Optimizer terbukti!

Saya memulai Bonsai selain dari background kuliah juga menurut imajinasi dan selera saya sendiri. Pelatihan Optimizer dari Unisyn membantu mengasah intuisi. Dalam membentuk bonsai harus mempunyai intuisi yang kuat, agar sejalan dengan unsur alam. Manfaat dari belajar di Unisyn telah merumuskan pendekatan saya terhadap seni, pendekatan untuk upaya styling Bonsai.

Small Bonsai Shohin Tree Morten Albek

Setiap kali saya pulang kampung ke Shen Zhen, saya berkesempatan mendapat kesempatan bagus untuk belajar secara mendalam estetika dan filosofi Chinese Penjing (akar seni Bonsai) dan dengan pengalaman praktis saya dengan Bonsai modern. Pembelajaran saya di Cina memberi saya pencerahan yang signifikan. Pendekatan filosofis membantu memantapkan pemahaman saya tentang sains dan estetika usaha saya. Lebih jauh lagi, saya benar-benar percaya bahwa Bonsai hanyalah bentuk lain dari seni visual. Dalam waktu saya di Tiongkok, pertemuan dengan banyak master Bonsai Cina dan juga baca literatur Tiongkok yang sebagian besar teks-teks ini tidak pernah diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Persepsi dan interpretasi saya tentang Bonsai berubah. Perbedaan yang paling signifikan adalah bahwa, sebelumnya, saya bekerja secara intuitif tanpa mengetahui mengapa saya melakukan apa yang saya lakukan. Namun, sekarang, saya bisa menyempurnakan usaha saya dengan pemahaman yang jelas tentang estetika dan pendekatan kontekstual terhadap karya tersebut.

Goshin Bonsai by John Naka

Bonsai membentuk estetika, teknik dan alat menjadi semakin canggih saat popularitas bonsai tumbuh di Jepang. Pada tahun 1910, mulai dibentuk dengan kawat daripada teknik string, tali dan goni yang lebih tua; muncul di Sanyu-en Bonsai-Dan (Sejarah Bonsai di pembibitan Sanyu). Kawat baja galvanis awalnya digunakan. Kawat tembaga mahal hanya digunakan untuk pohon terpilih yang memiliki potensi nyata. Pada tahun 1920 dan 1930an, Toolsmith Masakuni I (1880-1950) membantu merancang dan memproduksi alat baja pertama yang dibuat khusus untuk kebutuhan pengembangan bonsai styling.

Pendapatan bonsai menggiurkan karena bonsai sudah termasuk benda seni dimana nilai ekonominya cenderung bertahan. Biasanya setelah memakan waktu sekitar 3-5 tahun pohon dapat ditata dan mulailah ada penghasilan. Terpenting setiap bulan ada saja pembeli bonsai saya, paling tidak bisa mengantungi di atas 5000 rubel (jutaan Rp) 40 ribu rubel (Rp 8 juta) per- bulan. Pernah semasa kuliah saya menjual bonsai Juniperus excelsa senilai 500 ribu rubel (Rp 100 juta).

Dengan mulai kelihatan hasil dari bisnis ini, saya bertanya ke Coach apakah bonsai akan mengantarkan saya menggapai impian saya menjadi EF Champion. Di luar dugaan saya Susi membantah. “Untuk suatu bisnis nantinya mudah dikonversi ke passive income salah satu syaratnya harus unsur karakter Jidohka (bahasa Jepang) atau autonomation. Bisnis kamu ini hebat menghasilkan active income tapi tak mudah diduplikasi.”. Waktu itu pelajaran saya tentang bangun Pilar ke 2 di Unisyn belum di Level yang tinggi. Kalau diilustrasikan dengan pendidikan formal baru sampai tingkat SMP. Lebih lanjut Susi menjelaskan contoh duplikasi.”Bagaimana mungkin kamu menduplikasi seorang Tekla Bądarzewska. Kalau sekedar memainkan salah satu lagunya, A Maiden’s s Prayer, banyak orang sanggup. Tapi untuk ‘mencetak’ jangankan beberapa tapi satu saja lagi Badarzewska tidak akan bisa.”. Barulah saya mengerti apa yang dijelaskan sahabat sekaligus coach saya itu. Badarzewska adalah seorang komposer lagu klasik dari Polandia yang hidup antara tahun 1829 hingga 1861. Salah satu lagu terkenal ciptaannya A Maiden’s Prayer.


Saya kebingungan dan juga kecewa atas pernyataan Coach saya itu. Saya hampir berhenti dari Bonsai untuk sementara waktu. Namun Susi kembali memotivasi saya. “Apa yang sudah berjalan bagus kenapa harus dihentikan? all’s well that ends well. Lakukan bisnis paralel, deh”. Dari sini saya mulai semangat lagi sambil terus memperdalam pengetahuan mengenai bonsai sambil membuat proposal untuk bisnis yang lain.

Fatima Success Story

Fatima01

Fatima Musa

    1. Born: 10 May 1997
    2. Joined: 2012
    3. Direct Coach: Muhammad Ahsraf
    4. Formal Education:
      1. S1 Semarang State University
    5. Financial Independent 2018
    6. Financial Freedom 2020
    7. deceased May 2020

Fatima Musa seumur hidupnya menderita masalah jantung, (HCM) kependekan dari Hypertrophic cardiomyopathy. Ini adalah kondisi yang sangat serius dan berbahaya. Makin bertumbuh dewasa semakin kondisinya berbahaya. Kondisi kelainan jantung HCM membuat nyawa Ima (demikian panggilan Fatima) selalu terancam setiap saat. Ima harus berjuang setiap hari untuk dapat tumbuh dewasa. Ima pernah tiga kali mengalami mati suri. Jantungnya beberapa kali memberi masalah. Bahkan untuk operasi di kaki (daging tumbuh) yang sebenarnya operasi kecil dan normal yang dilakukan dokter setiap hari, Ima bisa mengalami gagal jantung. Semua kejadian itu cukup membuatnya sangat takut mati, tetapi ia selalu mencoba lebih keras untuk melupakan tentang hal itu dan tidak khawatir.

Pin by nonas arc on Hypertrophic Cardiomyopathy (HCM ...

Pernah dalam pelajaran olah raga favorit saya di sekolah mendadak saya merasa lemas sehingga saya duduk di bangku. Saya pingsan. Hal berikutnya yang saya tahu, saya terbangun dengan EMS (Electro Medical Systems) disekeliling. Saya tidak dapat berbicara dan bergerak, saya hanya dapat melihat apa yang mereka lakukan” demikian salah satu cerita Ima. “Mereka meletakkan alat kejut listrik di dada. Saya mendengar salah satu dari mereka mengatakan ‘Kami siap’. Dan yang lain mengatakan ‘Go!’. Saya pingsan lagi. Jantung saya berhenti dan saya tidak bernapas selama 3 menit. Ketika tubuh orang mati, otaknya tetap bekerja selama beberapa waktu. Saya mendengar mereka mengatakan ‘Dia tidak bernapas, jantungnya berhenti dan tidak ada pulsa denyut jantung’. Saya benar-benar berpikir bahwa saya sudah mati”.

Lanjut Ima dalam kisahnya, kata dr Milus rekan sejawat Coach Ashraf, “Hypertrophic cardiomyopathy (HCM) adalah penyakit di mana otot jantung (miokardium) memiliki ketebalan yang tidak normal atau disebut hypertrophied. Ketebalan otot ini membuat jantung bekerja lebih keras untuk dapat memompa darah. HCM juga dapat mempengaruhi sistem listrik jantung. Pada banyak orang, HCM tidak menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan. Namun, pada diri Fatima, HCM menyebabkan tanda-tanda dan gejala yang parah, seperti sesak napas, nyeri dada atau pingsan, bahkan bisa menyebabkan kematian”.

fatima02

Dasarnya Ima tidak pernah diperbolehkan untuk bermain semua jenis olahraga seperti yang teman-teman sebayanya lakukan. Menyakitkan untuk melewati hal tersebut di dalam bagian hidupnya. Ima hanya berharap ingin menjadi sama dengan orang lain. Tapi satu kondisi ini harus ia terima.

Bergabung ke Unisyn di usia 15 tahun atau semasa duduk di kelas 3 SMP Muhammadiah di jl Pramuka, Semarang. Setelah selesai lewat probation 3 bulan dan dinyatakan lolos diterima sebagai Associates (status murid baru Unisyn), Coach Fatima yaitu operatif Ashraf sudah memintanya tentukan pilihan bisnis yang akan membawa Fatima menuju EF. “Menjadi pengusaha tidak harus menunggu usia tua dan modal yang besar. Anak belum juga SMA seperti dirimu kenapa menghalangi seseorang sukses mengembangkan bisnis?” pertegas Ashraf, coachnya. Di awal usahanya, Ima mengaku tidak memiliki modal besar untuk memulai usaha. Namun itu sama sekali tidak menciutkan semangat maju. Ima punya niat dan keberanian yang menggebu gebu. Dalam pandangannya, kesabaran dan keuletan merupakan kunci untuk meraih kesuksesan mencapai status EF atau paling tidak FF (Financial Freedom). Tetapi dari kesemua itu justru kelangsungannya untuk terus berguru di Unisyn selalu jadi pikirannya.

Berangkat dari hobi olah raga (tapi betulkah hobby Fatima olah raga?). Untunglah perguruan Unisyn ternyata punya dispensasi dalam pembangunan Pilar ke 1 atau Physical Quotient. Bukan terbatas untuk kaum lanjut usia melainkan juga untuk kaum disable termasuk Fatima. Target yang harus dicapai dari kemampuan Fisik diturunkan mulai dari 25%,…50% sampai 100% hanya berupa latihan Optimizer saja..

Fatima Musa atau biasa disapa Ima mulai merintis bisnisnya. Remaja kelahiran Pekalongan 6 Mei 1997 ini melihat sebuah peluang melalui berbagai peralatan olah raga mulai baju senam, raket tenis, bola basket sampai golf stick. Dari situ Ima menemukan ide awal menjadikannya sebagai sumber penghasilan.

fatima03

Ima adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Pekalongan tempat kelahirannya. Ayah dan ibunya bekerja sebagai karyawan pengrajin batik dari keluarga pengusaha batik Khalaf Alla Al Habtoor.

Khalaf Al Habtoor adalah raja bisnis, investor dari Al Habtoor Group; salah satu perusahaan konglomerat terbesar di UEA, masih keturunan Maktoum Al Maktoum.

Sadar orang tuanya hanyalah buruh pengrajin, bukan anak orang kaya, Ima berambisi untuk sukses di masa depan dan sudah lama calon coachnya, Ashraf Anwar (waktu itu), memperhatikannya untuk dijadikan murid Unisyn sekaligus percontohanmurid dengan keterbatasan fisik.

Ashraf15

Coach Ashraf

“Saya hobi olah raga, basket dan futsal. Kemudian saya berangkat dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu, di mana teman-teman saya orang yang berkecukupan. Saya harus bisa berhasil dan membahagiakan kedua orang tua saya, saya harus sukses,” kata Ima saat berbincang beberapa waktu di akhir hidupnya dengan penulis (Jessy Jo).

Jessy01

Jessy Jo

Coach Ashraf sebagai juragan batik sudah tentu berlatar belakang keluarga makmur tetapi ini sama sekali tidak menjadikan Ima mencoba tergantung dari Coachnya. Modal usaha dia peroleh dari tabungannya yang ia kumpulkan dari jatah jajan hariannya. Dia sisihkan dengan cara lebih banyak puasa hampir tiap harinya, menahan lapar dan haus meski bukan di bulan puasa dan pulang pergi sekolah dia jalani dengan bersepeda butut milik ayahnya. Siswa kelas 3 SMP itu (dulu) menceritakan, Bismahanta Sport Club ia didirikan di tahun 2012 dan dari klub dan kegiatan olah raganya Ima mengaku sanggup menyediakan/menjual semua keperluan olah raga, tersedia di tempatnya. Hingga akhirnya di tahun 2019 dia sudah memiliki 100 mitra yang mendistribusikan produknya ke seluruh Indonesia dan beberapa negara lain.

Memulai Bisnis Suvenir Olahraga

Setiap orang yang mencintai olahraga atau memiliki ketertarikan yang cukup unik terhadap klub olahraga favoritnya, biasanya akan mengumpulkan atau sangat menginginkan atribut klub olahraga atau atlet favoritnya. Contohnya: Manchester United, Chicago Bear hingga atlit itu sendiri misalnya Michael Schumacher di laga Formula 1. Inilah yang dimanfaatkan Ima sebagai peluang bisnis yang bagus. Ia mulai dengan bisnis suvenir olahraga. Banyak macam suvenir yang bisa dihasilkan dari harga yang murah sampai yang mahal; apakah itu kaos, tas, jam dinding, mug, pulpen, atau apapun asalkan membawa logo klub olahraga. Bisnis souvenir ini memanfaatkan daya tarik seseorang pada klub atau atlit kecintaannya.

Fatima04

Membuat Aplikasi Olahraga

Di masa digital, Ima meski berlatar belakang olah raga tidak menghalanginya belajar program komputer. Ima tahu saat ini kita berada dalam masa di mana keberadaan smartphone menjadi kebutuhan paling dekat untuk banyak orang. Aplikasi atau Apps adalah bagian terpenting dari smartphone. Ima mencoba memfokuskan dalam membuat aplikasi terkait olahraga dan berujung dirinya berhasil aplikasi tracking saat berlari. Di Indonesia sendiri belum banyak developer yang menjalankan bisnis ini.

Membuka Fitness Centre

Kemudian dari hasil bisnis yang sudah berjalan ia membuka fitness centre. Modal awal yang dibutuhkan untuk membuka sebuah fitness centre memang cenderung besar karena biaya peralatan yang cukup mahal. Tapi pengembalian modal bisnis fitness centre juga bisa terjadi cukup cepat dan stabil, dengan adanya sistem keanggotaan  yang mengharuskan setiap anggota membayar iuran bulanan dan uang pendaftaran di awal. Ia mulai dari satu cabang kedua hingga sempat punya lebih dari 20 fitness center outlet.

Membuat Event olahraga

Berbekal dari sejarah keberhasilan rekan senior dr Ade dengan bisnisnya di LA, Ima juga menyelenggarakan event nonton bareng dan sekaligus mewadahi komunitas olahraganya. Dalam program ini Ima bekerjasama dengan perusahaan minuman atau makanan untuk menarik perhatian.

Memulai Bisnis Consignment (Titip Jual)

Dari jalur RDBMS, Ima tahu bagaimana mencari barang olahraga dan pakaian olahraga. Ima menghasilkan uang dengan memulai bisnis konsinyasi (titip jual). Bisnis dengan tipe ini tidak membutuhkan modal yang relatif besar, hanya butuhkan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dan menjaga kepercayaan, mendisplinkan, dan koneksi yang luas.

Membuka Toko Online Perlengkapan Olahraga

Membuka toko perlengkapan olahraga secara online adalah salah satu peluang bisnis yang saat ini masih terbuka lebar. Selain peminat yang semakin banyak, ternyata pesaing dalam bisnis yang satu ini terbilang masih kecil walaupun potensi berkembang dan prospeknya cukup baik.

Ima selalu ingat akan pesan Coach Ashraf di saat memulai bisnis: “cobalah pilih salah satu olahraga yang kamu minati dan ketahui, lalu mulailah untuk dapatkan keuntungan dari hobi tersebut. Karena  salah satu pekerjaan yang paling menyenangkan adalah saat hobi bisa menghasilkan uang”.

“Omzet bisnis saya terus bergerak dari cuma rp 1 juta sebulannya, menapak naik ke Rp 10 juta, Rp 100 juta hingga akhirnya milyaran rupiah per bulan dari hasil sistem multiplier effect ala Unisyn dengan keuntungan 20-30 persen,” ungkap Ima. Sudah tentu merintis bisnis tentu saja tidak lepas dari risiko dan kegagalan. Ima juga merasakan hal itu di awal usahanya karena belum mempunyai pengalaman yang cukup di dunia industri konveksi atau garment. Dia sempat putus asa dan berpikiran untuk berhenti menggeluti usahanya.

Desain Grafis: MY DREAM BOOK

Beruntung sesuai pesan Coach Ashraf dia kerap membuka Dream media; apakah berupa Dream Book, Dream List, Dream Cards….hingga mimpi dan tekad yang kuat akhirnya menguatkan Ima untuk terus belajar serta melanjutkan bisnis yang sudah dirintisnya.

Risk more than other think is safe. Care more than other think is wise. Dream more than other think is practical. Expect more than other think is possible”Claude T. Bissell

“Itu hal biasa, yang penting kita komitmen, fokus dan konsisten. Komitmen dengan impian, fokus dengan masa depan dan konsisten dengan sikap yang kita miliki,” tegasnya.

Bisnisnya pun semakin berkembang seiring dengan makin pesatnya perkembangan teknologi. Sebagai kaum milenial, Ima memanfaatkan Digital Marketing sebagai strategi promosi, mislanya melakukan promosi melalui jejaring sosial dan internet.

Ranking the NBA's Super Teams – ScoreBoredSports

Dengan konsep RDBMS yang diajarkan di Unisyn dimana salah satu filosofinya: Tidak ada Superman. Superman is dead, yang ada Super Team. Ima tidak mau menikmati kesuksesan sendirian. Dia membuka kesempatan jalur RDBMS bagi orang lain untuk menjadi reseller. Kesempatan dibuka untuk siapa saja yang serius dan fokus untuk menggeluti usaha

Profil Kampus - Universitas Negeri Semarang (Unnes ...

Bakat entrepeneurship dari Fatima semakin terasah tajam dibawah gemblengan Unisyn, menjadikan akhirnya sarjana S1 lulusan Fakultas Ilmu Keolahragaan bidang Pendidikan Kepelatihan Olah Raga Universitas Negeri Semarang meraih Financial Independent di bulan September 2019 dan tahun ini di bulan Januari sudah di recognised mencapai Status Financial Freedom; hanya tinggal Impact di bulan September 2020. Namun impiannya memiliki pabrik dengan kapasitas produksi yang lebih besar terpaksa ia serahkan ke Right Hand andalannya untuk meneruskannya.

Mungkin ia sudah merasakan memburuknya kondisi tubuhnya di awal Januari 2020 seminggu setelah ia di recognised FF oleh The Bridge Unisyn. Ia memohon ke Coach Ashraf untuk menemaninya ke Jakarta menemui The Conceptor. Sebetulnya beliau menolak menemui Fartima di Jakarta: “kenapa tidak saya saja yang diundang terbang ke Pekalongan?” tanya The Chef. Namun Fatima berkeras dirinyalah sebagai murid yang harus membawa dirinya ke Jakarta; “tidak etis kalau beliau dibiarkan terbang jauh hanya untuk menemui saya” kata Ima. Singkatnya di tengah Januari 2020 Fatima sangat bahagia bertemu muka dengan The Conceptor di Jakarta. Dengan senyum ramah beliau mencium tangan Fatima yang hanya bisa duduk di kursi roda. Fatima terlihat harus selalu memakai selang oksigen kemanapun ia bergerak agar dapat bernafas dengan mudah. “Tetap semangat” pesan The Chef.

Fatima hanya tersenyum kecut sambil mengatakan:”maaf Om Guru, saya Ima hanya duduk saja, saya sudah tidak boleh duduk lama bahkan untuk bicara…capek rasanya” dengan wajah kelihatan bengkak.. bibir, kuku tangan dan kakinya kelihatan biru,”Subhanallah Fatima, saya sama sekali tidak memintamu berdiri, tapi saya memintamu melalui Allah agar terus hidup” kata the Chef.” Ima melanjutkan:”rumah sakit sudah tak dapat berbuat apa-apa untuk Fatima…”

The Chef menjawab:”Rumah sakit itu kan dunia, The World. Boleh dicatat apa kata – Harold Whitman ini…Don’t ask yourself what the world needs, ask yourself what makes you come alive. And then go and to that. Because what the world needs is people who have come alive”

Empat bulan kemudian di bulan Mei tanggal 3 di pemakaman keluarga, Keluarga memilih agar Fatima meninggal dunia di rumah. Sempat Fatima bilang ia ingin merayakan ulang tahunnya sebentar lagi di tanggal 10 Mei. Tapi Allah punya rencana lain,” ucap pak Ahmad Dzajuli ayah Fatima dalam acara penguburan. Terlihat Coach Ashraf tak mampu membendung air matanya. “Semoga Allah S.W.T permudahkan segala urusan ke atasnya” kata Coach lirih.

fatima05


Ben Success Story part 4 – End

The advance of technology is based on making it fit in so that you don’t really even notice it, so it’s part of everyday life. – Bill Gates

Image result for kapal perahu otonom picture

Autonom Boat

Itulah quote yang selalu dikutip Coach saya, setiap kali dia melihat saya sedikit menyangkal kehadiran teknologi. Maklum, di Nigeria banyak orang terutama orang asing yang menjuluki negara kami ‘stone aged country’. Lack of technology, begitulah kata lainnya. Pertanyaan pertama saya, kemana produk otonom itu nantinya akan digunakan. Ternyata Coach Kelik sudah melihat jauh ke depan dibanding saya. “ingat kembali sejarah bagaimana Akio Morita mengusulkan Walkman sebelum tahun 1979”. “Kini, bayangkan perahu otonom untuk transportasi barang dan orang. Selain itu, perahu ini dapat mudah dibongkar pasang,” ujar Coach. Unisyn memang komunitas melek teknologi, selalu uptodate.

Proses pencapaian Financial Independent saya menjadi agak tersendat berhubung passive income yang saya terima setiap bulannya harus saya “investasikan” dengan keliling Eropa mengunjungi pameran pameran teknologi sekaligus menjalin kerja sama dengan universitas dan lembaga penelitian. Tahap berikutnya saya kunjungi perusahaan perusahaan di Eropa sebagai calon pembeli produk saya,  perahu yang dapat berlayar sendiri tanpa pelaut (self sailing).

Image result for kapal perahu otonom picture

Program yang dinamakan Roboat ini prototipe kapal ini berhasil dihadirkan pada 2017. Selain membangun perahu otonom, proyek ini bersama beberapa tim peneliti akan mengeksplorasi penciptaan robot pengumpulan data suhu air, kadar garam, dan informasi ekosistem yang akan sulit dan mahal jika dikumpulkan oleh manusia, untuk membantu masalah kesehatan masyarakat. Perahu robot itu dapat mengarungi samudera untuk mengumpulkan data tanpa perlu campur tangan manusia. Tanpa saya duga sebelumnya, peminat perahu otonom ini cukup banyak peminatnya bahkan beberapa pihak menawarkan pemberian dana. Mereka tertarik dengan perahu otonom ini karena praktis mendukung studi dan penelitian. Disamping, harga sewanya menjadi jelas jauh lebih murah dibandingkan menggunakan kapal riset dengan kru manusia.

Image result for kapal perahu otonom picture

Magnet & Optimizer

Magnetisme dilatih dalam Optimizer Pilar 3. Bumi adalah medan magnet alam. Tubuh kita merupakan suatu medan magnet sebagai akibat dari Proses Bio_elektrik dalam tubuh dan segala sesuatu yang kita lakukan termasuk bisnis harus menjadi magnet positif.   Bila keseimbangan terganggu, maka arus dan distribusi dalam sel akan terpengaruh dan hal ini biasanya menjadi akar dari banyak penyakit. Energi elektromagnetik merupakan bagian integral tubuh manusia.

Dunia juga dikelilingi oleh medan magnet: beberapa dihasilkan oleh magnet bumi, yang lain oleh badai matahari dan perubahan cuaca. 

Kyoichi Nakagawa, MD, telah menunjukkan bahwa medan magnet bumi telah berkurang setengah dari tahun ke tahun 500 terakhir. Teknologi modern menyerap medan magnet bumi dan menyebabkan kehilangan kekuatan gauss.

Latihan Optimizer membangkitkan kembali Energi elektromagnetik dalam tubuh manusia dan juga segala sesuatu di sekitar kita termasuk bisnis kita!

Kita tidak akan menarik besi untuk berbisnis, tetapi medan magnet dapat  digunakan untuk merepresentasikan kegiatan MENARIK target pelanggan/calon pembeli! Optimizer adalah jurus jitu agar rezeki mendekat kepada kita. Istilahnya kita menjadi magnet bagi uang. Pilar 3 melatih tubuh dan sekeliling kita menjadi Money Magnet sedangkan Latihan Pilar 4 dilatih banyak cara yang dianjurkan oleh agama, agar harta memiliki keberkahan dengan memperbanyak sedekah, banyak berbagi kepada keluarga dan orang lain yang berhak menerimanya.

