![Yuningsih09b](https://universalsynergy.wordpress.com/wp-content/uploads/2018/11/yuningsih09b.jpg?w=387&h=296)
-
-
Joined: 1990
-
Reference: HD Coach
-
Coach: HD Coach
-
Financial Independent 1996
-
Financial Freedom 1997
-
Time Freedom 1998
-
Economically Free 1999
-
INTRO
Perkenalkan nama saya Yuningsih Ambar. Saya lahir dan besar di kota Ambon, Maluku tahun 1973 tanggal 12 Desember dan tepatnya di daerah Kapaha (Jl. Sultan Hasanuddin). Nama ini berlatar belakang sejarah perang Kapahaha yaitu perang yang berlangsung dari tahun 1637 hingga 1646. Kapahaha merupakan bukit batu terjal yang terdapat di hutan Negeri Morella dan adalah benteng terakhir yang jatuh ke pihak Belanda di Pulau Ambon. Perang Kapahaha berakhir ketika benteng Kapahaha dikuasai Belanda. Pejuang yang sempat tertangkap dalam penyerbuan itu disiksa sebagai tawanan di Teluk Sawatelu selama tiga bulan. Kapitan Telukabessy sendiri berhasil lolos. Namun ia kemudian menyerahkan diri. Dia digantung dan dibuang di pantai Namalatu. Sepeninggal Telukabessy, tawanan Kapahaha dibebaskan Belanda pada tanggal 27 Nopember 1664 yang bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Sedikit info mengenai suku Maluku. Suku ini didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik. Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas. Contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii). Profil tubuh orang Maluku lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria. Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain. Perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa India, Arab. Dari bangsa yang terakhir disebutkan inilah ada dalam darah saya. Daerah Kapaha di Ambon juga dikenal daerah orang orang Arab Ambon. Ini sudah sangat lazim orang orang di Maluku banyak berasal dari keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo.
LELUHUR DAN KELUARGA.
Keluarga saya untuk kelas sosial di Ambon ini bisalah dianggap dalam keluarga kelas ekonomi menengah. Tapi untuk ukuran Jakarta kami masuk ke golongan bawah. Ayah saya bekerja sebagai pegawai di kantor pos dan ibu mengajar sebagai guru di SMA 1 Ambon di Jl Raya Pattimura. Beruntung karena ibu mengajar disini saya dipermudah sewaktu masuk ke SMA ini dari SMP Negeri 3 di Galala, di Ambon dan SD saya juga di Ambon.
AWAL KENAL TOKOH PERGURUAN.
Ini kejadian di bulan Desember tahun 1989 di usia saya 16 tahun dan baru sekolah di kelas 1 SMA. Saya ingat waktu itu hari Jumat sekitar jam 13. Kaum pria baru saja selesai shalat Jumat di Masjid Al-Ukhuwah Kapaha tepatnya di Pandan Kasturi, Kapaha. Saya dan Fatma – teman saya, sengaja menunggu sampai mereka semua keluar baru kami masuk mesjid untuk shalat Dzuhur. Waktu menaiki tangga mesjid, jalan kami sedikit terhalang oleh seorang pemuda yang waktu itu berusia 28 tahun sedang duduk di tangga dengan kedua siku tangannya ditumpu di pahanya dan kedua tangan saling digenggamkan menumpu dagunya dan pandangan orang ini terlihat menatap jauh ke kerumunan orang disekitar mesjid, sepertinya sedang asyik memperhatikan. Saking asyiknya sampai dia agak kaget waktu saya bilang ‘permisi’ minta dikasih lewat. Dia buru buru berikan jalan sambil meminta maaf.
Selesai saya sembahyang ternyata pemuda ini masih duduk pada tempatnya semula. Tapi dia sudah tidak merenung lagi. Dia melihat saya yang sedang mengenakan sepatu dan dia menyapa saya duluan. Ramah sih tapi begini dia memanggil saya:
“sudah selesai, mbak?”. Saya belum menjawab, karena ada yang perlu saya sampaikan ke teman saya. “Fatma, dong bisa cetak pas photo seng?” Fatma jawab: “o bisa, mo ukuran berapa? “, Selesai urusan dengan Fatma baru saya melihat lagi ke pemuda tadi sambil meminta maaf. “Tidak apa” jawabnya sambil kasih senyum. Baru saya sadar setelah saya perhatikan dengan baik ternyata pemuda ini ‘oke’ juga. Dari dia bukan panggil saya ‘caca’ tahulah dia ini bukan penduduk Ambon. Kami yang notabene Ambon, hidup dari sagu dan ikan bakar colo colo, jang iko iko lai sodara. panggel selalu Caca deng Abang, bukan Mbak atau Mas. Eh, dia malah menghampiri saya dan duduk dekat saya. “Mbak” katanya lagi “kalau mau ke pantai Natsepa bagaimana caranya dari sini?”.
“Oh, pantai itu dekat dari sini sekitar 18 km. Kenapa? Nyong…eh, maaf, mas mau kesana kah?”
“Maunya sih begitu. Cuma…takut nyasar saja…”
Dalam hati saya tahu, bagaimana bisa orang kesasar di kota kecil semacam Ambon ini? Jangankan kesasar, di Ambon ini jika seseorang memakai pakaian dia pakai di pagi hari dan malamnya ke undangan pesta dengan yang sama, itu sudah pasti orang tahu dia tidak ganti baju. Tapi sudahlah, saya tahu kurang lebih maunya dia apa. Lagi pula penduduk di Ambon ini punya kebiasaan jika ada yang bertanya arah jalan biasanya tidak cukup kami sekedar tunjukkan arahnya kemana tetapi juga sekalian mengantarkannya. Makanya saya sebagai penduduk lokal sini coba tawarkan bantuan: “kalau abang mau kesana besok, bisa saya dan Fatma antar. Tapi kalau hari ini tidak bisa”. Dia mengangguk setuju. Dia menginap di Hotel Ambon Manise – Jl. Pantai Mardika No. 53A. Kamipun bersepakat bertemu lagi di depan mesjid ini besok pagi sekali sekitar jam 6:30.
DIPERKENALKAN PERGURUAN
Betullah, dia tepat janji. Kami menuju Pantai Natsepa yang terletak di Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Pantai ini landai, lebar dan sangat terkenal sejak dulu, dengan pasir putihnya yang halus dan air laut yang jernih. Untuk mencapai pantai ini dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat, atau angkutan umum trayek suli. Di sini disediakan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati oleh para pengunjung antara lain beberapa shelter yang dapat digunakan sambil menikmati indahnya pantai dan pemandangan Teluk Baguala. Pantai Natsepa garis pantainya lurus dan perairannya berarus terhalang oleh Teluk Baguala sehingga ombak yang masuk pun tidak terlalu besar. Jika di hari libur di pantai yang sangat indah ini, para pengunjung dapat menikmati berbagai pertunjukkan yang diberikan pengelola. Pertunjukkan itu antara lain atraksi bambu gila, ataupun permainan lainnya.