Image result for money magnet

Superior Coach, Ayu Ratna mengungkapkan bahwa kaya dan miskin tergantung dari mindset seseorang. Orang yang memiliki mindset berkelimpahan menganggap bahwa Tuhan telah menyediakan segalanya berupa kesuksesan, kekayaan, energi positif, kebahagiaan dan lain sebagainya. Seseorang yang merasa kekurangan, demikian dijelaskan Dr Ayu Ratna, didenifiniskan sebagai orang yang memiliki Scarcity Mindset, yaitu orang yang merasa serba kekurangan, atau di Unisyn dikenal istilah Poor Mentality. Dalam latihan Optimizer salah satu jurusnya adalah afirmasi dalam dirinya sendiri agar uang menghampirinya. Afirmasi sudah lama diyakini menjadi alat yang sederhana namun memiliki kekuatan yang dahsat untuk mempengaruhi dan mengubah kehidupan dan nasib manusia.

Jurus Marketing

Dalam RDBMS saya harus datangi berbagai instansi pemerintah atau swasta selain calon pelanggan dan supplier; macam-macam. ‎Disamping membangun relasi sekaligus membangun kepercayaan. Trust Building, yang penting bagaimana agar orang percaya pada saya, dan saya dapat kesempatan yang cukup. Harga diri saya saya taruh di bawah kolong meja. Apa pun saya lakukan. Saya memasarkan mesin kapal motor milik saya dari satu tempat ke tempat lain. Ketekunan saya menambah banyak daftar pelanggan pembeli mesin kapal motor saya.

Disamping melakukan Marketing dengan jurus ampuh Unisyn – RDBMS, saya juga jalankan Digital Marketing. Coach Kelik selalu berpesan: kamu tidak boleh takut gagal untuk mencapai kesuksesan. Faktor pentingnya pertama, harus mengetahui caranya. Kedua, rencanakan. Ketiga, Eksekusi. Keempat, kembangkan dan eksplorasi segala percobaan yang sudah dilakukan. Kelima, jadilah bagian dari masa depan!

Dialam Digital Marketing 3 hal tahapan yang dilakukan:

  1. Lead Magnet
  2. Tripwire 
  3. Core Offer 

Image result for lead magnet

Kata kunci dari Lead Magnet adalah GRATIS! Tanpa kompromi! Contohnya dengan penawaran produk gratis, diharapkan dapat membuat calon pelanggan untuk mencari tahu lebih lanjut: “Apa yang ditawarkan?”, “Siapa yang menawarkan?”, dan “Bagaimana cara mendapatkannya?”.

Setelah mendapatkan penawaran gratis ini, mereka harus memberikan kontribusi berupa kontak diri mereka seperti alamat email, Id Line, no. wa atau informasi kontak dari media-media lainnya. Dari sini kita dapat memanfaatkan informasi untuk kepentingan penawaran lebih jauh lagi.

Tahap berikutnya adalah Tripwire, maksud sebenarnya adalah membuat lead menjadi customer dengan membuat penawaran yang low-cost, kemudian mendapat kesempatan untuk melakukan upsell ketika mereka sudah berada dalam sales funnel Anda.

Image result for lead magnet

Setelah Tripwire di tahap berikut inilah target pelanggan baru mendapatkan tawaran yang menjadi objektif utama atau yang disebut sebagai Core Offer. Pelanggan yang sudah mendapatkan penawaran yang memanjakan diri mereka lebih siap untuk mengeluarkan lebih banyak pengeluaran untuk mendapatkan sesuatu yang lebih! 

 Tahapan tahapan ini seperti sebuah corong (Funnel), tidak seperti hard selling dimana kita secara langsung menawarkan produk utama. Tetapi, dengan cara memanjakan target pelanggan terlebih dahulu, berpeluang mendapatkan lebih banyak tranksaksi!

Image result for tripwire

Dari penempaan latihan Optimizer di Unisyn membuat “feeling” saya menjadi peka dalam berbagai hal, termasuk membaca peluang bisnis. Misalnya saya perhatikan ada juga banyak orang tak mampu membeli tongkang. Saya pun mensiasati peluang ini untuk menyewakan Tongkang. Bisnis jual beli tongkang bekas justru menjadi usaha sampingan dengan 10 pekerja. Saya bertekad keras untuk membuktikan kepada ayah bahwa melalui Unisyn saya mampu menjadi kaya tanpa bantuan ayah.

Bulau Agustus 2018 atau sebulan sebelum FI recognition, saya menyelesaikan kuliah Master saya di Port Harcourt Universiy. Thanks Lord.

Image may contain: 3 people, people standing and suit

Setelah mencapai Financial Independent di September 2018, amat banggalah saya. Di situ saya menghargai betul pikiran cerdas dan usaha gigih itu mahal, dengan sendirinya wajib dihargai mahal. Saya berencana setelah capai tahap berikitnya: Financial Freedom saya akan mengundurkan diri dari perusahaan ini. Karyawan saya waktu saya sampaikan rencana ini mereka keberatan. Orang orang bilang saya gila. Orangtua saya juga menyayangkan kenapa saya keluar dari perusahaan. Orang tua saya menangis. Saya bilang bahwa saya mundur bukan karena benci tetapi saya mundur sebagai bentuk ingin saya berkembang. Di Unisyn masih akan banyak yang harus saya lakukan agar membuat diri saya berguna bagi alam semesta.
Dalam sukses, banyak orang punya peran. ‎Tapi kalau jujur bahwa yang menginspirasi dan mengarahkan saya untuk sukses adalah alm Coach Kelik. Beliau rajin menasehati meski selalu dari kejauhan, “Ketekunan dan keuletan merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Jika semua usaha itu telah dilakukan, tentu takkan pernah ada kata putus asa, tetap bekerja dan bekerja, hingga sukses dapat diraih dan kesuksesan yang impikan akhirnya terwujud”. Coach Kelik dan saya hanya ketemu 6 bulan sekali, apakah beliau ke Nigeria atau saya terbang ke Indonesia.

  • Coach Kelik,
    • I and my family believe that eventhoough you  depart from this earth, never truly leave, for you are still alive in our hearts, through us, you  live on. 

 

Ben Success Story part 3

Memang benar! Ilmu pengetahuan dan ketarmpilan yang diajarkan di institusi ini bernilai tinggi. Pilar 1 terkait pembangunan fisik tidak diragukan manfaatnya, sehat prima. Sewaktu memulai bangun Pilar 2 di Uniysn, pertamanya saya diminta membuat gagasan beberapa konsep bisnis. Saya uraikan di pokok pikiran dan setelah disetujui oleh Coach juga oleh Superior Coach – Ayu Ratna, saya mencari mitra bisnis. Saya meyakinkan mereka, para relasi yang telah saya bangun mengenai semua konsep konsep bisnis tersebut. 

Unisyn mengarahkan semua muridnya agar menekuni bukan cuma satu bisnis melainkan beberapa dalam waktu bersamaan. Dari itu modal yang terkumpul dari bisnis perkapalan ini saya diversifikasi ke pertambangan, properti, kebun sedikit-sedikit juga bisnis kuliner; hingga lebih dari 5 bisnis. Saya pakai falsafah Unisyn: Don’t Put All your Eggs in One BasketJadi memang sederhana saja. Semua harus fokus, bisnis itu fokus.
Investasi saya di pertambangan dan kebun gagal, tapi bisnis kuliner saya maju pesat, juga bisnis properti meskipun tidak sedahsyat bisnis kuliner. Resto yang saya dirikan – Fish and Chips laku keras.

Image result for bar port harcourt

Di situ selain fish, chips, malah yang membuat pengunjung selalu datang adalah masakan khas Nigeria dan bir. Sejalan dengan visi ke depan Unisyn bahwa di masa datang orang ke resto atau cafe bukan untuk cari makanannya, tapi lebih ke minumannya dengan tujuan utama Hangout. Berbagai masakan Nigeria mulai dari Punded Yam, Egusi Soup, Jollof Rice hingga Suya (Sate Afrika). Kesemua makanan ini justru larisnya dari penjualan online. Bisalah  dibilang, penghasilan dari kuliner cukup bisa membuat saya dan keluarga hidup tiap bulan seandainya bisnis perkapalan saya terhenti.

Related image

Di perguruan Unisyn ada anjuran dari salah satu pengarahan agar selain berbisnis membangun Pilar 2 juga menempuh pendidikan formal demi membangun Pilar ke 3. Awalnya sempat saya melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan siswa, yakni “mempertanyakan”. Saya mempertanyakan bagaimana nanti saya bisa membagi waktu untuk bekerja, berbisnis dan kuliah. Pak Kelik tidak menjawabnya langsung. Beliau cuma memberikan contoh contoh bagaimana hampir 80% dari siswa Unisyn dalam membangun 4 Pilar termasuk Pilar ke 2 (bisnis) wajib bisa bagi waktu atau Time Management. Beliau contohkan nama nama siswa yang sudah berhasil mencapai EF seperti Susi Rusanti, Yvonne Smith hingga Esmeraldina; sebagian besar dari mereka itu sebelum memperoleh passive income boleh dikatakan super sibuk tetapi faktanya mereka bukan hanya sanggup melakukannya melainkan sukses gemilang di berbagai Pilar itu. Coach Kelik menjelaskan bahwa itu semua tergantung bisa tidaknya kita menembus atau mengalahkan 2 Dimensi Utama: Dimensi Waktu dan Ruang. Space Management dimana tubuh kita berada di dalamnya; bangun Pilar 1. Ini perlu kita kendalikan. Tubuh harus selalu siap sehat bugar, tanpa kecuali selama kita masih punya misi membangun Pilar Pilar lainnya.

Di perguruan ini saya dibiasakan hanya tidur 3 jam setiap harinya, karena saya harus bekerja hingga 16 jam setiap harinya, termasuk melakukan RDBMS namun TANPA membuat tubuh kita ambruk sakit. Setiap hari saya baru menginjakkan rumah diatas jam 22 atau 23! 24 7 atau tiap hari termasuk Sabtu dan Minggu. Itulah harga yang harus saya bayar demi membeli harga EF atau kesuksesan. Tolong tanyakan ke diri anda masing masing, sanggupkah anda melakukan apa yang dilakukan oleh para siswa Unisyn?

Tidak ada siswa Unisyn yang jatuh sakit akibat kurang tidur atau terlalu banyak kerja.  Juga tidak ada siswa Unisyn akibat harus mengurus berbagai aktivitas menuju sukses kemudiannya salah satu atau beberapa aktivitas tersebut menjadi tidak mencapai hasil yang prima. Tidak ada alasan, hanya karena saya berjuang mencapai EF berakibat saya gagal tamat universitas. Di Unisyn hanya ada pilihan: Sukses atau Alasan. Jika mau sukses = Tanpa Alasan. Jika anda pilih Alasan = Gooddbye sukses! Sebab Unisyn sudah menyediakan “jurus” saktinya yang bernama Optimizer.

Dari penempaan latihan Optimizer di Unisyn membuat “feeling” saya menjadi peka dalam berbagai hal, termasuk membaca peluang bisnis. Misalnya saya perhatikan ada banyak orang tak mampu membeli tongkang. Saya pun mensiasati peluang ini untuk menyewakan Tongkang. Bisnis jual beli tongkang bekas justru menjadi usaha sampingan dengan 10 pekerja.

Akhirnya dengan berbekal keyakinan dari konsep Uni-G tersebut, saya mendaftar Universitas Port Harcourt, Nigeria. Universitas ini didirikan pada tahun 1975 sebagai University College, PorHarcourt dan diberi status Universitas pada tahun 1977. University of Port Harcourt menduduki peringkat keenam di Afrika dan yang pertama di Nigeria oleh Times Higher Education

Image result for university of port harcourt

University of Port Harcourt

Di universitas ini saya mengambil Faculty of Engineering jurusan Teknik Sipil, salah satu disiplin ilmu teknik tertua karena berkaitan dengan lingkungan yang dibangun; termasuk perencanaan, perancangan, mengawasi konstruksi dan pemeliharaan struktur bangunan.

Orang tua saya tidak tahu saya daftar kuliah‎. Hanya beberapa teman dekat dan termasuk tentunya Coach Kelik. Jadi pagi diam diam di saat semua orang sudah mulai sibuk bekerja di pelabuhan.

Saya beberapa kali pernah ditipu; tapi biasa saja. Kalau pengusaha punya omzet di atas Rp 50 miliar itu pasti pernah ditipu orang. Tak usahlah saya ceritakan. Puluhan miliar. ‎Tidak usah dijelaskan, cukup fantastis lah bahasanya.

Terpenting kita jangan mengambil hak orang dan membohongi orang, karena suatu saat kita diambil hak oleh orang itu sebagai balasan Tuhan.

Dalam dinamika membangun Relasi hal hal ditipu atau dicurangi itu kita tak bisa luput. Maka di Unisyn kita harus siapkan mental dan jeli dalam memilih kawan, membaca kawan.

Kalau itu terjadi jangan dianggap musibah melainkan anggap Tuhan beri cobaan. Ujian untuk naik kelas. Nah, posisi kita itu di situ. Bisakah keluar daripada fase itu atau tidak.

Dari itu untuk buffer jika kejadian seperti itu terulang, di perguruan Unisyn saya dididik untuk menabung. Dari gaji saya bekerja di perusahaan saya sendiri ini saya tabung. Awalnya ayah saya heran dan bertanya kenapa tidak saya gunakan dana yang tersedia di perusahaan. Tapi Unisyn mengajarkan apa yang dinamakan Business Entity Concept dimana perlu adanya pemisahan antara rekening pribadi dengan perusahaan.

Hasil tabungan ini menjadi modal membeli mesin kapal motor bekas, namun masih layak pakai. Mesinnya saya reparasi sehingga kualitasnya kembali tokcer. Benarlah dengan adanya Business Entity Concept ini rasa memiliki akan barang ‘bekas’ ini menjadi begitu kental. Meski harga lebih murah, saya mengklaim hasil reparasi mesinnya bisa beradu dengan mesin kapal motor baru.

 

 

 

 

 

Ben Success Story part 2

Awal Berkenalan dengan Coach Kelik

Sore itu cuaca cukup cerah di Pelabuhan tempat perusahaan saya berada. Ada jajaran kapal dengan beragam jenis dan warna sedang bersandar. Sejumlah anak buah kapal duduk sambil mengobrol di atas kapal-kapal itu. Memang tempat ini selain berfungsi sebagai tempat berlabuhnya kapal barang sekaligus lokasi wisata bagi orang-orang yang ingin melihat suasana pelabuhan beserta kondisi kapal barang dari dekat. Tampak para wisatawan lokal datang secara berkelompok. Ada yang mengajak anggota keluarganya, ada pula yang datang bersama teman-temannya. Mereka mendekati kapal-kapal lalu sesekali mengambil foto bersama dengan latar belakang deretan kapal.

Puluhan pekerja perusahaan saya sibuk mereparasi satu unit kapal tongkang yang kusam. Di tempat itu, aneka perkakas berat terserak. Satu di antara puluhan pekerja ini disitulah saya selalu berada, si pemilik galangan kapal yang kebetulan ikut bekerja mempermak tongkang uzur yang dimakan usia. Besi tongkang dirapihkan sehingga yang penyok bisa kembali dirangkap untuk melapisi tongkang yang bocor atau yang sudah tipis tadi.

Di depan sebuah kapal saya sedang duduk bersama teman sembari memandangi suasana pelabuhan beserta para pengunjung yang lalu lalang sore itu. saya tengah sibuk mengawasi pembuatan kapal jenis katamaran yang hampir selesai.

Kelik01

Asisten saya memberitahu ada tamu orang asing ingin menemui saya di kantor. Disitulah awal saya mengenal pak Kelik Sudarto (Coach saya). Beliau singgah sebentar di kantor saya ingin lihat lihat berbagai contoh kapal penangkap ikan. Beliau sedang cuti dari profesinya sebagai kapten kapal penumpang. Dari Capetown, Afrika Selatan beserta keluarganya keliling sebentar lihat Banana island di Nigeria ini dan sebelum kembali ke Capetown untuk ikut tur safari, keluarganya menunggu di hotel Le Meridien Ogeyi Place, Port Harcourt; selama beliau berkunjung ke perusahaan saya, Nigerdock.

Gallery image of this property

Hal yang menarik bagi saya pada calon coach saya ini kisah hidupnya sebelum menjabat posisi kapten kapal. Ia bercerita, setelah selesai kuliah di pelayaran ia sempat mengalami tidur di galangan kapal, sebab bekerja serabutan disitu untuk mendapat uang membiayai hidupnya. Konon Coach saya ini dilahirkan dari sebuah keluarga miskin yang hidupnya selalu kekurangan.

Setelah beberapa tahun belajar di Unisyn dimana seperti para murid lainnya, pak Kelik diminta memilih bisnis yang cocok dan tepat untuk bangun Pilar ke 2. Dari survey yang dilakukannya secara pribadi, kemudiannya ia peroleh info bahwa bisnis di bidang perikanan bisa menghasilkan uang dalam jumlah banyak. Akhirnya pak Kelik memutuskan untuk fokus dan memulai bisnis di bidang perikanan. Ia kemudian ingin bangun kapal penangkap ikan sendiri.

Sebetulnya tadinya bisnis awalnya di Unisyn adalah menangkap dan membudidayakan kepiting. Namun jumlah kepiting di laut menurun tajam. Ia akhirnya beralih untuk menangkap ikan. Perlahan tapi pasti pun pak Kelik setelah mencoba menekuni usaha di bidang perikanan tidak disangka ternyata usahanya maju dengan sangat pesat. Bahkan Coach saya itu telah memiliki 29 kapal nelayan dengan pegawai lebih dari 100 orang.

Meski ia punya armada kapal penangkap ikan, pak Kelik awalnya tidak tahu sama sekali tentang perikanan, kapal ikan, cara menangkap ikan ataupun memproses hasil laut. Dia  hanya sering menonton film film tentang kehidupan nelayan penangkap ikan.

Awal bertemu pak Kelik (Coach saya) di galangan kapal saya, beliau menyaksikan sendiri terjadi stagnasi permintaan kapal, sepi. Calon Coach saya melihat perlunya galangan kapal saya banyak berbenah dan menambah kapasitas produksi. Di saat itu, bisnis perusahaan saya hanya mengerjakan proyek pengadaan kapal dari order order ditahun sebelumnya; belum terlihat tanda-tanda pengadaan kapal lagi… Iseng saya tanyakan ke pak Kelik apakah ada cara atau strategi apapun agar bisnis galangan kapal bisa kembali bergairah. Coach Kelik menjelaskan bahwa naik turunnya suatu bisnis salah satu tolok ukurnya adalah naik turunnya Total Sales. Ini dipengaruhi utamanya oleh hanya 2 (dua) faktor, yaitu Volume dan Harga. Untuk keadaan perusahaan saya ini, masalah sepinya order atau volume bersumber pada 2 hal: Market Demand dan Market Acquisition. “maaf saya tak bisa jelaskan terperinci disini karena saya harus kembali ke hotel. Tapi kalau anda mau tahu silahkan hubungi saya lagi”, begitulah pak Kelik menutup percakapan di hari itu. Dasarnya saya ini orang yang haus ilmu. Saya tanya apakah boleh tanya lebih jauh. Beliau jawab,”jangankan tanya, mempelajari ilmunya dengan lengkap juga boleh”. Jawaban beliau ini seperti oase di gurun pasir Sahara buat saya. “tapi..”lanjut beliau, “tapi ada perjuangan yang anda harus mau lakukan untuk itu…”. Beliau kemudian menjelaskan sekilas mengenai perguruan Unisyn beserta sedikit bagian bagian dari pelatihannya. Saya sudah tak peduli lagi betapa kerasnya sifat pelatihan yang sedikit dibocorkan oleh calon Coach saya itu. Bagi saya yang penting saya harus bisa mengambil dan menyerap knowlegde and skills yang diajarkan oleh institusi ini. Saya sudah melihatnya pasti bernilai tinggi manfaatnya buat saya di masa depan. Demikianlah keesokan harinya saya langsung menemui pak kelik di hotel tempat beliau menginap. Disitu juga di pantai belakang hotel dan di kolam renangnya saya melakukan PST (Physical Screen test). Itu belum cukup, masih ada beberapa tahapan bentuk test lainnya di lokasi dan waktu terpisah, yang mencakup test psikologi hingga wawancara.

total-sales

Ben Success Story part 1

Author: Ben Sheye Ukwuoma Highlander

Diterjemahkan oleh: AAA Ratna Dewi

  1. Ben Ukwuoma (Sheye) Highlander

    1. Joined: 2014

    2. Direct Coach: Kelik Sudarto

      • Superior Coach: AAA Ratna Dewi

    3. Financial Independent 2018

    4. Financial Freedom 2019 (Nominated)imageedit_4_5636025168

Perkenalkan nama saya Ben Ukwuoma (Sheye) Highlander. Perusahaan milik keluarga saya, Nigerdock, kini di tahun 2019 sudah dibeli 100% menjadi milik saya, setelah saya punya lebih dari cukup dana begitu mencapai posisi Financial Independent di Unisyn.

Perusahaan ini didirikan dulunya tahun 1986 di Bonny River, negara bagian Sungai daerah Free Zone (Zona Bebas Minyak dan Gas Bumi ) di Port Harcourt, Nigeria. Awalnya pesanan banyak untuk membangun kapal pendukung industri minyak dan gas lepas pantai dan sesuai dengan semangat mempromosikan “kandungan lokal”. Di Zona bebas ini semua layanan banyak didedikasikan terutamanya untuk bisnis Minyak dan Gas, menampung hampir 200 kapal (AHTS, PSV, FSIV, kapal kru, kapal tunda dan kapal keruk).

Image result for nigerdock picture

Sudah terlatih sejak kecil, mentalitas untuk jadi entrepreneur itu sudah ditanamkan orang tua sejak masih SD. Sejak usia 7 tahun sepulang dari sekolah saya telah dibiasakan membantu keluarga. Mulai dari tiap kali telepon berdering, saya ditugaskan untuk mengangkatnya. Sebab, kebanyakan penelepon adalah calon pemakai jasa. Sejak menginjak di usia 7 tahun itu saya sudah berbeda dengan anak seusia lainnya. Saya diajar ayah untuk lebih memikirkan masa depan ketimbang ikut bermain teman sebaya. Oleh ayah saya diharuskan ikut bekerja di bagian bengkel kapal mesin motor. Mulai dari semula hanya menjadi pembantu umum, bantu ambil dan kembalikan alat alat, bersih bersih lokasi….pokoknya jadi kacung disuruh suruh. Naik jabatan di perusahaan punya ayah bukanlah mudah. Sempat 4 tahun sengaja posisi saya tidak dinaikkan ayah, cuma sebagai helper, jabatan terendah di lokasi. Namun berkat ketekunan selama bekerja, akhirnya kemudian barulah saya diangkat sebagai mekanik helper. Bertahun tahun lanjutan menjadikan saya semakin cekatan memperbaiki mesin kapal motor. Jadi disamping membuat dan mengoperasikan kapal, saya juga fokus pada bisnis perbaikan kapal dan disamping kerja bantu bantu di lapangan, saya juga bantu bekerja sebagai staf administrasi, meski awal bekerja saya hampir tidak tahu menahu tentang administrasi kantor. Saya sering kena marah ayah di bagian perkantoran ini. Perlu kesabaran dan perjuangan tekun. Minat saya sebenarnya lebih suka bekerja di lapangan tetapi ayah berprinsip untuk mencapai puncak saya harus bisa di banyak bidang. Dari bidang admin ini kemudian saya sempat lama dipekerjakan menjadi buruh bangun kapal. Bekerja di lapangan meski jadi buruh rendah membuat saya merasa benar-benar menemukan passion. Saya sering enggan pulang ke rumah, lebih baik tidur diantara bangunan kapal. Bagi seorang dengan ego yang sehat dan sebagai anak juragan kapal ini bukan keadaan yang pantas. Namun saya sudah gandrung dengan perkapalan dan tergerak oleh keyakinan bathin bahwa kapal sajalah yang akan membawa saya ke jenjang sukses.

Disamping membuat kapal sebagai bisnis utama, keluarga juga mengoperasikan sedikit armada perkapalan. Hingga saat ini sekitar 160 kapal. Namun dari sekitar 160 unit kapal yang dioperasikan, persentase kapal feri tidak melebihi 5%. Jenis komoditi yang diangkut pun kian beragam, seperti minyak, batu bara, dan pasir. Dewasa ini dengan teknologi yang semakin canggih, kapasitas muatan kapal pun menjadi lebih besar. Meski bukan jadi bisnis utama, tapi pemasukan dari pengoperasian kapal cukup membantu kehidupan keluarga kami di saat order pembuatan sedang sepi. Dahulu saat belum banyak orang terjun ke bisnis pelayaran, bisa dibilang muatan yang menunggu kapal. Namun sekarang kondisi terbalik, justru kapal yang menunggu muatan.