![Image result for pantai natsepa](https://www.indonesiakaya.com/uploads/_images_gallery/Salah_satu_sudut_tempat_menikmati_keindahan_Pantai_Natsepa.jpg)
Pantai Natsepa
Fatma kebetulan hobby snorkling. Dia ajak saya dan biasanya saya juga suka tapi pagi itu saya lagi malas berenang. Tapi sebelum snorkling dia sempatkan menggoda saya:”Parlente (bohong). Ose seng batobo, ose so pasti mo bakupolo deng ose pung lewa (kamu tidak berenang, kamu pastinya mau berpelukan dengan pacarmu). Tentu bikin saya senyum kecut sambil menimpalinya “mulut rica rica (cerewet)”. Akan tetapi, jujur, setelah itu hubungan saya dengan pemuda ini…sebut saja dengan Aki, terjalin sebagai sepasang kekasih meski terpaut selisih usia cukup jauh – 12 tahun. Aki hanya ada waktu 3 hari di Ambon sebelum balik ke Jakarta. Namun sebelum pulang, dia sempat bercerita bahwa saat itu dia bersama temannya orang Jepang (Yoshihara Osamu) sedang menyusun suatu program pelatihan kesuksesan. Dia menawarkan saya, lebih tepatnya mengajak, untuk mengikuti program pelatihan yang belum diberi namanya itu. Saya setuju saja karena saya pikir tidak ada salahnya mencoba program tersebut dengan harapan kecil ‘siapa tahu saya bisa sukses lewat program ini’ disamping juga pelatihan ini tidak dipungut biaya, alias gratis. Singkatnya sebelum pisah di bandara Pattimura Aki meninggalkan sejumlah berkas tebal foto kopian untuk saya pelajari.
Sepulang Aki ke Jakarta kami teruskan hubungan dengan bersurat suratan, maklum waktu itu e-mail belum merakyat di Indonesia. Sekali dalam sebulan dia interlokal.
MULAI BERLATIH PERGURUAN
Tahun 1990 adalah tahun dimana saya memulai berlatih LDT3 (Long Distance Training The Trainers). Pelatihan jika dibanding era internet dewasa ini sungguh pelatihan di zaman primitif. Mekanismenya seperti ini:
-
Coach mengirim materi dalam 2 floppy Disk 3 ½” dan dikirim lewat pos; satunya sebagai backup. Sebut saja ini disket 1A dan 1B. Disket digunakan agar bobotnya jadi ringan dan automatis biaya pengiriman jadi rendah dibandingkan materi yang dikirim berupa segepok print out komputer kertas A4. Materi diktat ditulis dalam software word processing bernama Chi Writer. Kenapa bukan software lainnya seperti Word Star atau Word Perfect, karena pertimbangannya bisa WYSIWYG (What You See is What You Get).
-
Jika sudah saya baca, saya harus keluar uang buat print out. Disket terpaksa diformat karena akan saya gunakan untuk pertanyaan pertanyaan seputar materi T3 tersebut. Ini artinya saya harus sewa komputer. Setelah pertanyaan selesai saya susun, disket 1B ini saya kirim ke Jakarta.
-
Di Jakarta, oleh coach jawaban atas pertanyaan saya disket 1B ini diketik di disket yang sama.
-
Sambil menunggu jawaban untuk disket 1B (biasanya sampai seminggu), saya sudah menerima materi lanjutan LDT3 yang juga berupa disket; sebut saja disket 2A dan 2B. Kembali, dari disket 2A saya print out dan saya simpan. Disket 2B saya format dan saya mengajukan pertanyaan untuk materi T3 bagian 2 di disket 2B; kemudian saya kirim ke Jakarta.
-
Saya akan menerima jawaban atas T3 bagian 1 di disket 1B yang sudah dikirim balik ke saya beserta materi LDT3 bagian 3 di disket 3A dan 3B. Begitulah selanjutnya, berhubung tidak ada email.
-
Prosedur ini juga kami lakukan untuk audio book yang dikirim berupa 2 pita kaset 60 atau 90 menit. Salah satu kasetnya akan dihapus dan dikirim kembali untuk direkam materi kelanjutan.
-
Materi berupa visual book harus dikirim dalam bentuk VCD dan saya harus sewa komputer untuk membuat kopinya.
-
Kemudian, jika ada pertanyaan mendesak, dikirim lewat fax ke kantor coach. Karena waktu itu saya belum bekerja, saya harus ambil di wartel terdekat dan mengganti biaya kertas print out faxnya.
-
Jika ada pertanyaan yang tidak cukup dijawab tertulis, terpaksa dilakukan telpon interlokal.
Materi yang dikirim memang tidak selalu berupa pelajaran. Terkadang dikirim juga lagu lagu motivasi. (salah satunya lagu Amboina Jazz Rock: Enggo Lari).
Sekarang mari kita bandingkan aktivitas serupa di atas menggunakan teknologi masa kini.
Bisa terbayang dari 9 poin konvensional sebelumnya bisa dipangkas tinggal beberapa poin saja. Cuma, masalah yang belum terpecahkan dari dulu hingga sekarang adalah transportasi. Tetap saja untuk bepergian dari Ambon – Jakarta pp butuh ongkos yang mahal. Dari itu, dulu saya hanya bisa tatap muka dengan coach untuk merapihkan gerakan optimizer setelah jangka waktu sekali dalam 6 bulan. Ketika ketemu, coach terpaksa ambil cuti. Sebab tidak mungkinlah ongkos yang sedemikian mahalnya itu bagi saya hanya terbayarkan dengan pertemuan 2 hari semalam, misalnya. Saya minta minimal 6 hari 5 malam.