Image result for nigerian shipyard

Dari usaha membuat kapal ayah memerintahkan saya juga harus ambil pelajaran dari berlayar agar makin tahu dengan masalah kapal dan membuat jiwa saya makin menyatu dengan perkapalan. Pengalaman lebih sepuluh tahun saya ikut berlayar. Tidak jarang bahaya mengancam, misalnya saat angin kencang datang pada malam hari ketika berada di tengah laut. Bagaimanapun juga, saya menganggap itu sudah menjadi risiko pekerjaan. Konsekuensi yang harus saya jalani sebagai seorang pelaut.

Bercerita soal sektor jasa perkapalan, sempat tak seramai seperti tahun tahun waktu saya masih kecil. Sempat beberapa pengerjaan kapal bahkan terhenti karena pemesan tak sanggup membayar. Tidak selamanya membuat perahu dan kapal kayu itu berakhir sukses. Kerapkali juga nyaris gulung tikar ketika bisnis lagi sepi peminat. Faktor masuknya kapal-kapal buatan daerah lain di Nigeria atau bahkan kapal dari luar negeri, seperti dari Cina, Hongkong dan Jepang cukup memukul karena dijual relatif lebih murah.

Industri perkapalan kian terhimpit mulai dari persoalan biaya operasional. Industri ini perlu berjuang keras supaya bisa bertahan hidup. Sebab, penyusutan nilai aset pada kapal penumpang cukup cepat. Persaingannya pun lebih ketat, ditambah tuntutan masyarakat akan kapal jenis terbaru yang semakin tinggi. Bisnis kapal sempat lesu, terutama karena ekspor di negara saya yang menurun.

Image result for shipyard

Guna menekan ongkos produksi kapal, saya terkadang menyarankan supaya perusahaan pemesan untuk mengimpor kapal dari negara lain. Lebih baik beli kapal saja. Negara saya Nigeria masuk urutan ke 20 pengekspor kapal di dunia. Pengorder kapal sesekali saya arahkan untuk membelinya langsung ke Korea Selatan selaku negara nomor 1 pengekspor atau Cina, nomor 2. Jika bikin kapal malah lebih mahal karena biaya operasional yang besar. Termasuk biaya asuransi. Para pemilik kapal sebaiknya melengkapi kapalnya dengan asuransi kerugian sebagai langkah pengelolaan atas risiko yang mungkin muncul. Berbisnis di sektor perkapalan harus mulai menggeser pandangan tentang asuransi. Asuransi termasuk elemen wajib yang saya dapatkan ilmunya dari Unisyn: always have backup plans. Asuransi bukan lagi beban tanpa manfaat, tapi mutlak untuk dimiliki oleh setiap pengusaha karena memberikan perlindungan yang pasti saat terjadi risiko buruk seperti kebakaran.

Image result for Self Propelled Oil Barge

SPOB

Membuat kapal itu setiap detail pengerjaan dilakukan sesuai permintaan pelanggan. Margin di bisnis kapal cukup tinggi. Dulu dalam jangka waktu 2-3 tahun sudah dapat balik modal, sekarang setidaknya lima tahun sudah balik modal. Pasar memang semakin banyak akan tetapi persaingan juga semakin ketat. Untuk pembuatan kapal, 90% bahan baku berasal dari impor, seperti mesin dan besi. Mesin dari Jepang dan Amerika, sedangkan besi dari Korea, Ukraina, dan Amerika. Model permintaan juga berganti ganti. Dulu sempat ramai permintaan kapal jenis tugboat. Kini lebih banyak permintaan pembuatan kapal jenis landing craft tank (LCT), Self Propelled Oil Barge (SPOB), dan feri. Setiap tahunnya, bisnis perusahaan shipyard saya maju dan terus berjalan. Ayah saya memproduksi 70-80 unit kapal.

Related image

Kapal pertama yang saya buat sendiri dari A s/d Z (saya pimpin pembuatannya) terbuat dari kayu, dengan kapasitas 90 ton. Kemudian bermodalkan cekatan dalam bisnis jual beli mesin kapal bekas, saya memutuskan membeli kapal tongkang bekas. Saya mencari tongkang yang sudah kusam. Tongkang ini kemudian dipermak sedemikian rupa sehingga memiliki tebal sekitar 10-12 cm. Saya kemudian menjualnya dengan harga 25 – 30 juta  (Niaira) Rp 1 miliar – Rp 2 miliar, tergantung penawaran dan kebutuhan dari pembeli.

 

Bisnis Perkapalan

Author: AAA Ratna Dewi

Ayu Ratna08

Untuk menjadi Sukses dalam bisnis masing masing orang mempunyai jalan dan kisah sukses yang berbeda beda. Ada yang langsung sukses ada juga yang jatuh bangun bertubi-tubi. Walaupun berbeda kisah dan perjalanannya tetapi wirausahawaan itu mempunyai kesamaan dalam sifat-sifatnya diantaranya: Mampu berhubungan baik dengan orang lain, Rasa percaya diri yang tinggi dan optimis. Itulah beberapa hal yang mendasari – Ben Highlander yang berkutat dengan usaha pembuatan perahu, mulai dari perahu kayu kecil untuk memancing, perahu besar untuk nelayan, perahu angkutan antara pulau, hingga sukses  membuat kapal bertonase besar. Keahliannya di bidang perkapalan yang sudah diperoleh dari menekuni bisnis warisan keluarganya tentu jadi modal meraih sukses. Perjalanan karirnya cukup panjang sebelum menjadi pengusaha dan sebelum bergabung jadi murid Unisyn.

Memang tidak mudah untuk menjadi seorang pengusaha yang bermental kuat dan berdaya saing tinggi. Di situlah peran perguruan Unisyn dalam menempa murid muridnya. Sebab untuk menjadi pengusaha sukses, perjalanan yang ditempuh tidaklah mudah. Perlu kerja keras, strategi, serta kepiawaian dalam melihat peluang bisnis ditengah ketatnya persaingan. Ketekunan dan keuletan merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Jika semua usaha itu telah dilakukan, tentu takkan pernah ada kata putus asa, tetap bekerja dan bekerja, hingga sukses dapat diraih dan kesuksesan yang impikan akhirnya terwujud.

Di Unisyn diajarkan entrepreneurship spirit antara lain bahwa pengusaha yang hebat itu bukan pengusaha yang di atas saat sukses; melainkan ketika jatuh segera berusaha bangun dan bangkit. Itu baru bagus dan menjadi konsep dasar pelatihan Unisyn: X-over Life Survival Training. Harus bangkit, bagaimanapun harus tetap survive agar terus berjuang menuju sukses.

TAGH atau Tantangan (Challenge), Ancaman (Threat), Gangguan (Disturbance) dan Hambatan (Obstacles) selalu ada dalam kehidupan. Namun terpenting bagi seseorang adalah kemampuan merubah TAGH itu menjadi satu: Tantangan (Challenge) dan menghapus ketiga lainnya. Kesulitan dan kemelaratan seseorang sebetulnya harus dipandang sebagai pendorong untuk menemukan sumber dayanya sendiri menjadi kreatif, inovatif, mengasah jiwa si Entrepreneur itu sedini mungkin.

Unisyn mengajarkan konsep 4P4S (4 Pillars 4 Success) dan di dalamnya ada KSF atau Key Success Factors yaitu:

  1. Dream & Threat
  2. System
  3. Drive Train atau Works (Stamina) dan
  4. The Invisible Mighty Hand.

KSF inilah yang tertanam dalam benak salah seorang operatif Unisyn, Ben Ukwuoma Highlander, yang September tahun 2018 di-recognized sebagai Financial Independent Champion dan September 2019 ini dinominasi mencapai Financial Freedom. Ben berhasil sukses menjadi seorang pengusaha kapal di negaranya – Nigeria berkat bimbingan dari perguruan Unisyn. Direct Coachnya Kelik Sudarto (alm).

Semoga kisah ini bermanfaat untuk motivasi.

24534_1265883244564_4508891_n

 

Aylen’s Success Story

Author: Lie aylen kwok
Sebelum lanjutkan cerita saya ada baiknya saya lebih dulu ucapkan Terima Kasih kepada Sri Rachmawati atas bantuannya mengedit tata bahasa di penulisan ini. Sebab saya akui bahasa Indonesia saya kurang bagus.
Aylen31

Aylen Kwok

Sri Rachmawati

 

    1. Joined: 1999
    2. Coach: HD Coach
    3. Financial Independent 2004
    4. Financial Freedom 2007
    5. Time Freedom 2009
    6. Economically Free 2011
    7. Chinese University of Hong Kong

 

Nama saya Lie Aylen Kwok. Saya lahir tanggal 27 Febuari 1981 di kota Harbin bagian dari propinsi Heilongjiang, Cina daratan. Sekarang setelah menjadi siswa Uni-Syn saya menjalani profesi sebagai terapis atau penghusada. Profesi yang saya lakukan sekarang ini bisa dibilang melenceng dari pekerjaan papa yang bekerja sebagai insinyur mekanik alat alat berat. Papa saya kerja di perusahaan kontraktor asing asal Australia yang bernama Thiess. Papa saya dulunya kuliah di negeri kanguru. Setelah lulus sengaja kembali pulang ke tempat leluhur di Harbin dengan maksud mencari kerja disini dan dapat bekerja di Harbin Xingjian Construction Company Engineering & co. ltd. Disini, ditanah kelahiran, papa bertemu dan menikah dengan mama saya. Setelah beberapa tahun bekerja disini, papa tidak melihat banyak kemajuan. Beliau melamar ke perusahaan asal Aussie tersebut dan ditempatkan di Balik Papan, Kalimantan. Disini perusahaan tempat papa bekerja menyewakan peralatan berat ke perusahaan tambang batu bara, Arutmin. Kami mulai pindah ke Balik Papan di tahun 1987.

Kenal dengan Master Coach

Di tahun 1992 papa dipindahkan tugas ditarik ke Kantor Pusat untuk Indonesia di Jakarta. Kami sekeluarga jadinya turut pindah dan tinggal menempati rumah dinas di daerah Cilandak. Setahun kemudian mama mencoba buka usaha spare parts mobil dengan menyewa ruko di daerah Kemayoran. Hasil bisnis mama maju pesat hingga bisa beli rumah kecil di daerah Sunter.

Ekonomi rumah tangga kami berjalan lancar. Kami hidup sangat bahagia. Sampai terjadi kerusuhan tanggal 15 Mei 1998 di Jakarta dan banyak kota besar lainnya di Indonesia. Kerusuhan besar tak terkendali mengakibatkan ribuan gedung, toko maupun rumah di kota-kota Indonesia hancur lebur dirusak dan dibakar massa.

Image result for kerusuhan mei 1998 picture

Pada tanggal 13 Mei 1998 papa berada di Cengkareng, tidak bisa pulang. Papa telpon kami meminta kami semua menyusul besok dengan pakaian secukupnya saja.

Besoknya jam 4 pagi tgl 14 Mei mama dan adik kakak saya sudah siap berangkat menuju Cengkareng. Satu hal yang tidak disangka adalah saking buru burunya kemarin itu sampai lupa passport saya tertinggal di ruko. Jadinya saya putuskan akan ke Ruko dengan sopir. Saya merasa berani karena disamping dengan supir yang orang pribumi juga eskalasi kerusuhan belum menaik cepat. Jadinya saya dan keluarga terpaksa terpisah. Pak Amin sopir saya baru sampai rumah sekitar jam 7. Padahal dia biasanya jam 5:30 sudah sampai. ‘Sepi jalanan nci. Susah kendaraan. Jadinya saya lama.

Sampai di ruko sudah jam 7:30. Didepan toko kami telah datang Polisi Anti Huru-hara dengan membawa Tameng Transparan. Mengantisipasi keadaan, saya suruh pak Amin memotong tripeks buat melindungi jendela kaca agar batu tidak masuk.

Menjauhi Kemayoran massa mulai berkumpul puluhan orang. Polisi anti huru-hara tidak mengambil tindakan apa-apa, tidak membubarkan kerumunan massa.

Jalan sepi dari kendaraan yang lewat. Ini sekitar jam 10. Toko-toko mulai tutup. Massa bertambah banyak karena angkutan kota tidak dapat lewat. Mobil Suzuki Escudo kami terhalang banyak orang. Saya paksakan supir untuk menerobos masuk. Mobil kami di tendang beberapa orang. Dalam perjalanan saya lihat seorang anak berumur 12-13 thn melempar batu ke salah satu toko yang kami lewati. Diikuti oleh yang lain, orang orang dewasa. Massa mulai beringas. Mereka mulai mencari sasaran yang bangunan ada kacanya. Saya lihat ke belakang mobil. Beberapa orang mulai membakar ban bekas dijalan.

Suasana jalan dari Kemayoran menuju rumah kami di Sunter semakin mencekam. Saya lewati massa yang berteriak-teriak: “Hoi, keluar yang punya rumah”,sambil mengedor-gedor pintu-pintu. Pecahan kaca terus terdengar

Herannya, ada beberapa truk polisi anti huru-hara yang justru melewati mobil saya, bukannya membubarkan massa. Keadaan makin tak terkendali. Seakan memberikan peluang bagi mereka untuk berbuat semaunya tanpa mengambil tindakan mencegah massa tersebut. Saya segera ambil keputusan agar pak Amin mengikuti truk yang paling belakang, tempel terus, supaya kami aman.

Melewati ruko ruko, saya lihat massa mulai membongkar toko elektronik dan sedang menjarah barang yang ada dengan mereka mengeluarkan barang-barang keluar toko, seakan tidak ada lagi hukum negara dan hukum karma. Sebagian polisi tsb masih ada hanya melihat saja,membiarkan hal tsb terjadi.

Massa semakin banyak dari berbagai arah. Teriakan massa semakin histeris. Kaca kaca bank yang saya lewati hancur.

Akhirnya saya melewati rumah Sunter tapi sengaja tidak mampir lagi, terlalu berbahaya. Saya memang dari Kemayoran sudah mengarahkan mobil ke bandara. Ada rasa sedih melihat rumah kami dari jauh. Entah apakah mungkin kami bisa kembali lagi kesitu.

Akhirnya kami sampai Jl Jend Ahmad Yani (By Pass). Karena banyaknya massa, mobil saya tertinggal dari truk truk polisi itu. Saya semakin panik. Seakan akan bandara jadi semakin jauh. Kami harus mencapai gerbang tol. Keadaan saya makin buruk. Mobil kami terhalang massa dan terpaksa mencoba memutar balik berlawanan arah ke Sunter lagi tapi kembali terhalang kerumunan orang yang sudah mulai ada di mana mana. Sialnya lagi, pak Amin bukannya cari jalan keluar malah menghentikan mobil, mematikan mesinnya dan lari keluar meninggalkan saya seorang diri di dalam mobil. Bahaya! Itulah yang ada dalam pikiran saya. Sudah tentu segera saya berlari menyusul pak Amin yang masuk ke jalan Sunter Kemayoran. Saya berlari sambil memanggil manggil pak Amin supaya saya jangan ditinggal. Tapi dia bukannya menghentikan larinya malah mempercepat lajunya. Tinggallah saya sendirian. Anda bisa bayangkan betapa ngerinya perasaan saya waktu itu.

Aylen

Jl Sunter Kemayoran malah sepi. Massa terkonsentrasi di Jl Ahmad Yani dan Kemayoran, atau pada jam itu mungkin belum pada ke arah situ. Pak Amin sudah tidak kelihatan lagi. Saya sudah tidak lari, tapi jalan saja, capek. Dalam kekacauan pikiran saya melewati seorang pria berusia 30an berjaket dan sedang menyender di pohon pinggir jalan. Mukanya tidak kelihatan karena tertutup topi pet. Dia terlihat sedang merenung sesuatu hingga waktu saya melewatinya tidak ada sedikit reaksi ke saya. Maaf, bukannya ingin menyombongkan diri, tapi sepanjang hidup saya sebagai berkat Tuhan hampir selalu jika saya melewati pria pasti pria itu akan mencoba melihat saya agak lama. Tapi orang ini tidak. Kemudian datanglah sesuatu yang sudah saya pikirkan dan takuti. Waktu berjalan melewati pria ini sebetulnya saya sudah melihat ada beberapa laki laki berjalan menuju saya. Masalahnya saya tidak punya pilihan. Kemana? Balik lagi sudah pasti tadi di jl By Pass ada banyak massa. Pikiran saya setelah ditinggal pak Amin ini hanyalah menuju rumah dan bersembunyi di sana. Saya berusaha menghindari pria pria ini, ada 4 orang. Tetapi justru mereka melebar menghalangi jalan saya. Sudah terbaca apa yang akan mereka lakukan. Segera saya balik berlari dan terbukti merekapun mengejar saya. Salah seorang berhasil mengejar dan menangkap tangan saya, pas di depan pria yang lagi melamun itu. Reaksi spontan saya berteriak ke arah pria bertopi ini meminta tolong. Pria ini tersentak kaget, barulah dia lihat saya, sekarang. Tapi keempat pria ini langsung mengancam dia agar jangan ikut campur. Saya sudah lebih dulu menduga pasti pria ini akan mengurungkan niatnya untuk menolong saya. Ternyata tidak. Dia justru balik berteriak “Lepaskan dia!”. Sekarang, 3 lelaki yang tidak memegang saya bergerak menuju dirinya. Saya dalam keadaan bahaya tapi waktu itu entah kenapa saya ada rasa kasihan membayangkan pasti lanjutannya pria ini bakal jadi babak belur. Ternyata lagi, saya salah duga. Tidak lama, hanya sekitar 5 menit keempat pria berbadan tegap dan berambut militer ini roboh dan hampir bersamaan. Sudah tentu saya kaget. Kemudiannya nantinya saya baru tahu waktu itu pria ini masih menyimpan berbagai ilmu yang disebut kanuragan. Diawali 3 pria itu langsung roboh muntah darah, bisa dibilang mengerikan, persis seperti klau kita lihat ayam baru saja dipotong lehernya dan dilepaskan. Mereka berguling guling di aspal sambil berteriak teriak akibat terkena pukulan yang disebut Brajamusti. Lalu lelaki yang memegang saya dengan mudah dipatahkan pergelangan tanganya, sampai saya sempat kaget mendengar bunyi patahnya ‘tek!’ hanya dengan ibu jari dan jari tengah pria ini. Patah infonya belakangan saya tahu karena ilmu Semu Gunting. Tanpa malu saya peluk pria yang sama sekali tidak saya kenal itu sebelumnya, muka saya benamkan ke dada pria itu sambil berkata lirih,”lindungi saya pak. Tolong”. 

Setelah saya mengenal pria penolong saya ini kemudiannya juga saya tahu bahwa itulah moment terakhir dia memiliki ilmu ilmu tersebut. Sebab setelah kejadian ini, di bulan Desember masih ditahun yang sama setelah dia menikah (12-12-1998) sengaja dia hanguskan segala ilmu ilmu digdaya tersebut. Ini dikarenakan ada semacam niat dari dirinya. Pria inilah yang kemudiannya menjadi Coach saya, yang lebih dikenal sebagai tokoh dan pendiri perguruan Universal Synergy.

Related image

Bertemu dengan Kakak ke 1.

Kami meninggalkan 4 pria yang mencoba perkosa saya. Bahaya belum selesai. Pria ini yang kemudiannya saya panggil shifu (guru) menanyakan tujuan saya kemana. Waktu saya bilang mau ke Sukarno-Hatta dia langsung gelengkan kepala tidak setuju. “Saya bawa ke tempat yang aman dulu” katanya lagi. “kemana?” tanya saya. “Ke rumah teman saya. Yang penting kamu mau tidak? Eh, namanya siapa sih?…hung I niang tse (perempuan berbaju merah)”. Kalau saja situasinya tidak lagi genting sudah pasti saya ketawa. Saya menduga pasti dia suka baca buku Ko Ping Ho. Tapi kenapa dia tahu Mandarin ya? Sebab Ko ping Ho selalu menggunakan dialek Ho Kian (Hung I Niang Tse = Ang I Nio Cu). Belakangan baru tahu dia punya sahabat orang Kek yang bernama Karina Young. Saya jawab “Aylen” dan saya bilang lagi saya tidak punya pilihan. Mau dibawa ke jurang sekalipun saya ikut. Shifu melepaskan jaketnya dan nyuruh saya memakainya, karena saya pakai baju atas warna merah dan bawahnya jeans. Lalu dia juga pakaikan topinya ke kepala saya tapi sebelumnya dia minta rambut saya yang panjang sebahu digulung ke atas disembunyikan ke dalam topi. Lalu ujung depan topinya dia tarik ke bawah sehingga menutupi muka saya. Saya mengerti maksudnya. Tadinya saya berusaha jalan cepat tapi dia menyuruh saya santai saja, jangan tunjukkan sikap ketakutan.

Related image

Kami ke Jl Ahmad Yani lagi. Mobil saya sudah hilang entah kemana. Baru saya ingat, pak Amin berlari keluar tanpa membawa kuncinya. Saya tidak pikirkan mobil, melainkan keselamatan saya.

Kami berjalan menyusuri Ahmad Yani menuju Sunter Kodamar, kompleks Marinir. Sepanjang jalan menuju kesana sudah tentu saya masih ada rasa takut meski sudah jauh berkurang. Saya anggap waktu itu seolah olah sedang dikawal seorang Chang Wu Jie (Tio Bu Kie). Kami lewati kerumunan massa.

Langit sudah mulai terlihat berubah terpolusi kepulan asap hitam dari oli terbakar. Saya terus berdoa agar Tien (Tuhan) melindungi saya. Saya berdoa memohon petunjuk bagaimana menyelamatkan diri. Dari kejauhan diatas kelihatan helikopter berputar-putar. Hanya begitu saja, lalu malah terbang menjauhi lokasi.

Akhirnya sampai juga kami di Kodamar. Kami menunggu sebentar di pos jaga. Tidak lama kemudian dari jauh saya lihat seorang wanita cantik dengan ukuran tinggi di atas rata rata, putih dan langsing datang menghampiri. Dewi Ratna namanya. Shifu memperkenalkan saya ke dia. Dia senyum, ramah dan terlihat cantik. Dari nama dan kecantikannya yang khas saya bisa tebak dia orang Sunda. Saya bertanya tanya siapa dia ini. Saya menyangka pastilah gadis ini kekasihnya shifu. Selanjutnya shifu menjelaskan apa yang belum lama terjadi ke dia dan dia menitipkan saya. Dewi sama sekali tidak berkeberatan. Rupanya pagi itu sebetulnya shifu baru saja menemui Dewi ini. Dari sini dia bingung musti pulang ke rumah naik apa karena tidak ada kendaraan umum. Makanya dia terpaksa jalan kaki dan sesampainya di Sunter itu dia istirahat sebentar sambil memikirkan sesuatu, yang ternyata kemudiannya saya ketahui dia sedang mencoba cari lokasi di daerah Sunter itu tempat dimana gurunya yang bernama pak Atmo pernah bertapa, Danau Sunter.

Singkat cerita saya tidur di tempat Dewi ini ada sampai beberapa hari hingga benar benar aman. Sebetulnya bisa saja pergi lebih cepat dari itu, tetapi Dewi menyarankan agar saya ke bandara bersama sama dia saja sekalian. Karena sebetulnya dia basis tinggal dan kerjanya di Paris, Perancis.

Mad Jo01b

Selama beberapa hari itu saya ingin sekali ketemu shifu, pria yang sudah mempertaruhkan nyawa menolong saya. Tapi dia sibuk mempersiapkan diri buat interview kerja, dapat panggilan dari perusahaan jasa perminyakan American based company di daerah Kemang Jakarta Selatan. Waktu itu Hand Phone belum meluas seperti sekarang.

Selama beberapa hari itu juga saya makin mengenal Dewi. Dengan fasilitas yang dia miliki, Dewi menghubungkan saya dengan orang tua saya di Hong Kong. Mungkin bagi sebagian orang, memberikan kesempatan telpon keluar negeri hanyalah sesuatu yang biasa. Tapi bagi saya waktu itu sangat luar biasa dan itu artinyapun Dewi luar biasa bagi saya. Keluarga semua dan saya sendiri menangis mengetahui saya selamat. Lega rasanya setelah selesai berbicara dengan mereka sampai hampir sejam. Saya bilang ke Dewi akan saya ganti nanti biaya telponnya tapi dia bilang tidak usah. Belum lagi dia tolong saya dalam pengurusan visa Hong Kong. Sedikit heran Dewi ini melalui channel yang dimiliki bisa begitu mudah menyediakan visa buat saya.

Dewi ini profesinya sebagai dosen Teknik Kimia di universitas ternama di Perancis, Sorbonne dan di Jakarta ini dia diminta mengajar di Seskoal. Herannya saya, kalaulah dia ini orang sipil, sebagai dosen, tapi kenapa wanita wanita disitu (Kowal) ataupun prianya yang selalu berseragam apakah berwarna biru ataupun loreng loreng terlihat selalu memberi hormat kepada teman baru saya ini. Tapi saya tidak mau pikir lebih jauh. Bagi saya yang penting dia sudah menolong turut menyelamatkan hidup saya. Cukup.

Perjalanan menuju bandara membuat saya gelisah tidak sabar ingin segera ketemu dengan keluarga. Mereka tinggal dengan saudara papa di Hong Kong karena rumah kami di Harbin sudah dijual sebelum kami pindah ke Balik Papan. Dewi akan pisah dengan saya di bandara ini. Dia akan menuju Paris.

Sebetulnya saya sangat kecewa shifu tidak bisa menemui saya di bandara. Padahal Dewi sudah berusaha minta tolong agar dia mau sediakan waktu. Tapi berhubung ibunya waktu itu sakit keras jadinya tidak bisa. Sampai di bandara saya sempat sengaja menunggu meskipun sudah ada panggilan boarding. Sampai akhirnya Dewi terima berita di pagernya, SMS belum merakyat. Saya tidak kuasa menahan tangis. Sebelum pisah Dewi menanyakan apa yang dia bisa bantu untuk disampaikan ke shifu. Saya berpikir sebentar, lalu saya putuskan minta tolong diberikan saja sapu tangan merah yang saya gunakan buat hapus air mata saya. Disitu ada sulaman nama saya ditulis kanji dengan benang emas. Dewi terlihat bingung sekali. Waktu itu saya belum tahu kenapa. Kalau sekarang tentunya sudah tahu. Belakangan waktu akhirnya saya bisa ketemu shifu, beliau cerita Dewi waktu memberikan sapu tangan saya itu dengan muka merengut dan nada ketus : ‘nih, hadiah dari pacar. Pakai saja sekalian sebagai jimat. Biar klop’. Itu cukup membingungkan shifu.

Kumpul kembali dengan keluarga di Hong Kong

Akhirnya saya bersama keluarga sudah selamat. Kemudian, bagaimana memulai hidup dengan keadaan serba hampir tidak ada? Masalah baru. Papa memang msih kerja. Ommitohud. Perusahaan tempat papa kerja sama sekali tidak terpengaruh dampak KRIS-MON kemudiannya. Tetapi tetap saja keuangan kami cukup besar terpengaruh, sekalipun papa digaji dalam US$ tetapi papa bukanlah golongan expatriate yang kelas tinggi dan biaya kehidupan di Hong Kong ini jauh lebih mahal dibanding Jakarta dan Balik Papan. Apalagi papa kini harus pulang pergi Jakarta- Hongkong menengok kami semua, minimal 3 bulan sekali, sebelum akhirnya papa berhasil minta pindah ke Hongkong. Tiket pesawat tidak dibayar perusahaan karena kami dianggap base-nya di Jakarta.

Rumah di Hong Kong ini kami tinggal dengan adik papa. Om saya ini, hanya bisa memberikan satu kamar untuk kami semua berempat plus papa kalau lagi datang kesini. Om saya itu sendiri tidur di sofa demi kami. Kami tidur dilantai dengan menaruh kasur lipat. Awal pas saya tiba di Hong Kong ini terhitung sudah lebih dari seminggu sejak tgl 14 Mei 1998. Kami tahu kami harus sementara menghidupi diri dengan mulai menghabiskan tabungan. Kebetulan jauh sebelum kerusuhan terjadi kami sudah punya rekening di HSBC. Tapi kami harus segera berusaha memperoleh penghasilan yang lebih besar selain dari gaji papa agar bisa menutupi kehidupan sehari hari.

Kami sempat bertemu dan berkumpul dengan orang orang Cina dari Indonesia yang exodus seperti kami ini di Hong Kong. Saya banyak dengar cerita yang sedih dan mengerikan. Paling menjadi trauma adalah kata kata yang terlontar waktu kerusuhan itu seperti “Ada cinanya nggak?”. Salah seorang dari mereka itu cerita dia melihat seorang gadis ditarik dari mobil dan berteriak-teriak “Mama, Mama”. Anak gadis itu langsung disergap dan digerayangi, yang laki-laki dipukul. Ada seorang laki-laki yang mulai mencoba menyentuh kemaluan gadis itu, tetapi diteriaki “He, punya Cina haram”. Kemudian anak gadis itu kemaluannya disodok pakai kayu. Tidak ada yang berani menolong mereka. Setelah korban ditinggalkan massa, ada seorang bapak mencoba menolong dengan memanggilkan taksi. Tapi tak ada taksi yang mau menolong. Akhirnya ada juga taksi yang mau berhenti. Mereka kemudian dibawa ke RS Graha Medika. Pada hari Sabtunya, 16 Mei 1998 pria teman baru kami ini sengaja pergi ke RS Graha Medika untuk menengok anak gadis itu. Tetapi mereka tak dia temukan, sudah pergi. Dia coba cari ke UGD. Di UGD dia melihat seorang bapak, yang lain lagi ini, dengan seorang ibu dan anak gadisnya yang mukanya ditutup pakai seprei. Mereka bicara pakai bahasa Mandarin “Kita pulang ke mana?” Mereka mondar-mandir kebingungan. Kemudian teman kami ini menawarkan bantuan untuk mengantar mereka pulang, karena pada waktu itu sulit cari kendaraan. Teman saya tanya ke mereka “Rumah kamu kebakar?” Mereka mengangguk. Kemudian dia tawarkan pada mereka untuk menginap di rumahnya. Setelah berunding, mereka menerima tawaran bantuannya. Begitulah sekilas ceritanya dari sekian banyak cerita yang saya dengar.

Saya dan keluarga sadar bahwa kerusuhan itu bukanlah faktor etnis. Contoh faktanya shifu sempat menitipkan sejumlah uang dari tabungannya buat saya melalui transfer ke rekening Dewi. Juga Dewi sebelum pisah di bandara ada memberikan saya uang yang tidak sedikit. Perlu diketahui: mereka adalah Javanese, Bantenese, Sundanese, Moslem. Saya tidak mau generalisir. Pandangan persahabatan saya dengan shifu dan Dewi tidak membedakan Ethnic dan Religius. Kami menganggap semua manusia sama-sama ciptaan YME. Untuk bahasa saya juga dapat berbicara sedikit javanese dan sundanese. Keluarga kami Buddhist, tetapi di shop/ruko menyediakan tempat sholat (mushola) dan 90% customer adalah moslem.

Saya sempat beberapa kali menemani papa menagih hutang dari relasi bisnisnya yang kebetulan ada di kota ini. Lumayan untuk memperpanjang hidup. Dari pihak saudara banyak juga yang menelpon. Mereka tidak bisa datang tetapi membantu memberi uang lewat transfer.

Ketemu Shifu kembali

Saya kehilangan jejak Shifu. Sebelum pisah, Dewi ada memberikan email tapi milik dia sendiri. Sudah beberapa kali saya minta ke dia alamat emailnya shifu. Waktu itu saya heran saja kenapa selalu ada saja alasan Dewi belum bisa memberikannya. Tentunya belakangan baru saya tahu kenapa dan itupun tahunya di tahun 2011. Dewi selalu mengarahkan kalau mau kirim email ke shifu cukup kirim ke email dia dan nanti dia forward. Begitu juga sebaliknya, shifu kirim balasannya keemailnya Dewi dulu baru kemudian diforward ke saya dan email yang saya terima bersih dari adanya tulisan alamat emailnya shifu, jadi saya tidak pernah bisa kirim ke dia langsung. Rupanya begitu juga tiap kali shifu terima email dari saya. Jadi ada tukang sensornya.

Jengkel dan bertanya tanya tentunya ada. Tapi saya bukan di pihak yang bisa mengendalikan. Harus pasrah saja. Lagi pula saya punya hutang budi pada Dewi, meski tidak sebesar ke shifu.

Namun Tien (Tuhan) berbuat adil disini. Saya tidak bisa, dipihak seberang sana bisa. Akhirnya dapat juga saya terima email langsung dari shifu tanpa makelar lagi dan belakangan saya tahu itu akibat Dewi sudah dimarah, sebetulnya cuma ditegur saja tapi kalau saya perhatikan Dewi yang bagi ukuran saya ini seorang wanita perkasa, tapi kalau ditegur shifu sedikit saja dia bisa jadi gelisah seperti kupu kupu.

Tahun 1999 itu Shifu tugas keliling dunia. Mulai dari Nigeria, Mesir, AS, Mexico dan Venezuela dan sebelum pulang akan transit di Singapore. Dia bertanya apakah saya mau menemuinya sewaktu dia transit tersebut. Sudah tentu saya mau tapi saya bilang tidak cukup ‘chiyen’nya (duit) buat kesana. Mendengar itu dia tertawa dan dia bilang dia yang undang artinya dialah yang akan tanggung. Dia akan transfer ke rekening saya.

Begitulah. Besoknya saya lihat uang masuk dan saya segera bersiap siap kesana. Untuk dapat izin dari papa dan mama? Bukan hanya izin, mereka yang paling sibuk pikir beli ini itu dengan keterbatasan uang yang ada atau cari cari barang tersisa yang ada supaya bisa sebagai hadiah buat shifu. Mama menitipkan patung Buddha kecil dari giok warna hijau muda kesayangannya untuk diberikan ke shifu. Lalu papa yang lagi kebetulan di Hong Kong sengaja pesan ke saudaranya di Harbin untuk kirim arak Nu Er Hung (Hung= merah, Er=anak. Nu=perempuan). Arak ini dibuat dari beras, Chinese Rice Wine. Biasanya disajikan dalam perkawinan si anak perempuan itu. Nu Er Hong punya kandungan alkohol 17%, tidak kuat. Menurut saya sih arak ini baunya seperti arak gosok, “Tit Da Jao”. Secara tradisi, arak ini dibikin waktu seorang anak perempuan lahir dan botolnya dipendam dalam tanah hingga waktu si anak perempuan ini menikah botolnya akan digali keluar untuk diminum dalam perayaan. Arak Nu Er Hung yang akan sedikit diberikan ke shifu adalah yang milik saya, waktu saya lahir. Haiyya!

Image result for nu er hong

Enter a caption

Arak nu er hung

 

Pas harinya, orang tua dan adik kakak saya mengantar sampai ke bandara Chek Lap Kok (Kai Tak International Airport). Mama pesan ke saya mengutip pribahasa Cina: “sudah menyeberangi sungai, angkat papan (Dismantle the bridge shortly after crossing it)” maksudnya jangan jadi orang yang tak tahu balas budi. Lucunya papa pesan ke saya di depan mama dan adik kakak saya, dalam bahasa Indonesia lagi, bukannya biasanya dalam Mandarin sebagai bahasa di keluarga. Bilangnya begini: “nanti kalau dia orang minta lu sebagai istri, lu musti nurut ya”. Kalau ingat begitu ketawa sendiri saya deh.

Waktu sampai di Singapore dan keluar pesawat ke dalam bandara bisa dibilang 1001 perasaan. Senang jelas senang, tapi ada kegelisahan yang saya tidak mengerti kenapa. Sampai di dalam ruang bandara shifu belum kelihatan. Saya cari kesana kemari belum juga ada. Saya mulai cemas tapi kemudian dia manggil nama saya dari belakang. Saya menoleh, memang dia sambil menenteng bunga yang kemudian dia kasih ke saya. Rupanya yang buat dia agak lama karena beli bunga dulu. Ternyata orangnya romantis. Saya tidak kuasa mengendalikan diri. Tidak malu malu lagi saya tubruk dia dan saya peluk sambil nangis. Dia biarkan dulu sampai saya lepas kangen baru kemudian dia buat jarak. Dia tersenyum, tidak banyak bicara dan saya juga tidak bisa bicara apa apa. Dia ajak saya menuju kamar buat saya menginap di situ. Kamar dia pas di sebelahnya. Shifu sengaja tidak pesan kamar hotel di luar bandara, tapi di dalam Changi.

Bagi orang Cina yang masih tradisional atau disebut totok, jika orang telah diselamatkan nyawanya oleh seseorang maka itu sama saja nyawa kita sudah milik orang yang menyelamatkan kita itu. Begitulah. Apalagi keadaan saya di peristiwa kerusuhan itu. Tahun 1998 usia saya genap 17 tahun dan orang juga tahu arti usia 17 bagi seorang gadis seperti saya ini. Bagaikan bunga yang baru saja mekar. Akan tetapi apalah itu semua artinya jika bunga yang sedang wangi mekar itu dirusak oleh tangan tangan kasar. Begitulah gambaran untuk diri saya, jika saja shifu tidak datang menolong waktu itu. Dari itulah dihadapan dia, saya sudah tidak lagi punya nilai apa apa. Tidak ada harga diri lagi. Bisa dibilang dia bisa memiliki saya seutuhnya, jiwa dan raga. Makanya papa sampai berpesan pada saya seperti itu.

Namun saya salah menilai shifu saya ini. Dia bukan orang sembarangan. Tingkat spiritual apalagi emosionalnya sudah tinggi, meskipun dia selalu minta agar jangan dia dijadikan panutan. Setelah nantinya saya belajar Uni-Syn barulah saya tahu bahwa orang ini bukan saja sudah bisa bedakan antara NEEDS dan WANTS, antara kebutuhan dasar fisik (primer) seperti makan, minum dan sex dengan kebutuhan psikis (sekunder) seperti rasa sayang, cinta, kagum, tapi dia bisa lebih jauh lagi, melepas (unattached) hubungan/keterkaitan antara kebutuhan fisik dan psikis, seperti bisa dia kotak kotakkan. Bahwa manusia perlu makan buat hidup tetapi bukannya hidup buat makan. Orang ini bisa menyayangi atau mencintai seseorang tanpa dikaitkan dengan kelanjutan kontak fisik. Hebatnya disitu, karena pikiran sudah bisa mengendalikan badannya (Mind control over the body). Dia justru berusaha keras sejak pertemuan itu dan selanjutnya untuk mengangkat diri saya. Di matanya saya diperlakukan bagai permata bernilai tinggi. Saya selalu ingat kata katanya waktu di Changi ini: ‘Aylen, yang harus menghargai tinggi diri kamu adalah kamu sendiri. Kamu itu seperti batu permata, precious jewelry, yang harus dijaga, dirawat dan tidak boleh disentuh’. Kata kata itu sungguh menyadarkan saya dan membuat saya menangis, menyesal telah menganggap dia sama dengan kebanyakan pria pada umumnya. Jadi bagi dia, maaf, tidak berlaku pribahasa Cina “menjadi istri semalam, tidak lupa seumur hidup”. Kalimat ‘tidak lupa seumur hidup’ berlaku buat saya, tetapi kata ‘menjadi istri semalam’ tidak ada dalam kamus dia.

Saya sempat mengutarakan bagaimana posisi saya menurut tradisi Tiongkok. Namun shifu menanggapinya lain. Katanya:”kalau kamu mau membalas budi saya, jadilah orang sukses dan kalau sampai akhir hayat juga tidak bisa sukses, ya sudah, tidak usah pikir harus balas budi sampai kapanpun”.

Image result for room hotel in changi

Mulai Berlatih Uni-Syn

Saya ceritakan ke shifu bahwa kehidupan keluarga saya di Hong Kong sekarang ini sudah tidak semakmur seperti dulu lagi. Bisnis onderdil sudah tidak ada. Masih untung perusahaan tempat papa kerja masih operasional. Akibatnya papa hanya bisa ketemu kami tiga bulan sekali. Shifu terlihat dari mukanya turut besedih.

Kemudian dia menawarkan suatu jalan keluar mencapai kemakmuran. Suatu program pelatihan menuju kesuksesan. Saya mengiyakan saja. Bagi saya nyawa saya ini sudah jadi miliknya. Your wish is my command. Saya katakan lagi, jangankan tawaran dari dia, malahan saya yang sampai menawarkan…..

Jadi mulailah saya berlatih X Over Life Survival Training Program dari The Univesal Synergy. Saya menjadi murid ke 10 aktif, di luar hitungan yang sudah pernah keluar masuk. Pelatihan dilakukan dengan metode jarak jauh, dulu belum disebut LDT3. Untungnya email sudah ada. Tidak seperti jaman di awal shifu merintis pelatihan ini di awal th 1990an. Tetapi saya tetap harus ketemu tatap muka untuk sub modul tertentu seperti Optimizer, budgeting dan beberapa lainnya. Untuk ketemu itu saya cari dulu tiket murah ke Jakarta dan selama di Jakarta tidak efisien jika hanya untuk 1 atau 2 malam. Minimal harus 2 minggu biar tidak rugi dan selama 2 minggu itu saya menginap di rumah saudara jauh mama di daerah Green Garden, Jakarta Barat. Lalu dalam 2 minggu itu saya sengaja berangkat di tengah minggu supaya saya bisa selama 2x 2 hari 2 malam (malam Sabtu, malam Minggu sampai Minggu malam) saya bisa lakukan pelatihan intensif hampir non stop melalui program Adventure di luar kota. Sengaja mengambil 2x Sabtu Minggu karena shifu masih kerja kantor. Juga, disebabkan faktor keuangan sehingga saya hanya bisa ketemu shifu setiap 3 bulan sekali. Tetapi saya masukkan sebagai Way of Life. Saya latihan setiap hari.

Sejak perpindahan ke Hong Kong ini saya ambil sekolah malam. Saya baru bisa selesaikan SMA di tahun 2000 karena perlu banyak penyesuaian diri. Paginya sesuai saran shifu saya coba berwiraswasta.

Mulai Wira­usaha

Jadi akhirnya, saya membuka usaha sendiri dibawah arahan jarak jauh dari shifu.

Sayangnya saya bingung mau berbisnis apa. Saya coba pernah membuka beberapa usaha kecil-kecilan, antara lain penyewaan komputer, supply ATK ke kantor kantor, tapi gagal. Pernah juga saya menjadi anggota  multilevel marketing (MLM). Karena tidak membuahkan hasil, lalu coba beralih menjajal bisnis ladies hand bags yang akhirnya kandas juga. Setelah saya pikir-pikir, barulah saya putuskan membuka usaha di bidang kuliner. Alasannya sederhana saja, orang Hong Kong itu seperti orang Singapura dan kebanyakan orang Cina umumnya, suka sekali makan, suka jajan. Usaha jualan makanan merupakan usaha yang banyak digeluti oleh para entrepreneur. Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Sehingga jualan makanan sampai kapanpun akan laku.

Saya coba buka warung makan kecil dengan menu dim sum. Modal hanya HK$ 17,000 atau sekitar Rp 20 juta. Uang itu diberi shifu. Tabungan saya sudah habis. Awalnya, orang tua pikir saya hanya berbisnis sampingan saja. Mereka kaget setelah tahu saya benar-benar menekuni bisnis ini, meski tetap saja mereka mendukung.

Dim sum

Penggemar makanan ringan khas China boleh jadi sudah terbiasa dengan menu dim sum. Istilah dim sum artinya adalah touch the heart dan memang makanan asli Kanton (Hong Kong). Dim Sum ini selalu disajikan bareng dengan minum teh (yum cha). Keistimewaan dim sum yang saya buat dengan resep dari mama, dengan cita rasa berbeda. Resep mama sangat memperhatikan keharmonisan antara warna, bentuk, rasa, aroma, serta kualitas bahan yang tanpa menggunakan zat-zat pengawet.
Dim sum ditempatkan dalam wadah bermaterial bambu diolah dengan cara dikukus ataupun goreng. Di warung saya, dim sum yang dikukus contohnya
 hakau, siew may hong kong, cakar ayam saus XO, dan lo ma kai. Sementara, dim sum yang digoreng contohnya pangsit goreng mayones, lumpia goreng ayam, gyoza, lumpia udang mangga dan ekado. Ada lagi jenis dim sum yang lain, seperti char siew pie, bake turnip cake, dan d’pao dim sum. Makna dim sum yang terakhir disebut itu adalah dim sum dibuat seperti bakpao. Contoh menunya adalah char siew pao dan tausa.

Image result for hongkong dim sum

 

Lantaran modal tidak besar, saya mencari yang sewanya cukup murah. Saya cari lokasi sampai suatu hari, saya mendatangi sebuah rumah makan kecil di kawasan tempat makan. Maksud saya sekedar tanya tanya pengalaman saja. Pemilik rumah makan ini justru menawari saya membeli peralatan rumah makannya yang hendak ia tutup lantaran sepi pembeli. Saya menolak, karena tak punya banyak uang. Akhirnya, ia menawarkan sewa tempat yang murah. Saya pun setuju. Warung semi permanen berukuran 2×2 meter persegi.

Awalnya saya sendiri yang melakukan semuanya, mulai dari belanja ke pasar, membersihkan, menyiangi sayuran, meracik bumbu sampai memasak dan membawa sendiri semua itu ke tempat jualan saya. Tiap hari harus bangun sekitar jam 3 pagi. Karena di Hong Kong ini penyajian dim sum rata rata sudah start jam 5 pagi. Jadi begitu bangun tidur saya langsung ke pasar. Padahal selesai sekolah malam (SMA) jam 21 dan sampai rumah saya masih harus belajar dulu. Belum lagi latihan program Uni-Syn. Capek? Lelah? Seharusnya. Itulah hidup. Mau apa lagi? Namun saya banyak dibantu penguatan fisik dari pelatihan Optimizer yang saya dapat. Fisik saya menjadi selalu prima dan ditambah lagi saya sangat terbantu dengan adanya program Deep Sleep dari perguruan ini sehingga sekalipun saya hanya tidur selama 1 atau 2 jam tapi sudah cukup melebihi orang yang tidur 8 jam. Sangat sangat efisien! Kemudian dibarengi dengan program dietnya. Beberapa program yang seakan akan terpisah itu begitu saya jalankan terpadu menjadikan efek yang dahsyat. Seakan akan seperti kita meracik bahan bahan makanan. Jika dilihatnya sendiri sendiri sepertinya masing masing bahan tidak terlihat efeknya tetapi begitu dijadisatukan menjadi suatu makanan maka segalanya akan menjadi lain. Sama halnya dengan sub sub modul Uni-Syn yang bagi orang awam jika di analisa terpisah satu sama lainnya tidak terkesan akan berdampak hebat tetapi saya alami sendiri begitu dipadukan sub program pelatihan mulai dari diet, senam pernafasan, Taichi, Falun, Deep Sleep sampai meditasi, terapi air putih, minuman herbal dan tambahan lagi budgeting, emotional quotient program kesemuanya diintegrasi hasilnya??? Luar biasa! Orang tua dan saudara saudara saya takjub, terheram heran dengan padatnya kesibukan itu saya tetap tampil prima, hampir tidak pernah kena sakit bahkan wajah semakin cerah, bersinar, kata mereka.

Saya sudah tidak pikirkan dan sudah lupakan siapa diri saya. Apakah itu di pasar di angkutan umum sampai di warung saya selalu ada saja pria yang menggoda, jahil. Diantara godaan itu cukup banyak yang tanya kenapa saya tidak jadi model atau bintang film saja? Sebab dibalik itu semua saya sadari apapun yang dibilang mereka apakah kata kata ‘cantik’ atau ‘sexy’ atau apapun pujiannya itu semua tidaklah berguna demi dalam kenyataannya saya ini butuh uang dengan cara yang orang muslim menyebutnya halal. Mereka itu hanyalah menginginkan saya sebagai istri yang tergantung pada suami, tidak mandiri dan berujung pada kemudahan mengendalikan saya. Begitulah umum terjadi di kalangan masyarakat Cina.

Saya sudah tekad akan buktikan ke shifu bahwa saya akan sukses.

Sebelum mendirikan restoran ini, saya tentu sempat melakukan pengamatan terhadap fenomena usaha rumah makan yang sudah ada. Dari pengamatan itu, lantas saya simpulkan bahwa ada kebutuhan konsumen yang terlewatkan oleh pengusaha restoran, yakni kebutuhan akan sebuah restoran dengan atmosfer unik dan mampu memberi pengalaman serta sensasi baru dalam menyantap makanan. Dalam arti, kita tidak boleh hanya mengandalkan rasa makanan, tapi harus memadukan antara makanan dan kenyamanan tempat makannya.

Nah, berbeda dari warung seafood  di kaki lima yang umum di Hong Kong ini saya coba warung saya didesain unik. Ternyata, sayangnya tak membantu penjualan. Tiga bulan pertama, hasil penjualan selalu minus. Saya mencoba berbesar hati, mungkin warung sepi lantaran banyak yang tidak tahu keberadaan warung kecil ini. Saya mulai melirik lokasi lain yang lebih ramai. Saya tawarkan sistem kerja sama dengan rumah makan dan warung lain, tapi selalu ditolak.

Akan tetapi setelah 6 bulan pertama buka usaha mulailah tampak hasilnya. Pembeli mulai berdatangan. Saya tahu, usaha yang bisa sukses dan bertahan adalah usaha yang punya spesialisasi tetapi saya bingung spesialisasinya apa. Saya ingat pelajaran dari shifu – meditasi.