Kemudiannya jika saya kaji modus pelatihan yang dilakukan di zaman sekarang ini, zaman cyber dimana segala sesuatunya semakin dipermudah, saya dan beberapa kolega perguruan dari generasi perintis seperti Yvonne, Butch, Dewi, Susi, Sonny Larasati hingga Nirmala Chandra Asri sering kali dibuat terheran heran menyaksikan bagaimana generasi sekarang menyikapi segala kemudahan yang didapat. Kami tak habis pikir mereka terkesan lebih ‘cengeng’ dan manja. Sekarang ini komunikasi jauh dipermudah, diperlancar dan dipermurah, tetapi mereka malah memperjarang frekuensinya. File file dalam bentuk soft copy diperoleh dalam hitungan detik (dulu bisa dalam ukuran minggu) tapi semangat dalam mempelajari materi itu sangat menurun, terutama dalam segi penghafalan dan penguasaannya. Konseling bisa dilakukan dimana saja dewasa ini dan kapan saja (kalau mau) melalui media chatting tapi dari laporannya terkadang tidak dimanfaatkan dengan berbagai ragam alasan dari mulai sinyalnya bermasalah, komputer digadaikan atau uang buat beli laptop diberikan dulu ke orang yang lebih membutuhkan, anak tidak ada yang jaga, tidak diizinkan suami dan masih banyak lagi, masih banyak lagi sebanyak alasan yang mereka kemukakan. Termasuk banyak alasan setiap ada pelatihan T3 langsung apakah itu Indoor atau Outdoor hingga pelatihan yang crucial dalam bentuk Away Weekend atau Adventure masih juga mereka coba coba cari alasan agar bisa tidak mengikutinya. Cobalah mereka bandingkan di zaman kami dulu, terutama saya yang hanya bisa ketemu dengan coach sekali dalam 6 bulan. Sedangkan mereka yang bisa hampir setiap hari ketemu malah terkesan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
HUBUNGAN PRIBADI DENGAN COACH RENGGANG
Tahun 1990 disamping merupakan awal saya memulai pelatihan perguruan juga saya anggap tahun yang sangat berkesan dalam hubungan pribadi saya dengan coach. Bagi saya, coach bukan saja pelatih sukses, teman dan jongen vriend yang begitu romantisch, tapi disamping itu saya melihat dirinya sebagai seorang pria yang memang patut dikagumi. Pria yang punya jiwa besar dan sosial tinggi. Pengabdiannya dalam bentuk pelatihan dia lakukan tanpa pamrih. Sayangnya saya menyia-nyiakan kesemua itu. Saya mengakulah. Sikap coach yang di mata saya begitu nyaris sempurna, pria dengan penuh kelembutan dan kesabaran tinggi malah membuat diri saya tidak tahu diri. Saya menjadi manja, selalu minta perhatian dan sering kali marah tanpa alasan yang jelas terhadap coach saya ini. Hanya karena hal hal kecil saja seperti dia tidak membawakan oleh oleh pesanan saya, bukan lupa tapi karena dia tidak sempat, marah saya bisa meluap luar biasa. Agaknya hal hal seperti ini lama kelamaan kesabaran manusia tetap ada batasannya dan itu juga berlaku pada mijn geliefde coach. Sampai berujung terakhirnya saya kaget karena waktu seharusnya saya yang ke Jakarta malah dia yang terbang ke Ambon menemui saya. Dia hanya luangkan waktu semalam di Ambon dan kata katanya di malam itu mengagetkan saya, schokken, bagai kena petir di siang bolong. Malam itu sebelum terbang di vlucht pertama paginya dia ajak saya ke pantai Natsepa, tempat sama di awal dulu kami memulai coba mengenal lebih akrab. Dia cuma mengatakan dengan singkat:”Ningsih, kita tidak bisa terus dalam hubungan romantika, tapi dalam pelatihan kamu tetap saya perlakukan sebagai murid”. Bukan Ningsih namanya kalau menerima begitu saja pernyataan seperti itu. Saya ngamuk sampai teriak hysterisch. Rupanya dia tahu saya akan menjadi tidak terkendali seperti itu makanya dia sengaja bawa saya ke Natsepa. Saya teriak teriak, tapi siapa yang dengar? Suara sayapun tertutup deru ombak. Dengan susah payah dia coba tenangkan saya. Tetap yang namanya Ningsih kalau lagi ngamuk akan sekeras batu karang segarang hantaman ombak. Saya pulang sendiri, tidak mau diantar. Saya minta afspraak ketemu di mesjid Al-Ukhuwah besok lagi, tapi sebelum buru buru masuk ke angkutan umum dia sempat bilang:”oke, Ningsih tunggu deh dipersimpangan jalan, di pertigaannya. Nanti saya tunggunya di perempatan”. Verdome! Bagaimana bisa ketemunya?! Besok paginya saya tunggu dia di Mesjid tempat awal kami ketemu itu. Saya pikir dia akan muncul membatalkan niatnya menghentikan hubungan kami. Namun ternyata dugaan saya meleset. Dia sudah terbang ke Jakarta…
Dua minggu setelah itu ada kejutan susulan. Tadinya saya sudah bersiap siap akan menyusul dia di hari Sabtunya terbang ke Jakarta. Tapi saya urungkan niat saya itu, karena saya terima surat dari dia….dari Chicago, Amerika; tepatnya di St Charles. Ya dia sudah disana dalam rangka training dari tempat dimana perusahaannya dia bekerja – Andersen Consulting, yang kini bernama Accenture. Entah bagaimana perasaan saya waktu itu sulit digambarkan. Tetapi seminggu setelah saya terima surat itu saya kembali menerima paket LDT3. Ini cukup bisa mengobati luka hati saya. Materi LDT3 saya pelajari dengan sungguh sungguh. Terus terangnya saya ingin ambil kembali hatinya dengan cara menunjukkan saya menjadi muridnya yang terbaik. Pertanyaan pertanyaan saya seputar materi pelajaran selalu dia jawab dengan lengkap dan jelas. Sayangnya itu tidak berlaku untuk pertanyaan pertanyaan yang sifatnya persoonlijk. Kalau dulu dia selalu menjawabnya jika ada pertanyaan saya di luar program training T3, kali ini tidak lagi. Tapi saya tetap berusaha pura pura tidak memahaminya. Saya tetap terus ajukan pertanyaan pertanyaan pribadi disamping konseling dengan harapan suatu ketika dia akan berubah pikiran. Dugaan saya ini belakangan baru saya tahu, juga slip. Begitu sampai di Amerika, dia berkenalan dengan seorang meisje bule Amrik asal Cleveland, teman sekerjanya di perusahaan yang sama dan mereka pacaran….
Tahun 1992 coach balik ke Indonesia. Kesempatan ini tidak saya sia siakan untuk menemuinya di Jakarta. Waktu saya telefoon, tanggapannya baik sekali. Malah dia bilang akan membelikan tiket buat saya naik vleigmachine pp Ambon – Jakarta. Sudah tentu ini bagi saya bagaikan menemukan oase di tengah gurun pasir. Seperti yang sudah sudah, dia selalu konsisten dengan ucapannya. Dia kirimkan tiket tersebut. Seketemunya di Jakarta memang dia masih seperti dirinya yang dulu, masih komiek, suka melucu, tapi saya sudah bisa merasakan adanya gordijn halus yang dia ciptakan membatasi saya dan dirinya. Sudah tentu saya tergerak menanyakan apakah dia sekarang ini (waktu itu) sudah punya vriendin lagi. Anehnya dia jawab belum, kosong. Waktu saya tegaskan lagi kebenarannya, seperti biasa dia jadi bercanda sambil menyanyi lagu Keroncong Kemayoran dengan sembari memain mainkan tiket bekas pesawat Garuda yang dia kasih:
Vleigmachine
Kapal Udara
Jadi begini
Lantaran dia
Kalau dia sudah mulai melucu seperti ini, saya memilih tidak meneruskan introgasi saya, dari pada semakin jengkel hati dibuatnya. Akan tetapi saya percaya akan kata katanya dan itu memang benar. Hingga bertahun tahun kemudian saya selidiki bahwa apa yang dia katakan itu benar adanya. Dia baru saja putus dari hubungannya dengan gadis Amerika itu. Namun sayangnya saya membiarkan keadaan kosong pada dirinya ini teralu lama. Karena tidak kurang dari 6 bulan kemudian belakangan saya tahu dia dekat dengan seseorang, cewek WNI keturunan Cina yang sebetulnya sudah dia kenal sangat lama, sudah jadi pacarnya dari tahun 1976. Tapi karena dulu hubungan mereka ini tidak disetujui oleh ayah dari coach saya yang begitu rasialis, akhirnya tidak mereka lanjutkan.
MEMULAI BISNIS
Mulai di Square 1 (peringkat di perguruan) kami para siswa sudah mulai diperkenalkan bisnis tapi saya betul betul memulainya setelah tamat SMA. Saya disodorkan beberapa pilihan jenis bisnis. Cukup banyak bisnis bisnis yang saya suka dan terkait dengan hasil budi daya Ambon seperti perdagangan minyak kayu putih, travel, pariwisata hingga mutiara. Tetapi kesemuanya itu selalu stop pada segi kapitaal. Saya tidak punya apa apa. Sedangkan pagi hingga terkadang sampai sore saya mulai kuliah di Universitas Pattimura jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Coach saya tahu benar akan keadaan ini. Beliau memperkenalkan ke saya bisnis FOREX (Vreemde Valuta). Sebetulnya tadinya beliau ini sendiri yang akan mencoba bisnis ini tetapi begitu mulia hatinya sehingga dia sengaja yang keluar modal untuk bisnis ini tapi dia pakai nama saya. Dia sengaja mengalah demi masa depan saya.