La Mian

Image result for la mien hongkong

Suatu saat saya sedang meditasi Static Relaxing mendadak out of the blue terbayang wajah shifu dan di latar belakangnya saya lihat mesjid. Saya terhentak menghentikan meditasi dan memikirkan apa maksudnya gambaran tadi. Lalu saya lanjutkan meditasi dan kali ini saya memperoleh pencitraan suasana banyak orang sedang makan dan yang mereka makan itu adalah mie. Kembali saya hentikan meditasi. Kemudian saya rubah brain wave, saya gantikan meditasi dari gelombang alpha dan theta itu saya arahkan ke gelombang gamma (PMS meditation). Artinya keadaan full conscious dengan mata terbuka dan disitulah saya dapatkan jawaban 2 kata: La Mien (拉面 La mian ~ hand pooled noodles).

Ya, penggabungan dari beberapa citra tadi; shifu, mesjid dan mie. Saya tidak tahu sejarah asal muasalnya La mien. Apa yang saya tahu la mien ini dimasyarakatkan oleh Cina Muslim, suku bangsa Hui 回族 . Dari hasil meditasi ini saya jadi penasaran ingin tahu cara membuat lamien dengan baik.

Saya coba perkenalkan la mien ini tetapi ketrampilan saya di la mien ini masih jauh dari sempurna. Lagi-lagi, nasib baik atau hokie belum sepenuhnya berpihak kepada saya. Begitu saya berjualan mie, yang laku tetap saja makanan dim sum. Kalau menu dim sum habis, pembeli langsung memilih pulang. Namun, saya tak mau menyerah. Saya cari orang yang saya percaya bisa mewakili saya supaya dim sum yang sudah berjalan dan sudah diterima konsumen tetap laku dan saya sendiri mulai mengkhususkan di la mien. Dalam Uni-Syn diistilahkan dalam program The Right Hand. Warung makan saya memang terus jalan dan ada untungnya, tapi masih tipis.

Selama ini saya hanya tahu dari menyaksikan proses pembuatan la mien di dapur restoran yang biasanya sengaja terbuka bagi pembeli, sekaligus jadi semacam atraksi. Sesuai dengan konsep Uni-Syn 4P4S yang salah satunya adalah MASTERING maka untuk mematuhi konsep itu saya sampai mencoba melamar sana sini untuk jadi pegawai di warung atau resto yang jual La Mien dan yang terkenal enak. Sayangnya agak menjengkelkan mereka hampir selalu maunya menerima saya bukan atas dasar perlu pegawai melainkan apakah untuk di posisi kasir atau waitress sebagai permanis dan penarik resto mereka atau mau rekrut bukan buat kerja apa apa, tetapi punya niat jelek pada saya. Dari usaha keras akhirnya ada yang menerima saya dan bukan sembarangan, di Kowloon Shangri-la Hotel. Tentunya saya tidak bisa langsung jadi Chef assistant, harus mau dari bawah, jadi cook helper. Tidak masalah, yang penting saya bisa menyaksikan proses pembuatan mie dari awal, sekaligus saya tahu bahwa sebaiknya bahan-bahan yang digunakan tidak mengandung bahan pengawet. Mie yang dibuat menggunakan keterampilan tangan ini memiliki cita rasa yang tak perlu diragukan lagi. Apalagi bahan baku mie semuanya berkualitas.

Image result for Kowloon Shangri-la Hotel

Kesibukan saya sekarang bertambah. Malam sekolah. Pagi sampai sore kerja di hotel. Sekarang yang belanja ke pasar sudah bukan saya lagi. Demikian juga yang masak dan menyajikan dim sum; ada kokinya. Di sela sela waktu kalau lagi off di hotel saya turun ke resto milik saya yang pergerakannya masih lamban. Karena saya tahu la mien itu enak, ketika para pembeli duduk menikmati hidangan dim sum, saya berkeliling meja, minta mereka mencicipi la mien hasil olahan saya yang semakin membaik. Tentunya selama promosi saya gratiskan. Syukurlah, mereka berpendapat masakannya enak.

Selama tiap kali waktu off dari hotel itu, demi menyuguhkan lamien dengan cita rasa yang maksimal, saya sendiri bersedia membuatnya langsung setelah ada order dari customer. Dengan cara ini, dapat dipastikan bahwa mie yang tersaji masih fresh dan pembeli tahu yang punya langsung yang membuatnya. Ada bangkit unsur kepercayaan dari pembeli. Ini jugalah yang menjadi keunggulan La mien dari saya. Lucunya, mulailah, yang dulunya konsumen sukanya dim sum dari resto saya, kini mereka selalu tanya ke karyawan saya kapan lagi hari dan waktunya saya ada di resto dan menyajikan la mien. Lalu setiap kali saya ada, konsumen sudah antri menunggu hingga berbaris ke luar resto hingga ke jalan. Satu hal lagi yang menguji kesabaran saya, diantara pengunjung ada saja yang memotret ketika saya lagi atraksi menarik narik mie. Malu tentu ada, harus bagaimana lagi. Inilah hidup. Sisi blessing in disguised (塞翁失马. 焉知非福Sài wēng shī mǎ. yān zhī fēi ​) resto saya semakin menanjak. Saya segera buat keputusan bahwa karir saya di hotel terpaksa harus saya akhiri.

Jadi saya berusaha lebih giat untuk memperkenalkan la mien. Saya berusaha menonjolkan kelebihan la mien itu terutama  lamien bebek panggang. Mie disajikan dalam mangkuk besar berwarna putih yang dilengkapi irisan daun bawang goreng. Irisan daun bawang menyumbang cita rasa gurih pada lamien. Lalu untuk kuahnya ditempatkan secara terpisah sesuai porsi. Sebagai pelengkap, lamien disajikan bersama irisan daging bebek yang sudah dipanggang dan ada variasi lainnya saya gabung dengan resep nasi ayam (rebus) Hainan. Ternyata banyak yang suka.

Waktu dengar saya lulus SMA shifu senang sekali dan tanya mau hadiah apa. Saya langsung jawab minta jaket yang waktu itu dia pakai di peristiwa kerusuhan. Shifu awalnya agak bingung tapi tetap dia kasih juga. Belakangan saya baru tahu waktu kebetulan lama kemudian saya ketemu Dewi pas dia lagi mampir di Hong Kong. Dia datang pas bulan November dan sedang ada typhoon. Agar diketahui, dari bulan May hingga November Hong Kong sering dilewati angin typhoon dan jika sudah mendekati kota (Signal B) aktivitas bisnis dan pertokoan ditutup. Penerbangan dibatalkan. Bulan November masih Autumn (gugur) waktu teman saya berdarah Sunda ini datang. Suhu sekitar 18’C dan bisa drop sampai 10’C. Saya pakai jaket pemberian shifu itu. Saya agak risih dan bertanya tanya kenapa Dewi matanya selalu balik lagi balik lagi ke jaket itu, jaket warna biru ini. Di waktu pisah di airport dan masih saya pakai jaket itu lagi, yang ternyata jaket Angkatan Laut, barulah dia tanya ke saya, sebetulnya bukan bernada tanya melainkan konfirmasi saja:”ini jaket dari Coach kan?” saya cuma bisa menggangguk saja dan ldia angsung berubah mukanya jadi agak merah tapi dia berusaha kontrol diri, tenang, seperti tidak terjadi apa apa. Waktu sebulan kemudiannya saya ketemu shifu buat pelatihan shifu cerita bahwa masih di airport Hong Kong itu dalam perjalanan menuju pesawat dari boarding Dewi telpon shifu, tidak ada suaranya, hanya kedengaran suara tangisan saja. Shifu bingung ada apa. Setelah seminggu tidak balas kontak tiap kali dicoba dihubungi shifu, Dewi hanya kasih pesan singkat lewat sms: ‘lain kali kalau dikasih sesuatu dari pada dikasih lagi ke orang mendingan disumbangkan saja ke orang miskin. Ada pahalanya, dari pada nyakiti hati orang.’ Saya jadi tidak enak hati ke Dewi. Sesuatu yang kebetulan inilah yang kemudiannya ditiru dan digunakan Susi Rusanti, masih dalam kaitan ke jaket.

Setelah Lulus SMA saya coba test masuk uni dan tentunya kemana lagi selain mencari uni yang ada fakultas perhotelannya. Memang pesan dan bimbingan yang selalu saya ikuti dari shifu melalui trainingnya terus saja mendukung aktivitas saya, termasuk keberuntungan. Dari seringnya saya lakukan Dream Meditation yang merupakan bagian dari Static Relaxing berwujud saya diterima di The Chinese University of Hong Kong dan saya ambil minoring di Food & Beverage. Lengkaplah sudah. Waktu teman teman sekuliah sampai waktunya magang, saya sudah tidak perlu lagi, cukup datangi F&B Manager yang sudah lama saya kenal sebagai boss saya dulu dan dengan senang hati dia kasih referensi.

Image result for Chinese University of Hong Kong

Hasil dari ilmu yang saya dapat di hotel dan kuliah tidak begitu saja saya tiru habis, melainkan saya coba kembangkan, terus kembangkan trial and error hingga saya menemukan suatu resep andalan; hasil inovasi. Berkat formula ini kedai saya semakin ramai dan semakin ramai lagi. Pecinta la mien dari berbagai kawasan datang ke resto saya untuk menikmatinya. Senang rasanya melihat perubahan positif ini, terutama bila mengingat bulan-bulan pertama yang sepi pembeli. Dulu rasa hampir putus asa sudah sempat ada. Bagusnya saya selalu ingat pesan coach jika mental saya sedang down agar segera kontak dia. Shifu kasih semangat. Dia sering kasih kutipan pribahasa Cina yang harusnya, saya lebih tahu. Antara lain pepatah: Yu Gong Yi Shan (Yu= dungu, Gong=kakek, yi=pindah, shan=gunung) bagaimana seorang kakek melakukan pekerjaan yang sepertinya terlihat mustahil: memindahkan gunung dengan hanya alat pacul, tapi berkat ketekunannya kakek itu bisa memindahkan. Ini bikin saya kagum bahwa dia juga pelajari falsafah Cina dan tiap kali saya ceritakan contoh contoh seperti ini ke papa, selalu saja papa tersenyum dan saya bisa lihat jadi basah mengkilat matanya. Sampai dia pernah bilang: ‘papa perlu ketemu dia orang ini, Len. Kapan lu bisa atur waktunya’.

Tahu usaha saya laris, pemilik lokasi (penyewa) rumah makan saya menaikkan biaya sewa jadi dua kali lipat. Saya mulai merasa seolah-olah bekerja untuk orang lain karena hasil yang saya raih hanya untuk membayar sewa tempat.

Masalah bertambah lagi karena saya juga harus memikirkan gaji karyawan. Saya putar otak guna mendapatkan uang untuk membayar gaji karyawan. Saya sudah mantap tidak akan kerja sebagai karyawan sebab sudah ada beberapa orang karyawan yang menggantungkan nasibnya pada saya.

Solusi pertama saya bisa segera pindah dari tempat makan pertama ke yang lain dengan sewa tetap sama tetapi ruang lebih besar. Namun, di balik kesuksesan, cobaan kembali menimpa. Salah satu koki andalan saya berhenti bekerja. Belakangan, saya tahu ternyata ia membuka usaha sejenis seperti saya setelah sudah menyerap semua ilmu yang saya ajarkan. Apakah saya marah? Tidak. Saya berpikir positif sesuai apa yang diajarkan shifu. Saya justru kecewa mengapa ia tak memberitahu sejak awal. Karena saya pasti akan mendukungnya. Tak bisa kita berharap orang akan seterusnya loyal bekerja pada kita. Saya senang melihat orang lain maju dan saya juga senang bila usaha ini bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi orang lain. Bagi saya rezeki sudah ada yang mengatur. Bahkan ketika saat ini banyak orang berbisnis kuliner la mien di Hong Kong ini, saya tak menganggap mereka sebagai ancaman. Ini justru memotivasi saya untuk terus berusaha lebih baik. Namun, tak urung saya kelimpungan dengan mundurnya sang koki. Apalagi, saat itu rumah makan saya mulai ramai. Akan tetapi saya selalu melihat masalah sebagai suatu pembelajaran, sesuai dengan apa yang dipesankan shifu (coach) saya yang saya cintai. Dengan hilangnya koki ini membuat saya belajar satu hal bahwa saya tidak bisa hanya menggantungkan pada 1 orang saja.

Suatu hari dalam rangka councelling dengan coach di Jakarta saya ceritakan soal kebingungan ketika ditinggal koki. Coach atau shifu lalu banyak memberi masukan. Saya mulai membuat Standar Operating Prosedur (SOP) menjalankan rumah makan. Dengan cara seperti ini, saya tak lagi kelimpungan bila ditinggal koki. Saya harus rekrut dan latih lebih dari seorang sehingga mereka bekerja lebih profesional, sesuai SOP dan itu tidak terbatas pada kokinya saja, melainkan kesemuanya; waiter, tukang cuci piring dsb.

Peran my beloved coach sangat besar. Dengan adanya SOP ini, usaha saya jadi makin berkembang. Saya terus dan terus membuka cabang. Pikir pikir lagi saya kerap kali mensyukuri betapa beruntungnya saya dipertemukan shifu oleh Tien (Tuhan). Didikannya menjadikan saya cepat matang dalam hadapi maalah. Sebab beliau ajarkan berbagai ragam cara mengatasi permasalahan. Dampak dari pengarahan inilah masalah demi masalah yang menimpa usaha satu per satu berhasil dilalui. Selain pantang menyerah setiap kali bertemu masalah, saya juga diajarkan tak terfokus pada masalah yang sedang dihadapi. Saya lebih suka mencari peluang untuk membuka jalan keluar. Bukannya lari dari masalah. Cara seperti ini justru membuat saya terus berpikir optimis dan semangat mencari solusi terbaik.

Setahun kemudian saya sudah mempekerjakan lebih dari lima puluh orang. Pendapatan rumah makan saya meningkat pesat. Saya sangat bersyukur. Apalagi bila dibandingkan dengan penghasilan teman teman saya yang bekerja sebagai karyawan kantoran. Penghasilan bulanan saya perlahan lahan tapi pasti sudah mencapai gaji seorang direktur perusahaan. Disitulah kelebihannya berwiraswasta.

Setelah berkali-kali jatuh bangun merintis usaha La Mien ini akhirnya saya mulai mereguk manisnya madu. Usaha kian menanjak. Saya coba tawarkan konsep wara laba atau franchising tetapi faktanya sulit menjalankan sistem wara laba di Hong Kong ini, tidak seperti di Indonesia. Orang orang Hong Kong sangat kritis, banyak maunya. Untuk sampai terjadi kesepakatan mereka banyak tawar ini itu. Cenderung ke arah keuntungan lebih kepada mereka, bukannya Win Win Solution. Jadinya saya batalkan pemikiran wara laba dan fokus ke arah Business Multiplier yang diajarkan di Uni-Syn.

Financial Independent

Outlet demi outlet terus saya buka. Perkembangan ini makin memotivasi saya untuk lebih bekerja giat sekaligus senang karena ternyata tak sia-sia. Saya sangat bersyukur semakin lama penghasilan saya bukan saja menanjak tetapi meroket sejalan dengan terus dibukanya outlet baru. Sampai akhirnya shifu instruksikan untuk lakukan Assets Building. Inilah fase Personal Finance yang sudah lama saya tunggu tunggu, Time for Conversion, sebab mulai tahapan ini step by step saya meninggalkan bisnis real sector ke sektor yang lain, maaf saya tidak bisa menjelaskannya berhubung ini adalah rahasia perguruan Uni-Syn. Di sektor ini assets yang mulai saya bangun semakin membesar membesar hngga saya dapat instruksi selanjutnya dari coach (shifu) untuk mulai berinvestasi.

Sementara itu bisnis sektor ril saya yaitu Chinese Cuisine terus operasional dan terus berkembang pesat. Omzet seluruh cabang mencapai jutan dolar Hong Kong per bulan. Kualitas makanan tetap dipertahankan. La mien saya fresh tanpa MSG. Jadi benar benar kaldu sapi atau kaldu ayam atau juga kaldu babi kalau ada
permintaan khusus. Inovasi juga terus dicoba. Kalau dulunya saya yang harus berpikir soal riset dan pengembangan, sekarang saya sudah punya tim litbang sendiri. Tim ini memperkenalkan la mien organik, yang memiliki cita rasa khas. Ketika dimakan rasanya lebih renyah dan langsung lumat di mulut. Bukti bahwa mie organik ini benar-benar bebas pengawet, jika didiamkan di luar (bukan di lemari es) maka hanya dalam waktu 2 jam, mie ini akan basi.

Ada beberapa menu la mien organik yang ditawarkan tim litbang saya, diantaranya la mien bayam. La mien ini berwarna hijau terbuat dari daun bayam. Juga ada la mien kuning yang terbuat dari jagung.

Bukan cuma la mien yang dikembangkan, tapi ada diversifikasi. Salah satu menu variasi ini dan langsung jadi kegemaran pengunjung adalah bubur claypot yang dimasak dalam kuali dengan arang dalam waktu delapan jam. Tamu dapat memilih lauknya, mau pakai kakap putih, udang, ayam, atau daging sapi. Biasanya pada akhir pekan atau hari libur, bubur claypot cepat habis. Sejumlah menu andalan resto saya lainnya seperti la mien paha ayam goreng lunak, lamien iga babi garing, la mien irisan daging has sapi dan la mien ayam cincang dengan sayur. Kemudian juga disediakan makanan kecil selain dim sum seperti ubur-ubur asam manis dengan bumbu kacang yang renyah dan taburan kacang wijen yang gurih rasanya. Masih banyak macam lainnya.

Image result for bubur claypot masak arang picture

Kembali ke aktivitas investasi saya juga berjalan lancar, Amitabha. Sampai akhirnya terlewatilah fase kritis yang diperguruan disebut Critical Mass. Begitu lewat, saya mulai peroleh Unstoppable Income, yaitu penghasilan pasif yang saya terima setiap bulan, rutin dan ada trend meningkat. Suatu keadaan menyenangkan yang tidak bisa saya lukiskan. Meskipun nilainya masih sangat kecil, kira kira baru hanya cukup buat makan sekali saja di resto kelas resto saya. Tapi tidak masalah karena yang dinilai bukan besarannya melainkan nature of income-nya yang sudah terlihat Unstoppable. Shifu terus instruksikan lakukan akumulasi dan biarkan multiplier effect terus bergulir. Tidak lama, akhirnya di tahun 2004 oleh shifu saya dinyatakan menjadi Financial Independent.

 

Lulus Kuliah

Setahun setelah saya capai Financial Independent saya berhasil menuntaskan studi di universitas. Sebagian besar teman teman sekuliah bingung mau kemana, mau kerja kemana setelah tamat ini. Bagi saya sudah jelas kemananya, yaitu tidak usah kemana mana melainkan terus saja membesarkan assets saya.

Kepada teman teman saya seuniversitas saya katakan untuk sukses berbisnis kita tidak bisa hanya belajar di bangku kuliah saja. Bangku kuliah hanya mengajarkan dasar dan teori. Sisanya kita belajar ilmu kehidupan dari seorang yang layak kita jadikan panutan. Bagi saya shifu bukan sekedar panutan melainkan sebagai seoang maestro. Orang itu tidak harus PhD seperti beberapa rekan saya di UniSyn seperti Susi dan Dewi untuk menjadi ultra kaya. Rekan rekan saya seperguruan itu tanpa menyandang gelar yang kini mereka milikipun tidak mengubah keadaan ultra kaya mereka. Hanya Bachelor seperti saya dan bahkan ada yang hanya berijazah SMA tetap terbuka untuk bisa jadi milyuner.

Financial Freedom

3 tahun setelah Financial Independent saya berhasil mencapai keadaan Financial Freedom, di tahun 2007 dan terakhir di awal tahun 2011 saya capai posisi EF.

Sampai kini, saya masih memegang keyakinan, jika kita mau fokus dalam melangkah, pasti akan sukses. Banyak orang bilang, kesuksesan saya terbilang cepat datangnya. Sayangnya mereka tidak mengkaji bagaimana sakitnya jatuh bangun sebelum sukses tercapai. Begitulah di dunia ini. Banyak orang lebih melihat hasilnya saja, sukses, tapi proses menuju ke arah itu tidak mau mereka analisa. Itulah makanya lebih banyak orang yang gagal di dunia ini dari pada yang sukses. Sebab kebanyakan orang itu mencoba meniru suatu aktivitas yang sudah dilakukan oleh orang yang sukses dan baru saja mungkin masih dalam seperempat perjalanan mereka sudah berhenti, tidak tahan jatuh bangunnya.

Prinsip saya yang lain sejak memulai usaha adalah selalu mengawali sesuatu dengan akhir yang positif. Maksudnya, saya selalu memikirkan bagaimana nanti kalau usaha ini sukses, bukan sebaliknya. Dengan demikian, saya selalu optimis. Inovasi juga harus jadi kebiasaan, selain terus meningkatkan kualitas.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk memulai usaha dan menggapai kesuksesan sebagaimana yang diajarkan di perguruan UniSyn adalah DREAM. Kita harus berani bermimpi menjadi orang yang sukses. Sejarah juga membuktikan banyak temuan hebat dan orang sukses dimulai dari sebuah mimpi. Kalau anda bermimpi saja tidak berani, buat apa membuka usaha.

Tentu saja tidak hanya berhenti sekedar mimpi untuk mencapai sukses. Setelah mimpi anda bangun, lalu pikirkanlah mimpi anda. Berpikirlah yang besar. Seperti kata miliarder Amerika Donald Trump; if you think, think big. Berkenaan dari ini juga salah satu buku wajib baca di komunitas ini adalah The Magic of Thinking Big karangan David Schwartz.

The Magic of Thinking Big

Setelah itu anda buat rencana, buat rincian, terakhir, yang paling penting, segera jalankan rencana tersebut. Jika anda bertanya perlukah berdoa? saya katakan berdoa itu perlu (baca : sangat penting). Tapi perencanaan juga perlu. Doa saja tanpa perencanaan tidak akan berhasil. Intinya dengan perencanaan, masalah akan terselesaikan dengan baik.

Keluhan paling sering dilontarkan orang yang tidak berani berusaha adalah tidak mempunyai modal atau dana. Itu salah besar. Saat memulai usaha saya tidak mempunyai uang, tapi saya punya relasi, yaitu coach saya dan dari dialah saya diberi modal bisnis.

Jangan pernah bicara tidak punya dana. Uang datang jika ada ide besar atau ada proyek yang visible. Bill Gates juga tidak mempunyai uang, tapi dia mempunyai ide bagus. Dia tidak lulus kuliah, dia bukan anak orang kaya, tapi dari garasinya dia bisa membuat Microsoft jadi perusahaan besar.

Maka pikirkan ide yang bagus, lalu anda cari partner yang punya uang. Yakinkan dia dan berkerjasamalah dengan dia. Kalau boleh saya sarankan, jangan lihat orang dari posisinya atau keadaannya sekarang, tapi lihat apa yang ia katakan. Itulah contohnya coach saya. Lihat pengalamannya dan ambil sisi positifnya. Ternyata saya ketemu dengan orang (coach saya) diatas rata rata. Modal bisnis itu, saya diberikan bukan dipinjamkan. Setelah mulai sukses saya coba kembalikan modal tersebut utuh dan saya lipat gandakan tapi tetap saja coach tidak mau menerimanya.

Setelah anda menjalani usaha, suatu saat anda pasti akan menghadapi masalah. Hadapi saja masalah itu, karena masalah adalah bagian dari hidup yang akan terus datang. Seperti contoh diri saya ini yang pernah menghadapi masalah saat krisis ekonomi 1998. Saat itu boleh dibilang saya dan keluarga jatuh miskin. Bahkan saya jauh lebih miskin dari pengemis. Ini karena keluarga saya memiliki hutang. Di saat yang sulit ini biasanya sahabat-sahabat kita, rekan-rekan kita semua lari. Kecuali beberapa orang berjiwa besar termasuk shifu saya.

Terpenting setelah kita terpuruk, kita harus bangkit kembali. Kalau saat itu saya tidak bangkit, maka tidak bisa saya seperti saat ini. Saya berprinsip hadapi saja masalah, jangan lari. Akhirnya terbukti dengan usaha keras pada tahun 2001 saya bisa bangkit kembali dan hutang saya bisa dilunasi dan bisnis saya menanjak. Itulah pengalaman saya selama ini. Saya berharap bisa menjadi ilmu yang berguna.