BISNIS FOREX
FOREX merupakan singkatan dari FOREIGN EXCHANGE atau dalam Bahasa Indonesia disebut alat tukar mata uang asing. Jadi Forex Trading adalah aktivitas jual-beli/ perdagangan mata uang asing untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan selisih nilai mata uang yang diperdagangkan (Wisselkoersen van vreemde valuta). Forex hingga saat ini merupakan pasar terbesar di dunia dalam jumlah aliran dana yang ditransaksikan. Termasuk yang ditransaksikan antar bank-bank besar, bank-bank sentral, spekulan mata uang, perusahaan multinasional, pemerintah, dan pasar finansial beserta institusi lainnya.
Pergerakan perdagangan forex berputar mulai dari pasar Selandia Baru dan Australia yang berlangsung pukul 05.00–14.00 WIB, terus ke pasar Asia yaitu Jepang, Singapura, dan Hongkong yang berlangsung pukul 07.00–16.00 WIB, ke pasar Eropa yaitu Jerman dan Inggris yang berlangsung pukul 13.00–22.00 WIB, sampai ke pasar Amerika Serikat yang berlangsung pukul 20.30–10.30 WIB. Dalam perkembangan sejarahnya, bank sentral milik negara-negara dengan cadangan mata uang asing yang terbesar sekalipun dapat dikalahkan oleh kekuatan pasar valuta asing yang bebas.
Dulu itu teknologi internet di kota Ambon belumlah seperti sekarang, sedangkan untuk melakukan perdagangan forex mutlak diperlukan komputer berinternet. Di Jakarta saja waktu itu internet masih diakses baru dengan sistem dial up melalui telpon biasa. Jadi agar bisa seseorang mengikuti jalannya perdagangan bursa forex, orang itu harus ke kantor tempat dimana perusahaan Forex melakukan transaksi mata uang kita. Mereka memang menyediakan fasilitas komputer online. Namun kendala berikutnya tetap saja ada: coach yang nota bene masih bekerja dengan orang jelas waktunya terbatas dan saya tersita waktunya buat kuliah. Akhirnya transaksi kami serahkan hampir sepenuhnya kepada broker di perusahaan tersebut. Sebagai alat bantunya waktu itu kami, saya dan coach disediakan pager atau alat penyeranta.
Adanya sistem margin trading dengan menggunakan leverage dan nilai kontrak yang sangat kecil, memungkinkan kami sebagai investor dengan dana yang relatif kecil bisa ikut berbisnis di pasar uang dunia.
Dalam forex trading, biasanya mata uang diperdagangkan secara berpasangan disebut juga dengan “Currencies Pair”. Contohnya seperti GBP/USD atau (GU), EUR/USD atau (EU), USD/JPY atau (UJ), AUD/USD atau (AU) dan sebagainya. Mata uang yang pertama dalam setiap pasangan/pair disebut juga dengan istilah “Base Currency” sedangkan mata uang yang kedua disebut dengan “Quote Currency”.
Contohnya pair GBP/USD maka GBP adalah Base Currency sedangkan USD adalah Quote Currency. Harus dipahami “Base Currency” adalah mata uang yang lebih tinggi nilainya dibanding Quote Currency.
Dalam forex, apabila pergerakan harga naik, biasanya para trader akan mengambil posisi BELI atau istilahnya BUY/LONG. Jika pergerakan harga turun maka para trader akan mengambil posisi JUAL atau istilahnya SELL/SHORT.
Dalam posisi BUY, kita sebenarnya membeli Base Currency dan pada waktu yang sama menjual Quote Currency karena kita memprediksi nilai base currency akan terus naik berbanding nilai Quote Currency. Dalam posisi SELL, kita sebenarnya menjual Base Currency dan pada waktu yang sama membeli Quote Currency karena prediksi nilai Base Currency akan terus turun berbanding nilai Quote Currency.
Untuk berhasil dalam bisnis ini kita harus berusaha untuk selalu menambah pengetahuan dan pengalaman; apakah itu dari sumber informasi forex trading yang banyak tersedia di internet dalam bentuk e-book (buku elektronik), website dan forum-forum forex trading.
Pasar Forex sering disebut juga pasar valuta asing, ini merupakan pasar yang besar dengan keuangan tumbuh dan liquid (bisa deposit dan dicairkan setiap saat) yang beroperasi 24 jam sehari. Ini bukan pasar dalam arti tradisional karena tidak ada lokasi pusat perdagangan. Sebagian besar perdagangan dilakukan melalui melalui jaringan perdagangan elektronik. Pasar valuta asing memungkinkan perusahaan, bank dan lembaga keuangan lainnya untuk membeli dan menjual mata uang asing, dalam jumlah besar.
PELAKU PASAR
Secara umum, Pelaku forex Market berasal dari berbagai golongan diantaranya:
-
Pelanggan. Contohnya perusahaan multinasional. Mereka berpartisipasi dalam pasar forex karena membutuhkan mata uang asing untuk perdagangan mereka di negara-negara lain.
-
Bank dan institusi keuangan, adalah peserta yang paling aktif di pasar forex.
-
Broker adalah perusahaan seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya dimana mereka menyediakan link komputer atau saluran telepon kepada bank-bank di seluruh dunia.
-
Pemerintah , adalah pelaku forex yang paling berpengaruh, disamping bank sentral.
-
Pelaku Bisnis. Mereka menjual barang ke klien internasional atau membeli barang dari supplier internasional, mereka harus berhadapan dengan volatilitas fluktuasi mata uang. Karena nilai tukar dapat berfluktuasi dengan liar sepanjang tahun itu, maka perusahaan tidak akan tahu apakah nantinya akan mengeluarkan Euro lebih banyak atau tidak pada saat pengiriman nanti. Salah satu cara bagi pebisnis untuk mengurangi ketidakpastian karena risiko foreign exchange ini adalah pergi ke spot market dan bertransaksi langsung untuk mata uang asing yang mereka butuhkan.
-
Spekulan, inilah saya. Spekulan berusaha mendapatkan uang dengan mengambil keuntungan dari fluktuasi harga. Salah satu spekulan yang paling terkenal mungkin George Soros. Milioner yang sangat dikenal untuk spekulasi pada penurunan British Pound yang menghasilkan uang 1.2 milliar dollar kurang dari sebulan! Beberapa pengkritik mengatakan bahwa orang-orang seperti ini bertanggung jawab atas krisis keuangan asia akhir 90-an, termasuk di Indonesia.
SUKA DUKA BISNIS VALUTA ASING
Banyak orang tergiur bisnis ini, sebanyak orang yang sudah terjerembab di dalamnya. Forex trading menjanjikan hal yang terlampau besar yang bisa diraih dengan tiba-tiba, seolah tanpa kerja keras dan pengorbanan.
Ada tiga golongan trader setidaknya yang dibentuk dari bisnis ini.