Perayaan Financial Independent

Bagian ini saya ingin kisahkan bagaimana suasana waktu mencapai keadaan Financial Independent. Begitu diberitakan demikian, tindakan pertama sekali dalah mengundang shifu ke Hong Kong untuk menemui keluarga saya. Ya, karena keluarga saya, terutama papa, sudah lama sekali menanti untuk bisa ketemu shifu, mau lihat langsung bagaimana orangnya. Rencananya saya mengundang shifu bersamaan kami merayakan pesta pindahnya kami sekeluarga ke rumah yang baru saya beli di daerah elit Radcliffe, Pok Fu Lam. Sayangnya shifu tidak mau datang. Dia sudah membayangkan jika datang dirinya bakal disanjung sanjung seperti pahlawan. Suatu hal yang sangat dia tidak suka. Tapi supaya tidak mengecewakan keluarga saya, setelah perayaan itu di Hong Kong shifu mengundang kami semua ketemu dia di Jakarta merayakan lagi posisi Financial Independent saya dengan makan makan sederhana bersama anak anak yatim dan tempatnya bebas kami tunjuk. Saya juga diminta menyumbang ke yayasan Yatim Piatu seikhlasnya. Sudah tentu keluarga saya tidak berkeberatan dengan gagasan yang mulia ini. “Mei kuan si (tidak apa apa)” kata papa. Kami tunjuk sebuah Vihara di Jakarta Utara dan sesuai permintaan shifu kami undang hingga ratusan anak yatim kesana.

Pas hari Hnya sebelum kami datang di lokasi dia malah sudah duluan disana. Saya dan keluarga bergegas keluar taxi menghampiri dia. Inilah pertama kalinya keluarga saya berjumpa dengan orang yang sudah banyak menolong saya dan keluarga. Satu per satu dari kami memeluknya, lama dan sambil menangis, termasuk papa tanpa malu malu lagi juga menangis. Bahkan papa yang terakhir memeluknya lalu menjatuhkan diri mau sujud dan seperti dikomando mama, diikuti saya dan adik kakak ikut bersujud tapi shifu buru buru angkat bangun, berdirikan kami semua. “Saya bukan Tuhan dan raja juga bukan”. Papa langsung narik tangan shifu dan membawanya menjauh dari kami semua. Saya lihat dari jauh mereka terlibat pembicaraan serius. Sayangnya cukup memalukan buat saya setelah tahu kemudiannya. Papa membicarakan masalah saya. Singkatnya selesai acara itu papa sampai hari ini masih sering ketemu shifu buat lakukan apa saja bersama sama, apakah itu jalan jalan, karaoke, sampai mancing ikan, kemana saja. Mereka jadi teman akrab dan kalau mereka pergi jalan saya dilarang ikut oleh papa. Mereka jadi hopeng (teman baik). Lagi lagi yang sampai kini saya masih dengar dari shifu, papa masih juga tidak putus asa bicara soal saya. Pikiran papa sudah tidak ada pria lain yang pantas jadi menantunya. Padahal saya sudah sering ingatkan papa untuk tidak lagi singgung hal tersebut. Saya tahu shifu jadinya selalu merasa serba salah.

Bagi saya kalau sudah bicara tentang shifu atau my successful life coach seperti tidak ada habis habisnya. Persis sama seperti perlakuan dari siswa dan siswi lainnya yang sudah EF. Setelah Perguruan Uni-Syn tidak lagi melakukan perayaan bersama sama dengan Equitas Club, termasuk perayaan Recognition seseorang menjadi EF juga dikembalikan seperti keadaan semula di tahun tahun sebelum 2006, dimana EF Recognition hanya dilakukan pesta kecil sederhana yang dihadiri hanya oleh keluarga. Itupun keluarga dibatasi hanya kedua orang tua dan adik kakak. Sudah tentu seharusnya kami sekeluarga terutama saya berharap sekali coach akan hadir waktu itu. Saya sudah kirim tiket pulang pergi tapi dia kembalikan dengan alasan ada kesibukan. Kecewa? Sudah pasti. Musti bagaimana lagi?

Today while the blossoms still cling to the vine
I’ll taste your strawberries, I’ll drink your sweet wine
A million tomorrows shall all pass away
Ere I forget all the joy that is mine today

Selesai lagu Today dari John Denver sebagai lagu hymne EF selesai untuk EF Recognition, mama memberikan saya buah strawberry, saya makan dan kemudian papa meminumkan saya Red Wine. Harusnya yang menyuguhkan Red Wine adalah coach.

Selesai seremonial saya menangis sambil teriak:”wo mei youah” saya tidak ada artinya! Saya masuk kamar, tutup pintu, membenamkan muka di bantal tempat tidur. Lalu agak lama kemudian pintu dibuka lagi, saya tahu itu mama. Seperti biasanya dia akan coba menenangkan saya. Tapi saya heran kenapa duduk diam saja di pinggir tempat tidur. Lalu saya mencium bau parfum wangi sekali yang sudah saya kenal. Kami semua siswa EF dari Uni-Syn jadi penggemar minyak wangi karena orang ini. Papa dan keluarga saya menjulukinya Chu Liuxiang楚留香 (Liux : tinggalkan xiang : wangi ; lingering fragrance). Jadinya saya coba tengok ke belakang cari tahu dan saya kaget sekali. Ternyata shifu yang duduk disitu sambil tersenyum. Saya jengkel tapi bercampur senang. Saya tubruk dia, peluk dia sambil terus menangis, tapi saya juga pukul dia berkali kali.

Rupanya dia tetap berusaha datang meski sedang sibuk. Dia beli tiket sendiri. Tapi karena tidak tahu jalannya ke rumah saya jadi harus cari cari dulu.

Di hari ini shifu menghadiahkan CD lagu dari penyanyi favorit saya 鄧麗君 Teresa Teng atau Dèng Lìjūn. Lalu saya tuliskan salah satu judul lagu disitu月亮代表我的心 Yue Liang Dai Biao Wo De XinThe Moon Represents My Heart dan saya minta dia sepulangnya nanti di Jakarta untuk dengarkan.

Dalam tradisi Cina, bulan atau moon itu lebih dari sekedar ‘bulan’, sama halnya di barat bagi mereka matahari itu penting untuk mengetahui waktu. Di Chung-kuo kalendernya menggunakan sistem bulan.

Waktu beberapa lama setelah itu saya ketemu dia lagi di Jakarta, dia terlihat biasa biasa saja seakan akan tidak pernah tahu soal lagu itu. Dia pura pura. Sebab sebelum ketemu dia saya sengaja telpon sahabatnya, bu Karina Young, yang juga fans berat Teresa Teng. Saya sudah duga pasti dia bakal minta tolong terjemahkan bahasa ko’I itu. Bu Karina malah bilang ke saya shifu jadi sedih ada rasa bersalah setelah tahu isi lagu itu, tapi waktu ditanya dia tidak mau ungkapkan.

Saya pikir biar sajalah dia pura pura tidak mengerti, tidak tahu. Tapi dia tidak tahu saya sudah tahu, usaha dia sampai minta diterjemahkan.

Bagi penganut Buddha seperti saya ini, saya percaya saya akan ketemu lagi dengan shifu dikehidupan akan datang atau reinkarnasi.

 

Shobha Success Story

    1. Joined: 1999

    2. Coach: HD Coach

    3. Financial Independent 2007

    4. Financial Freedom 2008

    5. Time Freedom 2009

    6. Economically Free 2010

picturetopeople.org-e1971e51ae4c15a101164613bf3e1ec0f5efac97c2a4ba3aa3 (1)

Sebetulnya saya malu menceritakan perjalanan ‘karier’ saya di komunitas ini karena bisa dibilang kisah saya berbeda jauh dari kisah teman teman yang lain, tapi karena desakan teman teman dan juga karena sudah merupakan keharusan keorang anggota EF Champion meneceritakan kisahnya, maka bolehlah saya mulai tuliskan pengalaman hidup saya ini.

Saya Shobha Chugani. Dari nama saja pastinya orang tahu saya ada keturunan India . Betul, papa saya orang India yang sudah turun temurun hidup di Inggris sedangkan mama WNI keturunan India . Saya dan adik lahir di Jakarta, tepatnya di bilangan Pasar Baru. Opa dan Oma dari ibu dulunya memang pedagang textil di pasar ini. Untuk buat saya jengkel mudah saja, cukup bilang saya ini adalah India Singapore. Entah kenapa kami sekeluarga dari dulu paling tidak suka dengan orang orang India yng hidup di Singapore karena kami selalu memandang mereka sebagai orang India yang sombong dan selalu menghina negara Indonesia. Oya, entah bagaimana saya ini pegang 2 paspor, Inggris dan Indonesia. Dari garis orang tua saya berwarga negara Inggris tapi paling anti kalau tanah air asal ibu saya dijelek jelekkan. Sekedar info saja, waktu SMA dan menjelang kuliah saya pernah giring warga negara Singapore keturunan India agar ‘menginap’ di imigrasi Indonesia hanya gara gara itu – penghinaan. Akibat mereka dg santai ngomong orang Indonesia mereka anggap tolol tolol. Saya sudah peringatkan mereka tapi mereka malah makin jadi jadi. Nah, suatu ketika sengaja sudah saya siapkan tape recorder. Tentu saja mereka marah hebat dengan saya. Tapi di sisi lain ibu dan saudara saudara disini mendukung saya. Karena mereka sudah merasa lahir besar hidup dari Indonesia .

Sedikit mengenai papa saya. Beliau seorang businessman yang sukses bukan dari warisan melainkan memang ketangguhan dirinya. Kami sekeluarga bisa dibilang sangat makmur bahkanpun dikalangan penduduk sekitar rumah kami di London . Kami biasa dalam bahasa Inggris disebut ‘borned with silver spoon’ karena memang demikianlah. Dari kecil hingga SMP kami tinggal di RICHMOND GEORGIAN HOUSE yang dulunya merupakan bagian dari istana Raja Henry VII di pinggir sungai Thames .

Kemudiannya saya SMA di Gandhi Memorial School Jakarta dan lebih banyak waktu dengan ibu karena waktu itu Oma saya dari ibu sudah sakit sakitan dan harus ada yg merawat hingga akhirnya meninggal setelah saya selesai SMA.

Image result for RICHMOND GEORGIAN HOUSE picture

Suatu hal yang amat saya banggakan dari papa adalah cara beliau dalam mendidik anak anaknya tidak pernah dibiasakan bermewah mewah. Untuk punya sepeda yang pertama saya harus menabung selama 15 bulan dengan caranya menyisihkan dari jatah mingguan saya, yang memang juga jumlahnya tidak besar, asal sekedar cukup buat makan/minum kalau terpaksa jajan karena selalu bawa bekal dari rumah dan juga buat transport. Sejak SD hingga SMP untuk kesekolah saya selalu naik tram meskipun ada 3 mobil di garasi dan salah satunya Rolls Royce. Juga dalam hal pakaian, perhiasan tidak boleh mahal. Lucu memang tapi berakibat sampai sekarang saya terbiasa pakai imitasi. Tentu tidak sedikit teman teman tanya kenapa tidak pakai emas, berlian atau platina. Selalu saya jawab seperti yang papa saya ajarkan untuk menjawab: you are just what you are.

Di Jakarta kakak dari ibu saya yang menjaga kami mewakili ayah, termasuk mendidik dan mengarahkan. Kami wajib patuh pada beliau menggantikan ayah saya selama di Indonesia. Beliau adalah om Ram Sharandas. Pernah suatu ketika di hari Minggu  om saya ini ajak saya ke Cikini, tepatnya ke Bapindo (sekarang Mandiri) buat menemui seseorang yang lebih muda dari dia. Saya tidak berani tanya tanya karena memang tidak pantas saya mempertanyakan ke orang yg mewakili ayah saya. Sesampai di sana rupanya sedang ada pertunjukkan teknik pernafasan dari perguruan Naga Gini. Satu persatu menunjukkan kebolehan mematahkan benda benda keras. “Itu teman om” kata om Ram sambil menunjuk dan beri isyarat ke seseorang dari kejauhan. Orang yang ditunjuk kemudian balas melambaikan tangan. Tapi dia belum bisa menghampiri kami karena sedang akan beri pertunjukkan. Beberapa benda keras seperti batang pompa yg disusun berlapis lapis dia patahkan. Termasuk didorong 2 orang dari kiri dan kanan pakai batang besi hingga patah, besinya. Hebat! Kok bisa ya? Selesai setelahnya orang itu menghampiri kami lalu om Ram memperkenalkan saya ke orang itu. Apa yang buat saya heran waktu itu om saya bilang: “Shoba nanti selanjutnya kamu belajar banyak dari om ini”. Tentu saya heran karena buat apa saya belajar matah matahkan besi. Agaknya om saya bisa menangkap keheranan saya itu makanya segera beliau menambahkan ‘maksud om kamu belajar Life Guidance dari beliau”. Barulah saya bisa mengerti dan itulah awal saya bertemu dengan The Conceptor komunitas ini  di tahun 1999; kita sebut saja AKI. Tapi kemudian agaknya beliau tidak ada waktu buat membimbing  saya makanya kemudian beliau mengirim seseorang untuk jadi pelatih saya, salah satu siswa beliau dan orang itu…India Singapore; kena batunya deh saya. Orang ini sedang tinggal sementara di Indonesia . Sejak awal saya sudah tidak simpatik pada orang ini yang bernama Vijay. Beda 9 tahun di atas saya. Waktu itu usia saya 18 tahun, baru saja lulus SMA. Karena itu tadi, dia selalu saja jelek jelekkan Indonesia padahal dia lagi cari makan di negeri ini. Mungkin kalau terbatas di hal itu saja saya bisa kesampingkan. Tapi ternyata lucu sekali dia pakai cara itu untuk memikat saya agar tinggal bersamanya di Singapore . Karena didorong ingin tahu saya iseng saja tanya lebih jauh keseriusannya, eh, mengejutkan! Sudah ajak tinggal bersama ternyata dia hanya mau saya jadi pacarnya, belum terpikir untuk menikah. Orang gila! Berani amat ajak ajak saya pindah ke Singapore hanya untuk living together bersamanya. Sinting! Jadinya saya tidak bisa fokus ke Life Guidance yang dia ajarkan ke saya karena selalu bikin saya jengkel. Sebetulnya segala didikan Aki ke dirinya sudah banyak yang terserap dirinya tapi hanya satu itu saja dan satu itu bikin gap antara dia dan saya. Singkat cerita setelah dia dipulangkan dengan paksa ke Singapore (deportasi) dengan akal akalan saya tadi, saya minta ganti pelatih.

Aki kemudian menunjuk pak Umesh seorang WNI keturunan India juga yang juga kebetulan teman om Ram untuk melatih saya. Om saya  sendiri waktu itu memang belum cukup kualifikasi jadi pelatih. Pelatih kedua ini mulai mendidik saya tahun 2000 saat saya mulai persiapan kuliah dan pindah ke London . Kebetulan pak Umesh ini memang tinggalnya sekota dengan papa saya. Beliau justru jarang ke Jakarta . Dari beliau ini saya belajar mengelola keuangan membangun Pilar ke 2. Usianya sekitar 50 tahun diatas saya karena memang segenerasi dengan papa saya. Sebetulnya cukup bagus cara beliau membimbing. Tapi di setiap akhir sesi selalu dia cur-hat mengenai istrinya ke saya. Selalu ada saja, apakah istrinya selalu bawel, boros, istri paling mahal di dunia dsb dsb…. Ujung ujungnya baru saya sadari ternyata beliau ini  menginginkan saya gantikan istrinya…. wah wah wah! The same story. Saya protes ke Aki minta diganti lagi. Aki juga geleng geleng kepala heran tidak menyangka pak Umesh siswa dari siswanya (calon pelatih saya berikutnya, bu Ningsih) berkelakuan seperti itu. Papa jadi marah dengan adiknya, om saya.

155ab-yuningsih03

Yuningsih

Pelatih ketiga yang ditunjuk aki kali ini perempuan, bu Yuningsih Ambar. Wanita keturunan Arab. Orangnya termasuk ketujuh orang sukses dari hasil menerapkan konsep Aki. Sebetulnya saya sangat kagum dengan ibu ini. Di banding dengan kedua pelatih saya terdahulu pengetahuan Uni-G sangat dalam sekali. Tidak heran kalau beliau ini sekarang sangat sukses. Disiplin sekali. Beliau pindah dari Ambon ke Volendamn, Belanda. Memang Aki sengaja menunjuk beliau karena pas saya harus memulai kuliah di Cambridge, Inggris ambil Faculty of Computer Science & Technology dan jarak Inggris – Belanda mudah diseberangi, apalagi saya pemegang paspor Inggris. Mengenai kuliah saya ini, awalnya saya ambil teknik kimia tetapi di tahun berikutnya pindah ke komputer. Saat kuliah komputer ini saya memulai wiraswasta kecil kecilan di bidang Teknologi Informasi di bawah bimbingan bu Ningsih. Saya berhasil menerima order programming dari mulai payroll hingga terakhir disain dan instalasi sistem pabrik terpadu keseluruhan. Awal bisnis ini saya mulai dari nol, hanya modal komputer dan software yang diam diam saya beli di Glodok. Kemudiannya setelah bisnis mulai menghasilkan barulah beli yang original. Sangat mahal software ori ini untuk ukuran mahasiswi seperti saya. Saya kost, lodging di luar kampus tinggal dengan sebuah keluarga Inggris yang baik sekali. Kiriman bulanan dari papa? Papa hanya tanggung uang kuliah dan biaya hidup tahun pertama. Setelahnya saya disuruh cari sendiri atau ambil student loan dan kalau mentok baru boleh minta.

Image result for Faculty of Computer Science & Technology Cambridge picture

Cambridge Computer Science

Kembali ke bisnis sampingan ini, saya bisa selalu menang tender jika kebetulan itu adalah tender terbuka karena tarif saya murah. Tentu dong, itukan program yang saya tulis sendiri, apakah dari Visual C, SQl, untuk Windows atau Linux, Unix dan dengan sendirinya kalau mau saya jual berapapun murahnya bisa saja; mau Rp 10 ribu per software juga bisa. Tentu itu terjadi di awal usaha. Selanjutnya bisa terjadi karena saya bangun jalur ke  sekelompok programmer murah sekitar 40 sampai 100 orang yang bisa saya kumpulkan dengan cepat di Mumbay (dulunya disebut Bombay) atau Delhi. Makanya saya bisa selalu menang tender. Ini semua hasil binaan dan pengarahan dari bu Ningsih.

Ini lagi masalah lainnya. Kalau dulu pria pria pelatih saya itu naksir saya, sekarang siibu ini pikirannya selalu ke orang yang dia naksir. Report deh. Tidak etis kalau saya beberkan disini. Yang jelas ini membuatnya tidak fokus dalam melatih saya karena dia selalu tanya keadaan si bapak dan korek korek informasi mengenai di bapak karena selalu dia berpikir saya tahu banyak soal bapak ini padahal saya juga bisa dibilang belum lama mengenal bapak ini. Rupanya dia mau jadi pelatih saya juga karena memandang si bapak ini (sorry ya bu, kalau kebetulan baca tulisan saya ini : – D). Lama lama saya jadi jengkel karena setiap ketemu selalu ada saja yang dia tanyakan dan selesai sesi dia titip tugas buat saya yang tidak lain menyuruh saya melakukan sesuatu untuk kepentingan dia pribadi. Padahal saya sudah berulang kali tegaskan bahwa sibapak ini kan sudah xxxxx tapi seakan akan dia tidak peduli. Akhirnya th 2003 kembali saya minta ke aki untuk ganti pelatih. Kali ini orang Indonesia asli  bernama XYZ yang sebetulnya sudah hampir sukses diantara tokoh tokoh sukses di Equitas Club. Bekerja untuk lebih dari 5 perusahaan.  Tinggal di Palm Court dan mobil BMW seri 7. Beliau ini juga adalah coach-nya bung Komik. Usianya 6 tahun diatas saya, belum menikah dan cukup tampan. Dari kata kata ini pasti teman teman bisa menebak kelanjutannya. Tunggu dulu. Sebetulnya di awalnya saya tidak terpikir untuk menjalin kasih dengan ‘kang mas’ ini. Awalnya segala sesuatunya berjalan lancar. Kesemua itu muncul perlahan lahan karena seringnya bersama sama. Sekalipun jarak Jakarta – London bisa terbilang jauh tetapi dalam rangka tugas dari kantornya dia sering sekali ke London, setiap bulan dan selalu sedikitnya 5 hari di London .

Saya dan dia sebetulnya selalu berusaha jaga jarak. Kami berusaha profesional karena tahu ada kode etik pelatih dan murid dilarang menjalin kasih. Om Ram, keluarga saya lainnya dan juga keluarga mas XYZ tidak ada curiga sedikitpun dan memang saat itu kami belum saling membuka diri. Namun tidak bagi sang maestro perguruan. Sewaktu mas XYZ ajak saya konsultasi ke aki pas Aki sedang transit di Zurich, Swiss, beliau rupanya bisa menangkap cara kami saling menatap satu sama lainnya. Aki tidak mau bicara langsung pada poinnya tapi beliau hanya memberi ilustrasi: “kalau di film James Bond – ‘the spy who love me’ itu kedua pasangan bisa sukses sinergi karena keduanya berkedudukan sama. Tapi di dunia ini (sambil narik nafas), banyak contoh misalnya seorang mahareshi yoga saja juga bisa bubar misinya karena kepincut muridnya.”. Waktu itu kami berdua hanya senyum saja menanggapinya.

Akhirnya kami tetap berpacaran. Tapi ujungnya bubar berikut hubungan kepelatihan. Hanya karena hal hal spele, seperti waktu bertemu yang sering tidak tepat,  terlalu banyak tuntutan dari dia karena dia ingin merubah saya total, karena jalan pikirannya sudah terlanjur jauh kedepan- melihat saya sebagai istrinya. Tetapi yang sangat signifikan adalah perangainya yang lama ke lamaan semakin ketahuan buruknya terutama sifat sombongnya; persis seperti apa yang bung Komik ceritakan.

Hubungan percintaan saya hancur dan ternyata berefek juga pada bisnis saya. Awalnya dilatih oleh mas XYZ ini sebetulnya usaha saya berkembang sangat pesat. Beliau ini memang bagus dalam bisnis. Saya banyak belajar leadership dan pengelolaan usaha dari beliau ini. Dari awal punya software house kecil akhirnya berkembang menjadi IT consultant dan terus berlanjut jadi management consulting seperti Accenture atau Booz Allen Hamilton. Meski tentunya tidak sebesar mereka tetapi saya sempat buka cabang hampir di semua manca negara dan di tiap negara cukup hanya mempekerjakan 6 orang karyawan saja termasuk programmer dan system analyst. Ini bisa karena seperti yang saya jelaskan sebelumnya tim programmer keroyokan di belakang layar berada di India . Kemudiannya saya menjadi tidak fokus dan tidak antusias, mulai tidak bisa menerapkan segala ilmu yang saya peroleh dari perguruan dalam aplikasi bisnis. Ya karena itu tadi, pikiran terpecah ke love story dan sialnya lebih saya prioritaskan ke yang satu ini dari pada bisnis. Akibatnya cukup memukul saya. Dari 18 cabang yang telah saya bangun dengan susah payah menyusut drastis dalam 1 ½ tahun jadi tinggal 6 cabang dan itu belum cukup. Akibat loose control, beberapa branch manager berbuat seenaknya menggelapkan uang perusahaan – menciptakan hutang! Seakan akan sungguh hancurlah hidup saya waktu itu. Terparah lagi, mas XYZ dengan enteng memutuskan hubungan dengan saya, karena dia anggap saya ini keras kepala, tidak bisa ikuti maunya dia.

Akhirnya setelah punya kisah kasih selama 4 tahun itu, saya datang mengunjungi aki di Jakarta sambil nangis dan minta maaf di akhir tahun 2006. Waktu itu om Ram juga lagi ada disitu. Aki cuma senyum senyum saja kebapakan. Waktu Aki sedang berpikir siapa lagi yg pantas jadi pelatih saya, om saya langsung meng-cut dan minta, lebih tepatnya memohon supaya Aki langsung yang jadi pelatih. Agak lama aki baru bisa memutuskan dan itupun dengan kata kata ‘yah dari pada nanti ada pemecahan rekor penggantian pelatih dalam komunitas ini untuk hanya 1 orang siswi’.

Akhirnya Aki jadi pelatih saya sampai sekarang. Aki melatih saya disaat kondisi ekonomi pribadi dan bisnis saya di dalam tanah. Dalam hal ini saja saya acungi 2 jempol ke beliau ini karena bukan semata mata membangun bisnis kembali seperti hampir dari nol tetapi beliau juga harus kerja keras memulihkan semangat dan tentunya mental saya yang sudah sakit sekali. Tidak mudah. Berbagai teknik atau bisa dibilang segala macam jurus (kalau ini di silat) beliau keluarkan. Dari sekedar motivasi sampai berbagai terapi apakah hipnoterapi, terapi hati sampai apa yang namanya ‘Give & Forgive’ itu. Saya pernah dibawa ke rumah sakit (bukan karena sakit fisik) atau ke rumah penyandang cacat. Awalnya saya tidak mengerti. Kemudiannya beliau jelaskan: “look around and realize how lucky you are!”. Di lain waktu saya pernah diajak ke Panti Asuhan milik pak Suprapto (Tiki). Disana beliau bilang ke saya: “Shobha mau kembali sukses seperti dulu?” Saya hanya mengangguk malas. Beliau kemudian nyuruh saya 2 hal disana: 1. menyantuni anak anak yatim itu, memberi mereka uang 2. menyayangi mereka dengan cara: a. menggendong, b. menyuapi makan.

Memang beda, namanya saja langsung belajar dari konseptor. Hasilnya? Remarkable! Bisnis saya mulai merayap naik lagi perlahan tapi pasti entah bagaimana dan dasarnyapun tidak saya mengerti. Waktu saya tanya Aki hanya bilang: “sesuatu yang memang dasarnya irrasional buat apa lagi harus kita jelaskan secara rasional? Yang penting sudah kita lihat dan buktikan nyatanya”. Bisnis saya dari 18 cabang merosot ke 6 akhirnya lebih dari 30 cabang di seantero dunia hingga kemudiannya saya jual sebagian besar sesuai perintah Aki, saya diversifikasi ke textil, parfum, karpet dan sebelum berujung ke financial market.

Image result for Situ Ayu Salintang

Situ Ayu Salintang

Kalau saya perhatikan di awal tahun pertama belajar dengan beliau cara aki dalam melatih siswanya lebih banyak diserahkan kembali kepada diri kita. Beliau berikan rambu rambunya dan segala akibatnya jika kita melakukan sesuatu tapi selebihnya diserahkan kepada kita. Jadi kita lebih sering merasa tidak enak sendiri. Akan tetapi kemudiannya beliau bisa sangat keras dan disiplin yang sangat ketat ketika kita mulai mendekati ujung tangga sukses. Hal yang terlucu dan selalu saya ingat hingga kini waktu itu mental saya sedang down sekali karena bisnis belum juga kembali sembuh. Saya sengaja cari beliau yang sedang ‘nyepi’ berada di Situ Ayu Salintang yang berada di persimpangan Jalan Cikahalang dan Jalan Raya Dawuan-Cirebon. Saya nangis, biasalah namanya wanita. Beliau narik saya mendekati pinggir telaga itu. Tadinya saya pikir mau diceburkan, ternyata saya disuruh lihat muka saya yang tercermin di telaga itu. Lalu beliau Cuma bilang: ‘tuh, lihat, jelekkan muka orang yang putus asa. Nah, sekarang hapus tuh air mata, senyum, dan baca buku ini’. Buku yang dipinjamkan ke saya adalah  “Failing Forward: Turning Mistakes into Stepping Stones for Success” dari John Maxwell.

Image result for falling forward john maxwell

Hal yang saya kagumi lagi dari beliau adalah kesanggupan beliau untuk selalu bertindak profesional dalam hubungan pelatih dan siswa. Beliau tahu bahwa disamping hubungan pelatih dan siswa sebetulnya juga bisa terjadi hubungan emosi kalau kebetulan berlawanan jenis, tapi beliau bisa! Meskipun sering terjadi tatapan pandang memandang dalam pengajaran tapi bisa saya rasakan pandangan tersebut murni profesional, tidak ada kontak batin. Padahal dalam perjalanan saya menuju kesuksesan bersama aki, banyak sekali moment moment yang bisa dengan mudah menjurus ke perbuatan negatif. Kesempatan itu sudah sering terbuka banyak sekali. Terkadang saya harus akui sudah berapa kali justru kekalahan itu datang dari saya. Aki adalah figur yang saya pandang tidak sekedar coach. Beliau mendampingi saya di saat saya hancur, membangunkan dan membangkitkan saya dari kejatuhan dari posisi saya di dalam tanah, muncul ke permukaan, bangkit berdiri lagi hingga terbang melangit. Bagaimana ya, disinilah susahnya, saya pandang beliau bagai teman sejati, saudara, pahlawan dan sempat saya harus berterus terang ujung ujungnya saya anggap kekasih. Nah, untuk yang terakhir ini beliau bersikap tegas memposisikan dirinya dan selalu rajin mengingatkan saya siapa dia itu – pelatih, tidak bisa lebih dari itu. Tidak heran jika kemudiannya di kalangan siswi siswinya beliau dijuluki the Iceman. Beda sewaktu dengan pelatih pelatih dulu godaan selalu dimulai dari mereka. Ujung ujungnya saya selalu menangis dan minta maaf ke aki. Malu ah…

Sekarang saya bisa senyum senyum sendiri memutar kembali kisah saya sejak awal belajar dari aki. Terakhir waktu ritual recognition sebagai Economically Free Achiever saya sudah siapkan baskom (basin) berisi air. Awalnya Aki tidak mengerti maksud saya. Tapi setelah saya minta beliau lihat wajahnya sendiri di baskom itu beliau jadi ingat dan tertawa.

Ashraf Success Story

Author: Mohamed Ashraf Khalaf Alla
Ashraf15
    1. Joined: 2005

    2. Coach: Susiana Rusanti

    3. Financial Independent 2007

    4. Financial Freedom 2008

    5. Time Freedom 2009

    6. Economically Free 2010

Mencapai keadaan Economically Free (EF) adalah yang dicita citakan oleh sebagian besar teman teman saya anggota komunitas ini. Keadaan dimana seseorang bisa santai tidak harus ikut Rat Race sebagian besar penduduk dunia dalam mencari nafkah setiap harinya; keadaan dimana kita harus bekerja untuk memperoleh uang. Sebaliknya keadaan terjadi dimana uanglah yang bekerja untuk kita. Beberapa sahabat saya di komunitas ini memang sudah mencapainya.
Apa yang ingin saya ceritakan adalah keadaan yang ‘tidak lazim’. Para sahabat saya itu gabung ke komunitas dulu baru kemudiannya mencapai EF. Sedangkan saya sebelum bergabung ke klub yang tercinta ini malah sudah lebih dulu setiap harinya saya sudah EF; paling tidak, demikianlah yang dikatakan Coach saya – Susi.
Perkenalkan saya bernama Mohammed Ashraf Khalaf Alla, lahir (1955) di Pekalongan. Kota batik kelahiran saya itu saya tidak paham asal usul namanya. Ada yang bilang dulunya bernama Pek Along An, tapi ada juga yang bercerita dahulunya mulai dikenal setelah Bahurekso bersama anak buahnya berhasil membuka Hutan Gambiran/ Gambaran, atau dikenal pula Muara Gambaran dan melakukan yang disebut TAPA-NGALONG, ngumpet karena gagal didalam penyerangan ke Batavia, sebab kalau diketahui oleh Pemerintah Sultan Agung pasti ditangkap dan dihukum mati. Entahlah, bagi saya yang penting di perguruan komunitas ini saya belajar puasa Batman atau puasa Ngalong entah sama atau tidak tapi yang jelas kami melakukannya biar bisa seperti jutawan Bruce Wayne dari Gotham city
Image result for bruce wayne gotham picture
Bicara mengenai jutawan, ayah saya di NKRI mengharuskan anak anaknya termasuk saya tanpa kecuali hidup sederhana turun temurun atas arahan dari moyang saya setelah bermukim disini. Ayah saya seorang saudagar batik.. Hidup kelauarga saya sih pas pasan; maksudnya pas beli rumah bagus, pas beli mobil bagus… bisa beli barang barang bagus tetapi disisi lain harus bisa menghargai barang yang diberikan orang tua, harus mau merawatnya. Dari kecil saya sudah dididik untuk diarahkan menjadi businessman menggantikan ayah saya dan hasilnya memang seperti yang beliau inginkan. Lepas lulus SMA 3 Pekalongan saya dikirim ke Dubai untuk belajar manajemen dan teknologi di Institute of Management and Technology Dubai. Di negara Emirat Arab inilah kampung saya kedua dimana banyak sekali famili saya disana. Juga barulah setelah disana berangsur angsur saya tahu bahwa ternyata keluarga saya masih saudara dekat dengan Syeikh Maktoum Hasher Maktoum Al Maktoum. Itu tuh, masih paman saya, sipenggagas, pendiri dan pemberi sponsor A1 GP. Perusahaan milik keluarga saya membentang dari mulai pabrikan oil barrel, import/export, textiles, tradeshow management, electromechanical engineering, travel, tourism dan jasa konstruksi. 
Image result for Institute of Management and Technology Dubai
Meskipun masih ada keluarga raja tetapi saya kuliah harus mau gunakan kendaraan umum. Setelah hampir selesai kuliah saya diberi 2 tawaran dari keluarga yang susah ditolak. Pertama ikut mengurus bisnis keluarga disana dari El Maktoum dan kedua disodorkan foto seorang gadis cantik yang akhirnya sekarang jadi istri saya – Amal Higazi.
picturetopeople.org-919979a125f3ea53aea012d040e2d0e2dd78963a166ff66135
Singkat cerita setelah lulus bekerja dan menikah pekerjaan saya mengharuskan saya mondar mandir Dubai Jakarta. Ditahun 2005 waktu perjalanan kembali ke Dubai dari Jakarta dengan maskapai Emirate di kelas 1 pas disamping tempat duduk saya, diseberangnya (dibatasi aisle), 2 tempat duduk di dekat jendela ada seorang pria dan wanita Asia. Waktu saya kebetulan melihat mereka, sesuai kebiasaan adat timur sang pria memberi  senyum ramah tapi wanita disebelahnya yang pas di jendela hanya melihat sebentar lalu melengos buang pandangannya kembali ke jendela. Dari pandangannya yang sebentar itu saya melihat wajahnya yang cantik, sexy tapi sayang matanya merah dengan linangan air mata. Saya berpikir ada kemungkinan mereka ini sepasang kekasih atau suami istri. Baru saja saya duduk, yang pria segera memperkenalkan diri dan ajak ngobrol. Pria ini ternyata berwarga negara Malaysia dan bernama Encik Tauhid. Waktu saya tanya ke perempuan disebelahnya, kembali dia hanya menoleh sebentar, pria yang bernama Encik inilah yang menjawab: ‘nama dia Susi’ dan jadinya yang bernama Susi ini kembali buang muka ke arah jendela lagi. Inilah awal saya berkenalan dengan 2 anggota perguruan – Encik Tauhid dan Susiana Rusanti yang kemudiannya saya sama sekali tidak mengira akan berlanjut merubah total tatanan hidup saya.
encik01

Encik Tauhid

Sepanjang jalan saya terus ngobrol akrab dengan pak Cik sebutannya Encik. Beliau ini memang dasarnya senang ngomong, sangat ramah, beda dengan yang disebelahnya. Sombong amat, gerutu saya dalam hati. Waktu transit sebentar di Thailand, kami berjalan keluar pesawat bertiga. Sang wanita, Susi, terus diam saja seakan akan ia sedang jalan sendiri, tidak ada saya dan pak Cik. Agaknya pak Cik tahu tanda tanya dipikiran saya mengenai wanita ini. Beliau bilang: Don’t mind her. Dia lagi sedih meninggalkan pelatihnya di Jakarta cukup lama”. “Berapa lama?” saya jadi ingin tahu. Dijawab:’ yah sekitar sebulanlah”. Masya Allah, gumam saya dalam hati. Amal, istri saya, sering saya tinggal lebih dari 3 bulan dan dia biasa saja. Ini wanita yang hanya pisah sebentar dengan pelatihnya sebulan saja sampai pakai nangis segala. Jadinya saya ingin tahu siapa sih dan bagaimana sih pelatihnya ini.
Encik sebetulnya sudah mau jawab sepatah kata tapi langsung dia rem karena disenggol si Susi ini, agaknya kasih kode dan jadinya pak Cik batal teruskan jawabannya dan mengubah topik pembicaraan. Makin aneh saja. Obrolan saya dengan pak Cik terus berlanjut hingga saya stop di Dubai besok paginya sedangkan mereka akan terus ke Eropa. Ini lagi anehnya. Setelah sepanjang jalan ngobrol panjang hingga menjelang pisah, si wanita ini membisikkan sesuatu ke pak Cik dan kemudiannya dia pergi duluan mau makan Sushi. Jadi Susi ini mau makan Sushi tanpa ba bi bu lagi ke saya, sangat “sopan” sekali, terus ngeloyor pergi dan sebelum pisah yang bikin saya heran setelah, sebagaimana lazimnya orang bisnis saya kasih kartu nama saya, beliau ini malahan memberikan kartu nama Susi. “Ini pesan dari mbak Susi, katanya sewaktu waktu dia akan hubungi pak Ashraf’. Menyebalkan. Namun belakangan setelah saya pelajari ilmunya komunitas ini dan juga kemudiannya saya diberi tahu oleh Susi sebetulnya selama perjalanan itu pak Cik disuruh Susi melakukan apa yang namanya ‘prospecting’. Beliau gunakan jurus FORM(Family, Occupation, whichever Relevants dan Message); message itulah yang disampaikan Susi bahwa dia ingin ketemu saya.
Dua hari berselang saya masih terbayang wajah cantiknya Susi. Eh, waktu lagi meeting mendadak masuk sms dari Susi sekedar mengingatkan saya bahwa dia adalah Susi yang saya kenal waktu di pesawat terbang. Tentulah saya ingat. Tidak mudah bagi saya melupakan wajah cantik. Dilanjut 3 hari kemudian dan hari ke 4 (metode 2 3 4) dia telpon langsung dan dia bilang seminggu lagi dia mau transit di Dubai sekalian minta ketemu. Wah tentu dong namanya mau ketemu wanita cantik, apalagi yang namanya Ashraf itu terkenal hingga sekarang di komunitas ini sebagai Ladies’ man.
Singkat cerita lagi saya ajak makan di Burj Khalifa, tower tertinggi di UAE yang waktu itu masih belum diresmikan tapi sudah mulai soft opening.
Image result for burj khalifa

Burj Khalifa

Waktu dinner time, saya heran dia datang sendiri dan tentu saya tanya mana suaminya, Encik Tauhid? Tentu dong ini kiat pria nakal bertanya yang pertanyaan sesungguhnya adalah ‘sudah menikah belum?’ Tapi agaknya wanita ini tak bisa dijebak. Dia cukup jawab singkat – di Malaysia, lalu dilanjut ke pembicaraan yang lain. Jadinya kan saya mengira memang dia ini istrinya pak Cik.
Selama waktu makan malam itu kesan saya terhadap wanita ini selalu kontroversial. Baju jelas bukan dari butik, tas pastinya buatan Tajur (Bogor) saja, jam plastik Swotch, tidak ada perhiasan emas sedikitpun yang menempel selain giwang kecil,…sangat sederhana. Waktu saya akan merokok dan iseng saya tawarkan, dia menolak halus tapi dia mengeluarkan cerutu dari Havana, langsung menhisapnya. Kalah deh saya. Dulu memang baik saya maupun Susi masih perokok, sekarang kami sudah stop. Waktu saya tawarkan sushi, kembali dia menolak, sambil mengeluarkan beberapa kaleng kecil dari dalam tasnya dan menawarkan saya – kaviar ikan beluga yang high grade karena warnanya hitam agak pucat dari laut kaspi, wow, itu harganya sekitar US$700/ons. Kemudian dia order Cognac.
Image result for cognac napoleon xop
Dia bilang VSOP tapi mungkin pelayannya kurang mengerti. Waktu datang kembali seperti biasa aturan mainnya siwaiter menuang sedikit digelas untuk dicoba. Susi mencicipi sedikit dan menggelengkan kepala sambil bilang: ini VSOP, saya minta Napoleon XOP (dalam bahasa Inggris). Wah, kalah set lagi deh saya. Itulah yang saya bilang kontroversial. Di satu sisi wanita ini sangat sederhana tapi disisi lain punya ‘excellent taste!’. Selesai jamuan makan kira kira siapa yang bayar? Saya atau dia atau masing masing? Ternyata dia yang bayar saudara saudara. Heh, berarti banyak nian uangnya. Pupuslah langsung kesan saya bahwa wanita ini sombong, tidak sopan, dst dst…karena ternyata orangnya sangat sangat ramah, meskipun dasarnya pendiam.
Selama makan malam itu sebetulnya saya cukup berusaha keras ingin tahu siapa pelatih yang membuat dia sedih dan pelatihan di bidang apa, tetapi dia selalu bertahan tidak mau menjelaskannya. Ini membikin saya makin dan makin penasaran. Setelah pertemuan itu mungkin ada kira kira sebulan kemudian masuk ke inbox email saya dalam bahasa Arab dari seseorang yang mengaku temannya Susi dan bernama Zizette Mahmoud, dari Cairo, Mesir.. Zizette (baca: Zizat) ini menulis dalam emailnya untuk meminta ketemu dengan tujuan ingin menjelaskan apa yang sebelumnya saya selalu ingin tahu mengenai pelatih dan pelatihannya. Karena kebetulan saya memang akan ada jadwal ke Cairo jadinya saya langsung sepakat untuk bertemu beliau ini.
Singkat cerita lagi saya ketemu Zizette di restaurant Al Takiya, Cairo, restaurant yang katanya bapak pelatihnya Susi juga senang makan disitu.  Jadi sang bapak pelatih juga pernah sampai ke Mesir?
Image result for eltekiya cairo

Al Takiya

Ada sedikit lucu waktu bertemu mbak Zizette ini. Pertamanya saya senang ternyata simbakyu ini secantik Cleopatra. Keduanya waktu saya mencoba berbahasa Arab, dia malah ketawa dan menimpali dalam bahasa Indonesia: “bapak ini bicara dalam strange Arabic”. Saya jadi malu, memang benar juga dan bukan pertama kali saya ditertawakan oleh orang orang dari jazirah Arab mengenai ‘lucu’nya saya berbahasa Arab. Jadi sepanjang pertemuan itu saya dan Zizette bicara dalam bahasa Indonesia di salah satu negara Arab; he he he…
Zizette menceritakan segala sesuatu mengenai sang pelatihnya Susi, karena Susi adalah pelatih Zizette dan tak lupa dia jelaskan jenis pelatihannya. Selesai ketemu Zizette bukannya segala sesuatu menjadi jelas malah jadi bikin saya tambah bingung. Karena baik Susi maupun Zizette bercita cita mencapai keadaan yang disebut EF, sedangkan saya ini sudah EF. Kalau saya mau bisa saja saya ini setiap hari kerjanya hanya jalan jalan keliling dunia kapanpun saya mau karena warisan untuk saya sudah diberikan meskipun sejak kedua orang tua saya masih hidup dan akan lebih dari cukup untuk lebih dari 7 turunan. Saya pernah disindir oleh Zizette yang kemudiannya jadi pelatih saya, katanya, kalau orang orang umumnya nyuruh office boy belikan rokok biasanya kembalian uangnya tidak dihitung lagi tetapi kalau saya (menurut Zizette) beli mobil apa saja pasti uang kembaliannya tidak saya hitung lagi. He he he….
Namun hati kecil saya seakan terus diberondong pertanyaan untuk cari tahu apa sih pelatihan ini. Makanya meskipun waktu itu belum memutuskan untuk setuju mulai berlatih saya lakukan dulu tanya jawab melalui chatting dengan Zizette. Saya kemukakan keadaan saya secara finansial sekarang ini dan saya harus bagaimana lagi? Di Dubai ini saya kemana mana diantar supir naik Maybach, kakak kelasnya Mercedes Benz. Intinya jika saya ikut pelatihan maka apa yang bisa saya dapatkan manfaatnya dari pelatihan ini? Ternyata Zizette tidak bisa menjawab dan meminta saya kasih kesempatan dia bertanya ke Susi. Tentu saya persilahkan karena dalam hati saya ini sudah bergemuruh rasa keingintahuan mengenai pelatihan ini. Besoknya Susi langsung yang menjawab via telpon satelitnya. Ini satu lagi kontroversi, aneh kan, Hpnya Susi itu sangat kuno yg biasa dijuluki HP sejuta umat, tetapi disisi lain dia punya Toraya, HP satelit yang jelas mahal harganya. Berikut inilah jawaban Susi yang sangat menggugah saya dan selalu saya ingat:
“Indikator sukses di pelatihan ini adalah dengan mulainya memiliki keadaan yang Healthy (Sehat), Wealthy (Kaya) dan Wise (Bijaksana). Jika pak Ahraf tidak ingin memiliki 1 saja dari ketiga itu maka end of this conversation mengenai pelatihan tetapi kita tetap berteman baik jangka panjang.”
Untunglah indikator sukses itu Healthy, Wealthy and Wise, bukan terakhirnya Happy karena kalau saja ‘Bahagia’ termasuk disitu berarti tidak satupun dari ketiga Success Indicator itu merupakan impian saya. Dari sinipun jelaslah bahwa saya memutuskan untuk mengikuti pelatihan ini dengan tujuan menjadi orang yang arif bijaksana.
Dimulailah perjuangan. Ya, saya bilang demikian, pelatihan yang saya pikir sebelumnya akan sangat mudah. Dengan kondisi keuangan saya yang sudah Financial Freedom memang mudah mengantongi peringkat Square tanpa hambatan sedikitpun. Bisa dibilang dari mulai Square 0 saya terbang langsung ke 10. Tetapi giliran di ilmu pengetahuannya (Level) saya sungguh kedodoran, naik bagai merangkak. Terbuktilah saya memiliki sifat yang buruk, lebih tepatnya tidak terpuji, tercela, apapun yang bisa disebut, itulah saya dulunya sebelum dirubah total oleh komunitas ini.
Pertamanya saya harus bisa hidup sederhana, hilangkan budaya konsumtif, sampai harus puasa guna tahu artinya menahan lapar. Wah, repot sekali. Karena selalu terjadi pertanyaan kepada diri saya sendiri; buat apa? Manfaatnya apa? Dulunya saya selalu berpikir orang harus hidup sederhana guna menekan pengeluaran agar bisa kaya. Jadi untuk saya berarti tidak perlu. Sulit buat otak saya untuk bisa menerimanya. Tentunya Zizette selalu mengingatkan dan menjelaskan bahwa motto hidup sederhana di komunitas ini adalah sebagai salah satu upaya kita mngendalikan hawa nafsu. Karena selain pola hidup sederhana kita juga dilatih berpuasa dalam berbagai jenis mulai dari pantang makan beras, diet macan (pantang daging), berlatih jadi vegetarian hingga puasa mutih yang bagi saya sejak lahirnya di daerah Jawa memang bukanlah sesuatu yang asing, namun namanya melakoni puasa itu sendiri berat bagi saya. Untuk berpuasa wajib di bulan Ramadhanpun saya sering bolong bolong.
picturetopeople.org-ad4ce0aeae3c9c33b7190ef341d3ea476ce6c9784ebe79709d (1)