-
Mereka yang sukses, jumlahnya teramat sangat kecil
-
Mereka yang belum mendapatkan hasil yang diharapkan dan masih bertahan dalam market
-
Mereka yang sudah tobat dan tidak mau menyentuh kembali pekerjaan ini. Bagi golongan ketiga ini, kerugian mereka sudah terlampau banyak tak terlukiskan dan buat mereka dunia forex trading terlalu beresiko.
Dulu saya memulai bisnis ini dengan modal terbatas pemberian dari coach. Setiap ada kesempatan selalu kami isi dengan discussie tentang trading. Kami cuma main volume 0.1 saja, mengincar per point 100 perak saja, karena saya menyadari bahwa saya sedang berlatih. Selama saya belum bisa pertahankan kapitaal selama sebulan penuh, saya tidak akan main besar. Masalah main besar itu gemakkelijk, tinggal ganti volume, tapi yang berat itu menahan diri. Forex trading asal di pelajari ilmunya, ijverig, sebetulnya pasti bisa. Tentunya masih ingat sahabat saya yang sebelumnya saya ceritakan, Fatma. Mijn goede vriend ini yang kemudiannya lebih dulu dapat kerja dibanding saya dan dengan gaji lumayan besar, dia senang sekali waktu lihat saya dapat positieve hoeveelheid. Dia minta didaftarkan. Eh, dia langsung main lot besar dan malah begitu yakin dirinya sudah bisa padahal baru lihat grafik seminggu saja. Akhirnya rugi terus dan terus. Dalam seminggu saja, dia habiskan 2,5 juta rupiah cuma 4 hari…! Dibelahan bumi manapun, banyak karakter trader pemula seperti Fatma itu.
Modal ludes? Berapa harus keluar modal di bisnis ini? Anehnya di bisnis valas, initiële investering merupakan dasar untuk sebuah kesuksesan dalam melakukan Trading Forex. Hal ini disebabkan Modal awal Anda sangat menentukan sukses tidaknya trading Anda kelak. Beberapa trader pemula seperti saya dan coach dulu menganggap memulai investasi forex dengan modal seminim mungkin akan membantu kita dalam memahami forex sekaligus mencegah kerugian besar untuk investasi perdana mereka. Namun sebetulnya perbedaan modal inilah yang justru menjadi awal ketidaksuksesan untuk selamanya. Main kecil, dapatnyapun kecil dan terus begitu.
Modal dan gaya trading, inilah dia. Setidaknya bagi trader pemula wajib memperhatikan punt penting ini. Forex berbeda dengan investasi lainnya yang selama ini banyak dikenal orang. Dalam forex, investor bersikap actief dan menentukan sendiri keputusan investasinya secara langsung. Pendeknya, dengan perhitungan yang matang, kita dapat menentukan aksi beli/jual kita sendiri dan membukukan profit disana. Tetapi sebaliknya dengan keputusan yang salah, rugi dapat segera terjadi dalam investasi kita.
Bisnis di pasar uang tak sama dengan judi. Jika judi nasib pelaku 100% tergantung pada kartu. Di pasar uang ada hal-hal yang bisa diperhitungkan dan dicarikan peluang. Ada 7 factoren yang harus dicapai untuk betul-betul memahami bisnis ini. 4 dari 7 adalah faktor yang bisa jadi penentu naik turunnya kurs: macro economische basis, carta/grafiek berdasarkan rumus, faktor technish–psychologisch dan ulah para speculant. Lalu ada beberapa hal lain seperti lobi atau hubungan, termasuk kemampuan berbahasa, faktor intelligentie alias daya endus informasi, dan hal paling abstrak dan sulit, sehingga orang tak sanggup berpikir lagi. Misalnya, semua faktor telah terpenuhi, prediksi sudah dilakukan, tapi tak ada actie, ya percuma. Ketika faktanya sama dengan yang sebelumnya telah diperhitungkan, muncul rasa sesal kenapa tidak begini kenapa tidak begitu. Itulah factoren ketujuh. Bisnis di pasar uang penuh kekecewaan. Karena apa? Geldzaken bespreken; uang berbicara. Orang hanya tergiur melihat angka. Mereka ramai-ramai bermain, sementara tatanan dan hukumnya tak mudah dipelajari. Lagi pula dunia valas itu sudah dikuasai maffia, rijkelui – big boys, dalam cara kerja yang terintegrasi. Apa pun permainan para pendatang, maffia-lah yang memperoleh keuntungan.
Saya pernah beberapa kali hancur di bisnis forex trading. De mens wikt, maar God beschikt (Things often don’t turn out as you have planned). Orang tahunya hanyalah Yuningsih berhasil mencapai EF dan sudah sampai punya Bentley. Lebih banyak lagi orang yang tidak tahu bahwa untuk mencapai itu saya sudah berpuluh kali babak belur gara gara “dipukul” kerugian di bisnis forex. Tentu saja. Saya seperti kebanyakan orang, saya juga mengalami beberapa kerugian dan membuat beberapa kesalahan. Akan tetapi, apabila saya mengalami kerugian, saya mulai memvisualisasikan dalam pikiran apa yang seharusnya saya lakukan untuk membuat perdagangan saya kembali sukses atau untuk membuat kerugian makin sedikit. Disinilah gunanya materi training yang saya peroleh dari Unisyn, tempat saya berguru. Salah satu module pelatihan yang banyak membantu adalah PSM (Positive Sub conscious Mind) dan FORCE (Full Optimization of Rectified Cosmic Energy). Berbekal dengan ilmu pengetahuan dan skill dari perguruan, saya akan melihat dalam pikiran saya apa yang seharusnya saya lakukan apabila saya menghadapi situasi yang sama di masa depan. Saya juga melakukan hal yang sama tiap kali bisnis saya menguntungkan. Saya akan memikirkan cara-cara bagaimana saya membuat lebih berhasil, dan melihat bayangan tersebut dalam pikiran secara berulang-ulang.
Juga, untunglah saya selalu ingat pesan coach agar tidak lepas kendali diri sehingga setiap kegagalan forex tidak sampai mengakibatkan hidup jadi gelandangan. Goed voorgaan doet goed volgen (Lead by example). Sebab ada yang “lupa” daratan hingga menggadaikan atau jual rumahnya agar uangnya bisa diinvestasikan di bisnis ini. Akibatnya ada yang sampai diusir dari rumah kontrakan.
Bisnis valas harus menganut filosofi dasar: Bukan soal berapa jumlah uang yang akan Anda peroleh, melainkan berapa jumlah uang yang siap Anda habiskan. Gambarannya, jika seseorang kerja keras sepanjang tahun hingga memperoleh uang Rp 1 miliar, akan sangat keliru kalau menggunakannya untuk main forex. Tetapi jika seseorang mendapat lotere Rp 1 miliar, yang Rp 800 juta untuk beli rumah/tanah, Rp 100 juta untuk beli kendaraan, dan sisanya untuk main forex, silakan saja.