Zizette Mahmoud

Sangat sulit di awal awalnya memang. Tetapi sekarang ini saya malah (maaf jangan ditiru) saya tanpa sadar dalam hati suka mencibir orang yang sok bermewah mewahan, apakah sebetulnya saya tahu orang itu sebetulnya tidak punya kemampuan atau kalaupun memang dia mampu tetap saja saya pandang aneh. Betullah kemudiannya saya rasakan bahwa setiap kali saya bisa menahan diri untuk membeli atau bayar sesuatu kemewahan setiap kali itu pula saya ada rasakan kepuasan diri atas keberhasilan memerangi diri sendiri. Mohon janganlah diartikan bahwa komunitas ini mengajar kita untuk jadi pelit. O, salah sekali. Salah satu tipe manusia yang dibenci di komunitas ini justru yang demikian. Nanti saya sampai pada cerita saya mengenai ini.
Berikutnya yang berat dalam pelatihan saya selalu susah meluangkan waktu untuk pelatihan. Karena bagi saya pelatihan meski saya tahu itu ada gunanya tetapi awalnya masih sulit bagi saya untuk mensejajarkan dalam prioritasnya dengan kegiatan lain. Mungkin jika dijam yang bersamaan juga ada business appointment masih bisalah saya pindah waktu pertemuan bisnis tsb berhubung saya sudah freedom, tapi susahnya kalau harus disandingkan dengan sesuatu yang fun. Misalnya di waktu yang sama musti menemani anak saya berenang, atau main jetski sebagai hobi saya, atau..nah ini…pas ada janji ketemu cewek cantik… Benarlah yang ada dipikiran para pembaca memang dulunya saya ini sangat nakal. I can’t resist pretty faces. Apalagi dengan punya uang banyak. Terus terangnya hobi saya yang satu ini, julukannya womanizer, barulah berkurang hingga lenyap (mudah2an) setelah banyak berlatih diperguruan. Zizette memang juga cantik sih, tapi dia kan wanita baik baik dan bukannya awalnya saya belum pernah coba merayunya, tetapi memang gadis ini sudah well-trained hingga hatinya bisa seperti batu. Tentu menjengkelkan buat saya. Rasanya badan jadi berkerak seperti batu. Pelatih saya ini diiming-imingi apapun tetap tak tergoyahkan, bahkan sampai sampai saya utarakan mau melamar betulan buat second wife malah dia jadi ngamuk, Susi juga sempat ngamuk karena hal ini ke saya. Sempat ada hampir 3 bulan kedua wanita ini menutup pintu pelatihan buat saya. Selama 3 bulan itu saya merasakan adanya sesuatu yang hilang, sesuatu yang berguna. Benarlah apa yang Susi pernah katakan kepada saya dan itu katanya dia kutip lagi dari pelatihnya, bapak konseptor perguruan. Bahwa ‘sesuatu itu barulah akan kita rasakan dan hargai keberadaannya setelah sesuatu itu sudah tidak ada lagi’. Akhirnya setelah berkali kali sampai setengahnya mengemis barulah mbak Zizette ini mau lagi melatih saya. Itupun dengan syarat setiap kali dia sedia waktu buat coaching saya harus siap tanpa alasan apapun. Barulah mulai saat itu saya selalu hadir setiap jam pelatihan. O ya, kami berlatih selalu di Cairo tempat dimana pelatih saya bermukim. Seingat saya selama saya jadi siswa perguruan baru tiga kali Zizette ke UAE dengan ongkos dari saya. Paham betul saya ini bahwa yang butuh pelatihan adalah diri saya, bukan pelatih. Kehadiran siswa sebetulnya lebih condong membebankan pelatih. Tanpa sayapun, Zizette bisa sukses gemilang.
Soal tepat waktunya kehadiran pada setiap jam pelatihan tidaklah masalah bagi saya karena sudah adanya didikan jiwa bisnis membuat saya selalu hadir malah jauh sebelum waktu yang ditentukan; paling tidak sejam sebelumnya, karena aturan keluarga saya demikianlah. Dengan hadir sejam sebelum waktunya berarti saya akan berangkat jauh lebih awal dan sesampai ditempat banyak hal yang bisa saya lakukan sebelum pelatih tiba, seperti diantaranya baca buku, buka email, baca koran dan belakangan tambah satu ketrampilan lagi, yakni prospecting. Inilah materi pelatihan yang saya anggap terberat.. Dalam melakukan prospecting harga diri saya seperti dibanting, diobral murah. Saya harus memulai senyum dengan orang yang tidak saya kenal dan dalam tidak lebih 1 menit harus sudah bisa buka percakapan lalu kurang dari 10 menit kemudian harus bisa memperoleh nama berikut nomor telpon yang bisa saya hubungi di kemudian hari. Ini sangaaaat sulit bagi saya. Sadarlah saya bahwa dulu enak sekali saya mentertawakan Encik Tauhid waktu berusaha buka percakapan dan sekarang giliran saya kena batunya.
Aktivitas prospecting ini merubah diri pribadi saya secara drastis dalam waktu singkat. Saya jadinya punya banyak teman dari berbagai bangsa dari hasil usaha saya sendiri karena dulunya oranglah yang berusaha mendatangi saya untuk berkenalan. Sampai sekarang aktivitas prospecting ini terus saya lakukan itu.
Peristiwa mogoknya sang pelatih tersayang ini ternyata tidak hanya sekali, terjadi dua kali dan itu selalu datang penyebabnya dari saya. Ini satu lagi kisah seru. Di budaya Arab, sangat sulit seorang wanita itu bertemu lelaki yang bukan muhrimnya tanpa ada yang dampingi atau disebut chaperone. Zizette suka bawa adiknya yang cowok atau kakaknya Aiza Jasmine yang kurang lebih sama cantiknya dengan Zizette. Kakaknya ini juga belum nikah, masih single bell. Nah namanya saya ini tidak boleh lihat yang mulus kinclong, saya pikir, kalau adiknya tidak mau, kenapa tidak kakaknya? Disinilah kenakalan saya. Ilmu yang saya dapat diperguruan saya gunakan. Mulailah dilakukan prospecting khusus, ajak ketemu diam diam di Dubai, saya presentasi segala kehebatan diri saya lalu sepulangnya dia ke Cairo terus saja saya follow up sesuai prosedur Prospecting. Berujung pada gayung bersambut. Tiada rotan tambangpun berguna dan ini tambangnya cantik, yang kalau ditarik asyik.
Menyenangkan bagi saya tapi tentu tidak bagi Zizette dan Susi. Apalagi waktu disuatu kesempatan yang sudah saya cari dan atur saya utarakan akan meminang kakaknya dalam waktu dekat. Saya teringat betul bagaimana sipelatih saya itu tatap saya dengan sangat horrible look. Meskipun mata gadis mesir umumnya besar, bening nan indah bagai permata waktu itu jadi sesuatu yang tidak ingin saya lihat, mengerikan seakan akan mau menelan saya. Tanpa ba bi bu dia langsung angkat kaki meninggalkan pelatihan. Sejam kemudian saya terima telpon dari pelatihnya pelatih saya, Susi. Ada mungkin hampir sejam dia telpon isinya penuh dengan omel omelan dan diakhiri dengan terdengar jelas bantingan telponnya karena waktu itu dia pakai telpon biasa. Bukan selular. Ala maak! Padahal saya sudah berusaha membela diri dengan bilang ‘boleh dong saya berperilaku sangat baik, ekstra baik terhadap seorang wanita’. Agaknya bagi Susi ini bukanlah jawaban melainkan dia anggap sebagai suatu pernyataan perang.
Akhirnya saya menikahi Jasmine tanpa dihadiri Susi. Zizette sebetulnya dari tindak tanduknya jelas menunjukkan bahwa sebenarnya kalaulah bisa dia tidak mau ada di pernikahan saya yang kedua ini, namun berhubung yang menikah adalah kakak kandungnya maka itu namanya apa boleh buat. Saya ingat, waktu dia disuruh mamanya ambil pisau buat potong kue pernikahan, waktu pas melewati saya sengaja dia sempatkan berhenti sebentar menempelkan pisau itu dilengan saya, tanpa bicara. Semua yang hadir tidak menyadari kejadian itu, tapi saya tahu. Ngeri deh. Apalagi kalau terbayang si mbakyu Zizette ini seorang pendekar Merpati Putih dengan tingkat cukup tinggi. Dia belajar waktu lama hidup di NKRI.
Hal yang jelas, setelah menikah pelatihan langsung ditiadakan oleh Zizette meski saya selalu memintanya. Kali ini cukup lama pelatihan jadi vakum. Sekitar 9 bulanan. Itupun setelah Jasmine bantu saya memohon langsung ke adiknya itu dan itu masih belum cukup, Susi masih mensyaratkan satu hal lagi, saya harus ketemu pelatihnya yang juga kebetulan adalah konseptor perguruan. Jelaslah respons saya menjawab “ya” sampai 5x karena memang inilah sesuatu moment yang sudah lama saya tunggu tunggu, bertemu dengan perancang ilmu perguruan ini. Sebab selama itu saya hanya dengar selalu sedikit saja informasi mengenai beliau ini.
Image result for petronas tower
Hari, waktu dan tempat sudah diatur oleh Susi. Dari Dubai saya terbang ke Singapore dulu, sedangkan Susi waktu itu datang dari Tokyo ke Kuala Lumpur karena memang rendesvouz di Malaysia. Saya datang sehari sebelum Susi datang, makanya saya overnite dulu di Singapore baru besoknya ke KL. Sampai di hotel masing masing, karena hotelnya berbeda kami dijemput oleh pak Cik satu per satu. Kami kemudian menuju ke menara Petronas karena menurut info si bapak konseptor lagi ikut seminar Oil & Gas yang diadakan tiap tahun. Dengan sendirinya kami kesana dengan pakaian formal, jas lengkap dan Susi mengenakan blezer. Memasuki gedung kembar itu entah kenapa jantung saya berdebar saking penasaran ingin cepat tahu seperti apa sih orang yang selama ini dikagumi oleh para pelatih saya itu. Lagi infonya si bapak ini orangnya rada nyeleneh alias eksentrik.
Kami tidak bisa masuk ke suatu ruang dimana seminar sedang diselenggarakan. Kami hanya lihat dari luar pintu. Tampak seseorang berdasi dengan double layer suit (jas + rompi) sedang menerangkan sesuatu yang sepertinya mengenai akuntansi, lebih tepatnya laporan konsolidasi untuk oil & gas company, Usianya sekitar hampir 10 tahun di bawah saya. Tidak lama kami berdiri menunggu karena memang sebelumnya sudah kami perkirakan jam selesainya. Begitu bubar, Encik Tauhid langsung setengahnya berlari menghampiri orang yang berbicara di seminar tadi. Saya heran buat apa si Encik ke orang itu. Eh, agaknya Susi juga berbuat serupa. Barulah saya tahu inilah sang konseptor. Dimana eksentriknya, tanya saya dalam hati. Rapih betul orangnya. Encik merangkul si bapak itu dan disusul Susi yang langsung kasih cipika cipiki, wah wah tak mau kalah dia meski saya lihat reaksi di wajah si bapak ini agak risih tidak senang dicium Susi. Kemudian giliran saya diperkenalkan.. Kesan saya langsung terhadap si bapak konseptor ini positif sekali. Beliau bisa segera akrab dengan saya bagai sudah kenal lama saja. Kami kemudian pindah tempat bicara di sebuah kafe masih di gedung itu. Susi mulai menjelaskan duduk masalahnya mengenai pernikahan saya yang kedua. Belum apa apa pak Cik sudah menimpali, maksudnya bercanda, “saya yakin dia punya barang pastilah panjang” itu membuat kami semua tertawa. Saya wajar dong membela diri “tidaklah, mana, buktinya…?” sambil telunjuk kanan saya tempel ke atas saku kantong kiri. Saya buru buru hentikan karena sudah mulai saya lihat wajahnya Susi memerah mau marah. Eh, tak disangka, sang bapak konseptor malah nambah kelucuan dengan berkata ‘kalau periksa punya pak Ashraf jangan disini” sambil telunjuknya mencontohkan persis yang tadi saya lakukan, lalu beliau tambahkan, “tapi disini” sambil sekarang telunjuknya dia pindah kan ke saku belakang celananya.. Tentulah langsung kami semua gerrr tertawa keras dan dalam hati saya berkata ‘model’ macam inilah orang yang memang saya cari buat panutan, bukan tipe yang sangar gersang.
Singkatnya suhu perguruan membolehkan saya lanjut belajar tapi dia minta waktu saya untuk diterapi. Saya tidak bisa menolak. Jadi keesokan harinya kami berempat kumpul di kamar hotel tempat saya menginap. Disitu rupanya sang suhu melakukan terapi yang biasa disebut Past Life Regression. Semua kejadian masa lalu saya dibongkar satu per satu, digali kemudian diterapi yang ternyata tujuan terapi ini agar mengurangi hobi saya yang dibenci kedua pelatih itu yaitu merubah agar saya tidak lagi jadi ladies man. Prosesnya memang cukup memakan waktu. Dari keadaan gelombang otak beta saya ditarik oleh pak konseptor turun ke alfa hingga ke theta. Disinilah terungkap siapa diri saya sesungguhnya, lebih tepatnya – saya di masa lalu, saya yang mendadak berbicara bahasa Mongol????? Sejak kapan saya belajar bahasa itu? Tapi sudahlah, yang penting buktinya memang setelah itu saya rasakan hati sangat lega dan keluar dari hotel itu saya berani bilang sudah lebih dari 50% hobi yersebut saya tinggalkan. Selebihnya terapi serupa saya jalani setiap kali ada kesempatan bertemu pak konseptor di Jakarta. Pernah di salah satu sesi terapi, sang suhu mengatakan sesuatu yang pada saat itu saya tidak mengerti. “Pak Ashraf pasti tahu dong lagu ‘Nowhereman’ dari the Beatles? Saya mengangguk mengiyakan. Kemudian beliau menambahkan: nah, mohon pak Ashraf jangan seperti itu’. Apa maksudnya saya tidak paham, saya waktu itu hanya ketawa saja.
Masih ada banyak aktivitas perguruan yang merubah saya total hingga menjadi Ashraf sekarang. Dampaknya memang amat positif. Keluarga saya termasuk paman sayapun (El Maktoum) heran, mereka berusaha gali keterangan dari saya apa yang bisa memutar 180 derajat merubah perangai saya. Untuk yang satu ini sayapun ikuti apa yang dulunya Susi lakukan di awal kenal saya – tidak diumbar, disembunyikan dan bila orang tsb terlihat sangat serius ingin tahu barulah perlahan lahan diberi informasinya. Sesuai dengan policy perguruan yang memang sangat selektif dalam menerima siswa; tidak seperti divisi bisnis. Teman teman bisnis sayapun takjub, sebab jangankan mereka yang sudah lama tidak ketemu saya sedangkan yang selalu melihat saya setiap hari saja seperti istri istri saya juga melihat perubahan karakter itu. Paling tidak mereka bersyukur kecil kemungkinan akan ada ‘teman’ mereka yang berikutnya, yang ketiga.

 

Perlahan lahan, peringkat demi peringkat berhasil saya naiki meski selalu dengan susah payah, karena satu itu tadi, karakter saya yang super jelek. Namun demikian masih saja ada yang ganjel di hati saya, soal cita cita. Okelah saya akan kejar unsur Bijaksana atau Wise, tetapi waktu itu saya masih saja belum klik soal cita cita hingga dalam suatu kesempatan saya ungkapkan uneg uneg saya itu ke Susi karena Zizette sudah tidak bisa kasih solusi. Sewaktu sempat mampir di Abu Dabi (tetangga Dubai), Susi mengajak saya ke kuburan keluarga saya yang ada di kota itu. Awalnya saya tidak mengerti maksudnya dia itu apa. Sesampainya di tempat, Susi nyuruh saya lakukan renungan atau re-thinking, yang merupakan salah satu subyek pelatihan di perguruan ini. Saya diminta merenung apa jadinya nanti jika salah satu dari makam tersebut berisi tubuh saya. Tubuh saya shock, bergetar hebat waktu melakukan renungan itu.. Kuburan Emirat Arab seperti Mesir,  bentuk kuburannya dikavling kavling dimana tiap kavlingnya dipagar tembok dan teralis. Ada pintunya dan hanya sebagian ada atapnya. Jadi saya merenung dimana suhu sekelilingnya diatas 40 derajat selsius. Puanaas rek. Gadis yang lebih sering berada di Rusia dengan suhu beberapa puluh derajat dibawah nol itu terlihat tenang tenang saja, meskipun memang sedikit berkeringat. Di suhu sub zero temperature bisa memanaskan dirinya dan di suhu ekstrim panas dia bisa mendinginkan tubuhnya; kehebatan energi alam semesta!  Susi kemudiannya menggiring saya dengan script hipnosis. Akibatnya berubah sontak saya menangis bercucuran air mata seperti anak kecil. Dahsyat memang ilmu diperguruan ini. Selesai ritual di makam, Susi mengakhiri dengan cukup mengatakan satu kalimat saja: ’hidup manusia ini di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah”. Betul, cukup dari satu kalimat itu sadarlah saya. Apa yang disebut ibadah itu tidak hanya menyembah Tuhan YME, karena manusia harus kerja agar dapat nafkah berarti kerja itu juga ibadah, mengurus bisnis itu ibadah, menjadi kepala rumah tangga (untuk 2 istri ), berbaik dengan teman, tetangga dan seluruh makhluk hidup itu semua ibadah. Terbukalah sesuatu yang menjadi dream saya. Karena benarlah adanya bahwa manusia tanpa cita cita adalah manusia yang hidup untuk masa kini saja alias tidak punya arah, termasuk arah ke Surga. Disini barulah saya sadar makna arti kata kata bapak konseptor perguruan dalam lagu: Nowhereman –
Nowhere Man please listen,
You don’t know what you’re missing,
Nowhere Man,the world is at your command!
Selanjutnya dikesempatan bertemu pak konseptor, beliau menyarankan agar saya mengambil contoh seseorang sebagai panutan. Awalnya saya pikir sebaiknya nabi besar Muhammad saw. Tetapi sang suhu tidak setuju. Menurut beliau, Rasulullah memang the one & only yang kita jadikan panutan tetapi terlalu drastis dan berat untuk diri saya sekarang ini. Disarankan dilakukan bertahap, ‘kemudiannya kalau pak Ashraf sudah bisa setara uztad silahkan ambil Rasullullah sebagai panutan’. Dalam hati saya berkata ‘bukankah sekarang ini saya sudah seperti AA Gymn? Kan sudah punya 2…. maksudnya saya ini kan sudah mengikuti program KB (Keluarga Berencana) dari pemerintah NKRI dimana 2 ist…sudah cukup……. Eh, sudah cukup belum ya? Masih boleh nambah 2 lagi kan?
Akhirnya setelah meluangkan waktu khusus pencarian dari berbagai tokoh saya putuskan mengambil sahabat Nabi – Umar bin Khattab ra sebagai panutan. Waktu saya kemukakan ke Aki, julukan bapak konseptor ini beliau langsung setuju, meski dibumbui canda: “oke deh, jauh lebih baik karena tadinya saya pikir pak Ashraf akan ambil tokoh James Bond sebagai panutan…” Sekedar catatan, setiap kali Aki bercanda seperti ini, kedua pelatih saya, terutama Susi pasti langsung wajahnya berubah jengkel karena tidak rela siswanya diajari yang tidak tidak.
Setelah menentukan panutan, mulailah saya berpikir, bertindak, berperilaku mengikuti khalifah Umar. Dimanapun saya berada, apakah di Dubai, Indonesia, Mesir dimanapun selalu menyempatkan diri berjalan kaki dengan baju lusuh masuk kampung keluar kampung. Setiap kali ketemu orang yang susah, saya dekati orang itu, ajak ngobrol layaknya lagi prospecting. Menanyakan bagaimana orang itu cari nafkah dan ujung ujungnya saya akhiri dengan ‘meminjamkan’ mereka modal usaha dengan tak lupa meninggalkan kartu nama yang berisikan nama dan no HP saya. Juga selalu saya catat nama, alamat dan kalau ada no HP orang itu. Apakah akan mereka kembalikan? Dari pengalaman saya mungkin hanya sekitar 10% yang ingat untuk mengembalikannya, apakah itu mendatangi saya langsung ataupun menelpon saya untuk ketemu agar bisa mengembalikan uang dari saya. Ada juga beberapa yang menelpon saya untuk mengatakan bahwa dirinya tidak mampu mengembalikan uang saya. Saya tidak pernah mempermasalahkan uang yang tidak kembali. Karena mereka yang mengembalikan uang sayapun pada akhirnya setelah saya terima sekedar buat ritual ijab kabul saja, kemudiannya saya kembalikan lagi utuh ke orang tsb.
Dengan demikian saya selalu kemana mana bawa uang cash cukup besar. Memang ini beresiko. Bukannya tidak pernah ada kejadian, Pernah jugalah saya dihadang perampok waktu jalan jalan di Myanmar yang memang daerahnya miskin dan tidak aman. Lalu saya serahkan saja semua uang yang saya bawa tanpa berpikir sedikitpun. Akan tetapi selalu keanehan terjadi waktu di Myanmar ini. Para perampok heran dengan ketulusan saya memberi semua harta saya. Mereka jadinya hanya mengambil sedikit saja dan kemudian mereka mengawal saya sampai saya selesai membagikan habis uang saye ke kaum miskin disana. Lalu malah mereka menghubungi seseorang dengan tampang seram agar menyupiri saya sampai kembali ke hotel. Kemudian besoknya ada kiriman suvenir khas Myanmar (yang ternyata isinya patung Buddha) tanpa identitas pengirim ke kamar saya. Sudah pasti saya duga itu dari para perampok tersebut. Mungkin mereka menganggap saya ini sudah berhati Buddha. Weleh weleh weleh…Kejadian seperti di Myanmar itu bukanlah yang pertama dan terakhir. Ada sekitar 2x lagi saya dirampok. Perampokan berikutnya waktu saya ke Nigeria menemani Aki yang kebetulan tugas kantor tapi waktu itu saya sengaja berpisah sebentar dengan beliau dan waktu itu saya dikawal dari agak jauh dengan 2 mopol (mobile police)  sehingga perampokan itu bisa digagalkan. Terakhir (mudah mudahan memang terakhir) waktu di dekat Sun City Afrika Selatan. Ini juga keajaiban terjadi. Perampoknya berjumlah 6 orang hitam. Padahal untuk merampok saya itu dengan 1 orang bersenjata saja sudah cukup membuat saya takut. Jadi mubazir kerahkan sampai 6 orang. Mereka ini meskipun sudah saya serahkan seluruh uang saya rupanya mereka tetap ingin mengakhiri hidup saya, mungkin supaya tidak lapor ke polisi. Namun anehnya setiap kali mereka mencoba memukul saya dengan sebatang kayu besar atau menusuk saya dengan pisau entah kenapa ketiganya terpental jatuh, seakan seperti ada perisai yang tidak kelihatan disekeliling badan saya. Satu orang yang memegang pistol juga selain terpental jatuh sebelumnya sudah berusaha menarik pelatuk pistolnya tapi tidak pernah bisa, seperti ada yang menahan. Apapun yang terjadi sebetulnya saya sudah siap mati karena bila saja saya harus mati ketika sedang bersedekah saya yakin akan mati sebagai syuhada. Ini jauh lebih baik ketimbang hidup tapi selalu bikin jengkel Zizette, pelatih kesayangan saya.
Masih banyak lagi kejadian kejadian aneh setelah saya bergabung dengan komunitas perguruan ini dan mengemban misi pribadi saya. Sesuai petunjuk guru Susi, segala kejadian aneh itu memang tidak pernah saya harapkan, membayangkanpun juga tidak boleh. Namun selalu terjadi begitu saja secara alami dan setiap kali suatu keanehan terjadi Coach Susi acap kali berpesan untuk tidak sedikitpun mengingat apalagi sampai membanggakannya.
Kini 5 tahun sudah sejak saya diperkenalkan dan belajar ilmu perguruan komunitas ini. Apa yang secara nyata saya lihat dan rasakan adalah kelancaran hidup saya dari waktu ke waktu. Bukannya berarti tidak ada terkena musibah, tentu ada beberapa yang menghantam hidup saya. Namun terkadang kalau saya sering renungkan suka takjub sendiri. Musibah memang musibah, datang tanpa diundang dan pulang tanpa diantar seperti jelangkung saja, akan tetapi begitu mudah dan lancarnya saya lewati dari satu musibah ke lainnya. Seringkali saya dibantu oleh orang orang yang saya tidak kenal. Orang orang ini seakan akan mendadak dimunculkan dan orang orang ini anehnya lagi tidak setengah setengah dalam membantu saya. Nyawapun berani mereka taruhkan hanya untuk saya, orang asing, yang mereka tidak kenal sama sekali. Waktu saya konsultasi ke Zizette, pelatih saya mengatakan itu karena saya selalu membantu orang yang saya tidak kenal tanpa pamrih (ini kata pelatih saya lo ya) maka jadinya sayapun memperoleh imbal balik yang serupa atau bahkan lebih dahsyat. Saya dan keluarga menjadi semakin bersyukur telah dipertemukan Allah swt dengan teman teman di komunitas positif dari perguruan ini berikut ilmu ilmu kehidupannya.
Pencapaian EF atau Square 10 memang hanya formalitas bagi saya. Waktu direcognize di Senakin sebagai New Level 9 atau Warrant adalah sesuatu yang luar biasa artinya bagi saya. Karena saya yang begini nakalnya ini bisa juga mencapai level 9. Suatu prestasi besar bagi saya.
Satu hal kecil yang buat saya kaget sedikit adalah lagu Nowhere man yang seharusnya telah saya minta jadi background song untuk impact ini mendadak diganti Aki jadi “Hadschi Halef Omar” dari grup jadul Dschinghis Khan, karena ada kaitannya dengan tokoh panutan saya – Omar bin Khattab r.a.
Image result for hadschi halef omar
Sein Prophet war Mohammed
und Allah hat ihm geholfen.
Er schwang den Säbel wie ein Wüstensohn……
Ha ha ha
Hadschi Halef Omar……
Tidak apalah, malah jadi seru dan mengharukan. Waktu bu Cut Yanthi menanyakan saya ingin dihadiahkan oleh siapa buah ceri merah yang merupakan simbolik itu, saya spontan menunjuk ke Aki. Namun Aki menolak dan menyuruh bu Yanti menyerahkannya ke Zizette agar diteruskan diberikan ke saya. Waktu menyuap buah ceri ini saya lihat Zizette tak kuasa menahan tangis, demikian juga Susi yang berdiri agak jauh di belakang. Sayanya justru bisa tegar. Makanya usai ceremony itu Susi tanya ke saya kenapa saya tadi bisa santai tidak hanyut ikut nangis. Saya jawab santai: “kan nangisnya sudah habis waktu dulu di makam” belum selesai saya jawab begitu sudah ‘plak’ tangan Susi mendarat di pipi saya dan dia terus ngeloyor pergi dengan kesal. Pelatihnya pelatih saya ini memang terkenal kelakuannya menjengkelkan. Tetapi saya masih banyak lihat segi positifnya sesuai motto komunitas ini: Positive Value Community.