Meskipun demikian, meski strategische investering yang diajarkan saya formule 90:10, tetap saja kemudian kemudiannya dampak loss itu terasa. Sebab, setelah berulang kali diakumulasikan dan didapatkan nilai investasi yang besarannya bagi ukuran masyarakat ekonomi menengah relatief besar, ketika kapitaal itu lenyap ditelan kerugian selisih koers, akan, rasa sakit akibat hilangnya uang itu tetap terasa. Sebagai contoh, di awalnya katakanlah saya investasi E 100 dari E1000 yang saya miliki. E 100 itu berkembang dan berkembang hingga pada akhirnya saya berani investasi E1000 dari E10.000 yang saya miliki. Meningkat lagi hingga kemudian saya berani investasi E10.000 dari E 100.000 harta saya. Langkah terakhir ini jika mendadak E10.000 itu hilang lenyap tak berbekas, tetap saja terasa bagai dipukul voorhamer. Bayangkan, hilang E 10.000 sekitar Rp 100 juta lebih; meski saya sudah punya E 100.000. Ini karena kami di Unisyn diajarkan: menilai sesuatu tidak hanya dengan cara membandingkan terhadap total keseluruhan yang kita miliki tetapi juga relatif jika nilai uang sebesar itu digunakan oleh masyarakat yang tidak memiliki E 100.000, tetapi misalnya E 10.000 atau bahkan E 1000! Bagi orang yang cuma punyanya E 10.000 bisa jadi uang sebesar ini juga akan mereka paksakan buang untuk pengeluaran sesuatu yang mendesak, misalnya biaya anak sekolah. Ekstrimnya lagi, bagi pemilik harta E 1000, untuk harus keluarkan uang E 10.000 mereka tempuh dengan jalan berhutang; misalnya demi untuk membayar biaya opname perawatan hospitaal. Disinilah beruntungnya saya dididik di perguruan. Sebab bagi orang yang tidak pernah diarahkan ke sana akan selalu memandang sesuatu dari sudut pandang yang mudah saja. Itulah makanya kenapa banyak investor yang ketika jatuh terpuruk bisa sebegitu dahsyatnya bagaikan ditelan bumi. Karena mereka ini dibiasakan mudah saja melihat, contohnya kasus di atas – keluar E 10.000 tapi dalam pikirannya “kan masih punya E 100.000”.
Terkadang, disaat kondisi seorang trader loss besar-besaran, ia pun merasa “sendirian”, spanning, depressie, hancur dan probleem pun seakan bertumpuk menjadi satu. Perasaan tersebut dapat menghanyutkan pikiran menjadi tidak rasional sehingga larut dan terpuruk semakin dalam. Untunglah di setiap kali saya hancur terpuruk, dimana tidak ada seorang teman bahkan keluargapun yang peduli, saya masih punya coach yang dengan senyumnya saja sudah lebih dari cukup bisa membangkitkan saya lagi. Beliau pernah sengaja mengirimkan CD berisikan lagu “you are not alone” dari Michael Jackson. “Saya tidaklah sendirian” pula dalam perjalanan trading itu. Berbagi / sharing dengan coach menjadi medicijn bagi seorang trader seperti saya untuk bangkit dari keterpurukan.
HAMPIR BUNUH DIRI
Terburuk dari pengalaman saya adalah ketika kegagalan itu datangnya berkali kali, terus menerus sampai sampai saya sempat berpikir keberuntungan tidak akan pernah lagi berpihak pada diri saya. Dalam bisnis, jika kita gagal, kemudian usaha kedua kita berhasil, atau contoh ekstrimnya dalam sekuensial begini: gagal>sukses> gagal>gagal>gagal>sukses…. Kita masih lihat ada secercah harapan. Tapi bagaimana kalau grafiknya terjadi seperti ini: gagal>sukses> gagal>gagal>gagal>gagal…. Hingga menghabiskan total cadangan uang kita yang diperuntukkan untuk itu??? Kemudian apa jadinya jika setelah coach saya sebagai penyandang dana mengisi kembali cadangan modal bisnis, kemudian kembali saya loss, menguapkan uang yang telah diisi itu, tetapi kembali lagi dan lagi saya habiskan di valas??? Begitulah, saya pernah mengalaminya! Saya sampai hampir ambil keputusan akan berhenti total dari bisnis valas dan berpikir mau jadi manusia hidup biasa biasa saja. Sebab untuk memulainya lagi sudah tidak ada kapitaal tersisa dan untuk memintanya lagi ke coach saya sudah malu sekali.
Pada saat yang bersamaan saya juga lalai lakukan program zelf training harian, WTT routine (Walk The Talk) macet. Padahal inti dari pelatihan di Unisyn adalah segala sesuatunya harus dijadikan ‘way of life’. Akibatnya fataal! Di saat mind saya terganggu, terus berlanjut gangguan sedikit banyaknya pada body and soul. Celakanya, diri pribadi saya tidak dalam keadaan ter’benteng’. Keadaan ini tidaklah terjadi jika saya lakukan Dagelijkse Zelf Training itu, rutin setiap hari (dagelijkse), dimana antara lain terdapat jurus jurus preventieve seperti fortress dalam Dynamic Relaxing Technique atau Eagle (DT) bahkan ketika pikiran yang begitu kalut berkecamuk sebetulnya dengan mudah dinetralisir dengan techniek techniek grounding (SR)
Sekedar informatie, jiwa manusia bisa pergi karena berbagai hal; bisa karena masalah cinta asmara, masalah hutang piutang, masalah lain sehingga jiwanya kacau dan tidak dikontrol oleh kesadaran ruhnya. Akibatnya, seseorang tersebut bisa jadi bunuh diri!
Kala itu terjadilah klimaks terhadap mindset saya akibat stress yang terakumulasi berkepanjangan. Saya langkahkan kaki tanpa tujuan. Pandangan saya loos. Belakangan saya ketahui, dalam langkah saya tak jelas kemana arahnya. Beberapa teman saya mendapatkan saya sedang berjalan setengah gontai. Mereka menyapa, tapi saya terdiam saja dan memang saya tidak dengar sama sekali panggilan mereka. Saya terus langkahkan kaki hingga tahu tahu saya sudah sampai di pantai Natsepa. Bayangkan! 18 km saya berjalan kaki tanpa arah. Kemudian sesuatu yang mengerikan nyaris terjadi. Melihat laut dengan debur ombak sedang meninggi waktu itu, saya merasa seakan akan ada yang memanggil manggil nama saya dari kejauhan di tengah laut dan menyuruh saya kesana. Saya terus melangkahkan kaki dari mulai laut merendam mata kaki saya hingga tiba tiba saya dikagetkan oleh suara coach memanggil nama saya dari belakang. Saya tersentak melihat ke belakang. Saya tersadar di pantai sore menjelang maghrib itu sudah sepi; tidak ada orang. Barulah saya sadari air laut sudah sampai setinggi dada saya! Masya Allah! Saya segera berbalik lari menuju pantai dan pulang ke rumah dalam keadaan baju basah. Beruntunglah saya punya coach yang bukan sekedar a successful life coach melainkan coach yang memiliki 6th sense. Belakangan setelah kejadian itu dan berkesempatan menemuinya di Denpasar (Bali), dia cerita waktu itu mendadak dimunculkan bayangan wajah saya secara sekilas pada saat dia sedang sibuk sibuknya Budget Meeting di hotel bintang 5 tempatnya bekerja sebagai Financial Controller. Dia langsung minta izin meninggalkan ruang meeting sebentar, lakukan Astral Projection, proses LONCATAN KESADARAN dari kesadaran FISIK menuju kesadaran JIWA. Saat kejadian itu coach menembakkan energy destruction melalui teknik push forward disambung kiriman shield energy untuk membentengi diri saya dan ditutup kiriman vibrasi energinya yang mengguncang tubuh metafisik saya. Beberapa lama setelah kejadian itu saya disamping berterima kasih kepada Allah juga berkali kali merenung, kalau saja my coach hanyalah seorang success coach, bukan seorang Universal Synergy coach, besar kemungkinan saya tidak bisa menuliskan cerita saya ini.
Setelah kejadian itu coach lakukan mind reading terhadap saya. Ternyata respons beliau mengenai kerugian besar yang saya sedang alami di valas sama sekali di luar perkiraan saya. Dia hanya kirim email singkat:”Sabar ya, tunggu saya kumpulkan uang setiap bulan hingga 6 bulan ke depan dan setelah itu kita mulai lagi”. Ongelooflijk! Saya sudah mengira tadinya coach akan sebegitu dahsyatnya marah ke saya tapi ternyata beliau memang manusia bermental baja; di atas rata rata. Di akhir emailnya beliau sisipkan beberapa quote dari orang orang terkenal:
“If at first you don’t succeed, try, try again.” – W.C. Fields
“Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.” – Winston Churchill.
“Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall.” – Confucius
Beliau tutup dengan pesan: “Jangan pernah lari dari kesulitan. Setiap kesulitan itu harus dihadapi. Jangan pernah membiarkan diri berada di tempat gelap karena bayangan pun tidak akan menemani kita,” ujarnya mengingatkan. Seminggu kemudian beliau memberikan saya sebuah buku dari John C Maxwell di bukunya “The Difference Maker”. Saya setuju dengan apa yang diungkapkan di buku itu bahwa “Failure doesn’t mean you’ll never succeed. It just means it will take longer”.
FAKTOR GAGAL DI BISNIS FOREX
Faktor psikologis fear, greedy and hope membuat rata rata alasan kegagalan trader:
-
Over lot ( kebesaran lot trading ) , 1 pips bergerak bisa bikin jantungan
-
over open posistion (kebanyakan buka posisi), kalau lot kecil posisi banyak juga hancur ..
-
over trading
-
Salah money management
-
Revenge trading (trading motivasi balas dendam), kemarin rugi maka trading kali ini harus untung
-
averaging trading
-
menahan floating loss dan stop loss yang membuat menahan resiko kerugian berapapun
-
berganti trading system dalam waktu yang singkat dan secepatnya ….
-
salah mindset “modal sedikit – hasil tinggi > kaya raya “
Sesuai dengan style dan proving : ” profit assurance and risk avoidance strategies” pelan pelan dengan semakin banyak pengalaman saya tidak harus pusing melihat chart. Cukup buka 1 hari sekali atau 2 hari sekali dan bahkan pernah 1 minggu sekali. Pernah juga lupa tidak pasang tapi harga sesuai dengan OP. Sekedar info:
-
OP : Open Postion ~ Membuka posisi untuk transaksi BUY/SELL.
-
EMA : Exponential Moving Average.
-
SMA : Simple Moving Average. EMA & SMA adalah jenis/tipe dari indikator Moving Average (MA).
Ada lagi settingan/tipe tipe yang lain seperti WMA, LWMA, dll. Bisa dicek di platform Metatrader. -
MACD : Moving Average Convergence Divergence ~ salah satu nama indikator.
Saya tidak pernah lagi sport jantung memikirkan OP. Saya jadi santai kalau kena stop loss dan kalau take profit juga tidak kegirangan. Saya juga bisa menjalani hidup saya seperti orang normal tanpa kecanduan trading seperti dulu lagi. Pesan coach senantiasa saya ingat
“Focus on learning NOT money “
BERHASIL DARI BISNIS FOREX
Soal kesempatan meraup untung memang tak ada yang lebih cepat daripada main valas. Saya pernah hanya dengan mengangkat telefoon selagi saya optimizer (persisnya sedang lakukan Locomotief) di vila pinggir danau Lido, eh bisa dapat US $ 80.000 semalam. Bisa diilutrasikan, jika eetstokjes (sumpit) adalah alat bantu utama kolega saya Aylen dalam bisnis Lamien, telefoon memang diibaratkan schoffel (cangkul)nya Valas Trader. Juga berbagai perangkat komunikasi. Baik untuk bertransaksi ke seluruh dunia, memantau pasar yang berjalan 24 jam sehari, juga melihat kerugian dan keuntungan uangnya.
Percaya atau tidak, orang yang berhasil di bisnis forex: dia pasti memiliki pikiran yang teliti, tekun, cerdik, percaya diri, komitmen kuat, bertanggug jawab, bisa membaca pasar dan situasi, tidak mudah menyerah, memiliki strategi yang jitu, tangguh, berwawasan luas, sedikit bicara banyak kerja, tahan mererima tekanan tinggi, sedikit terori banyak praktek. Selalu mengavaluasi diri jika gagal dan salah, suka belajar dari keberhasilan orang lain. Tahu dengan pasti kapan dia akan berinvestasi dan kapan dia harus menjual produknya. Tertib aturan dan selalu menaatinya. Bisa mengendalikan dan controle emotie dalam rangka kesukesan yang nyata.
Juga percaya atau tidak, semua sikap dan sifat tersebut bisa diperoleh dari hasil trainen di Unisyn academie. Perguruan sudah merubah tidak hanya pola pikir saya tetapi diri saya semakin bukanlah Ningsih yang dulu lagi, sudah terjadi zelf transmormatie. Sering kali dalam usaha valas ini saya sampai berhari hari tidak tidur karena sewaktu saya akan berangkat tidur di malam hari, bursa forex di Amerika baru saja mulai. Saya semakin mengerti kenapa dalam pelatihan itu apakah T3 atau Avontuur (Away Weekend) sebetulnya adalah simulatie bagi diri kita dipersiapkan ke bentuk nyata dalam mengais extra income nantinya. Ibaratnya pelatihan keras, disiplin ketat dan penderitaan maha hebat di Unisyn itu barulah berupa trainingskamp bagi tentara tentara elite, makanya jenis pelatihan kami disebut “Surviving The Cut”. Kemudiannya tentara dalam pasukan itulah kemudian diterjunkan ke petarungan yang sebenarnya, yaitu medan laga. Sama saja konsep di Unisyn itu. Kalau dalam T3 kita sering menyengaja datang terlambat lalu pulang duluan, tugas selalu nanti nanti baru klaar, Daily Optimizer banyak bolong bolongnya maka ketika diterjunkan ke echte wereld (dunia nyata) melakukan bisnis maka demikian itu pulalah mentaliteit yang seperti itu juga akan dibawa bawa. Kalau di T3 kita dihukum fisik setiap berbuat kesalahaan, termasuk lupa, malas dan sejenisnya sampai klimaksnya kita dikeluarkan dari perguruan, tetapi dalam real world hukuman itu jauh lebih dahsyat. Di valas jika kita lalai controleren, dampaknya langsung ke uang kita yang menguap dalam hitungan detik bisa sampai ratusan juta rupiah. Tidak ada ketika dalam bisnis itu kita argumenteren harus urus anak, tidak dikasih izin suami, salju sedang turun, atau pemikiran kita ini sudah emak emak atau opa opa….sedangkan gerak akibat kita te laat saja bisa fataal. Dari itulah menjelang pencapaian Financial Freedom semakin saya menyadari ucapan coach saya memang berada di puncak itu selalu sepi, sedikit orang ada disana. Mereka mereka yang masih memelihara mental inlander bisa dipastikan tertinggal dibawah.
Tujuan awal dulunya saya trading adalah untuk mencoba membuat uang kecil setiap hari, lalu melanjutkan trading bisa menghasilkan lebih banyak uang. Tetapi ingat bahwa bisa juga membuat kehilangan uang yang sudah didapat. Salah satu pelajaran terpenting ialah alasan dari kesuksesan seseorang dalam bisnis ini adalah jika dia bisa bertindak sesuai dengan kepentingan utamanya. Dia tahu bahwa berharap dan berdoa agar pasar bisa bergerak ke arah tertentu tidak memiliki dampak apapun terhadap kearah mana pasar bergerak sebenarnya. Nee, tidak. Hal yang membuat seseorang berhasil dalam trading adalah apabila dia mengetahui kepentingan utamanya untuk mendapat kan perdagangan yang menguntungkan dan menghindari perdagangan yang merugikan atau setidaknya membuat kerugian tetap berada dalam jumlah yang kecil.
Anda tidak bisa memaksa pasar untuk melakukan sesuatu. Anda tidak bisa mengontrol pasar untuk melakukan apa yang anda inginkan. Jadi anda musti bisa mengontrol diri anda untuk memenuhi kepentingan utama anda.
MENJELANG MASA KRITIS
Menjelang pencapaian saya menuju penghasilan passief, saya harus melalui fase conversie dari actief ke passief (Square 7 ke 8) yang disebut critical mass. Istilah kritische massa ini diberikan oleh Anthony Robbins dalam pengarahan mengenai Financial Freedom. Unisyn tempat saya berguru memang banyak mengikuti ilmu ilmu dari tokoh Life Coaching and Personal Coaching Solutions no# 1 di dunia itu. Di fase masa kritis ini coach saya semakin ‘menancapkan kuku’nya pada saya, sebab di fase ini disebut Point of No Return. Coach sudah banyak sekali menanamkan waktu, tenaga, pikiran dan juga biaya pada diri saya tanpa pamrih. Peraihan keadaan Financiële Vrijheid (Bebas Keuangan) tinggal beberapa stappen lagi. Dari itu semua coaches di Unisyn pada taraf ini menunjukkan sikap yang serba ekstra ke murid muridnya – ekstra tegas, keras, bahkan terkadang terasa kejam sekali. Pendeknya disinilah istilah pelatihan keras, disiplin ketat dan penderitaan maha hebat itu mencapai puncaknya di stadium ini. Hukuman seperti push up, sit up (kepala atau kaki diangkat), squat jumps (pria) kesemuanya dalam hitungan 100x, juga kombinasi bentuk Dynamic Tensioning seperti Sprint, Pogo hingga Spiderman (crawling) di lantai sejauh 500 m sudah jadi makanan setiap kali ketemu. Memang semi-militer. Di segi psikis juga ada, seperti dibentak bentak, puasa, menulis kembali Dream hingga ratusan kali di buku macam hukuman anak basisschool, kungkum di sungai tengah malam di daerah pegunungan…masih banyak lagi. Belum lagi hukuman dalam bentuk positieve actie seperti melepas satwa liar ke alam bebas, menyantuni fakir miskin, yatim piatu, kerja sosial… dsb dsb. Tetapi setelah kemudiannya saya meraih EF saya peroleh banyak sisi positifnya, apakah itu di segi kedisiplinan, sportifitas, termasuk tubuh saya semakin ‘menjadi”.
Ini juga terbukti pada suatu kesempatan sekitar tahun 2008 dimana kami para siswa yang sudah mencapai EF berkesempatan berkumpul dalam beberapa acara. Kami saling temukan bahwa tubuh para siswa EF bagus semua; langsing, keras padat berisi, spier, atletis tetapi meski demikian yang wanita tetap terjaga kehalusan kulitnya, BERSIH. Tentu saja karena kami semua selalu JAGA dalam makan. Tidak sembarang makan apa saja bahkan cenderung diet ketat. Sebagian besar dari kami puasa mutih sudah jadi program rutin atau minimal menjadi vegetarian.
Tangan siswi perguruan Unisyn tidak ada yang istilahnya “kapalan”, malah halus lembut dan tidak kelihatan spier (berotot). Spier tersembunyi di dalam daging sebab jenis pelatihannya bukan macam angkat beban (halter) yang bisa mengakibatkan spier ke luar seperti Hulk. Tetapi dibalik kehalus lembut tangan tersebut sanggup mematahkan besi batang 5R, kikir hingga balok es. Ada sedikit cerita mengenai itu. Pernah saya dan Fatma diundang datang ke pesta ulang tahun teman saya asal Ambon yang kini menetap di Jakarta. Ada sekitar 30 orang tamunya, sebagian besar orang Ambon dan Manado. Seperti biasa pesta di kalangan orang Maluku selain ada making (makan) juga disisipi minum minuman keras, termasuk saguer. Ada seorang pria sekitar 40 th usianya tingginya hampir 1 ½ kali badan saya dalam keadaan mabuk. Badannya tidak hanya tinggi tapi besar dan bertato. Memang preman. Dia coba ganggu Fatma, ajak badansa, tidak sopan. Fatma memang cakadidi (genit), tapi Fatma tidak suka perlakuan pria itu. Tamu tamu yang lain tidak ada yang berani mencegah. Akhirnya sayalah yang maju menegurnya. Dia marah. Sasaran berpindah dari Fatma ke saya. Dia coba berkali kali sentuh badan saya, selalu saya hindar dengan jurus hindar dari Unisyn. Agaknya ini membuat dia kesal dan puncaknya dia coba kasi pukul saya, bikin saya takojo (terkejut). Secara reflex saya tangkap kunci dengan jurus Krav Maga dan dilanjut dengan jurus maut Merpati Putih menyodok atas mengenai rahang bawahnya. Dia tidak hanya terjatuh kebelakang, pingsan, tapi rahangnya bergeser dan retak. Kesemua teknik bela diri itu saya peroleh di perguruan Unisyn. Dokter segera dipanggil. Kata dokter “untung” dia sempat bergerak sedikit menghindar. Kalau tidak, lehernya patah dan akan menggumpal perdarahan di dalam yang akan berakhir dengan kematian. Teman dan tamu tamu yang hadir di situ atas kejadian ini spontaan jadi melihat saya dengan tatapan mata terheran heran. Seakan semua berkata dalam hati mereka:”siapa jojaro (gadis) manise ini? Siapa dorang??”. Waktu dokter mau pulang segera saya dan Fatma juga pamit pulang.
Satu hal yang jelas dan cukup bisa membedakan kami, para siswa perguruan Unisyn. Kami bukanlah cuma sekelompok orang yang belajar cara berbisnis, entrepreneurship, tips tips kesuksesan ataupun teknik teknik pengembangan emosional dan spiritual. Ternyata kami juga bisa mematahkan leher orang, kalau mau.
MERUBAH PENGHASIAN AKTIF KE PASIF
Kenyataannya masih banyak orang di dunia ini mengira untuk merubah penghasilan actief ke passief itu mudah, semudah menekan schakelaar lampu. Penghasilan actief adalah penghasilan yang didapat dari bekerja, berusaha. Wah, kalau memang demikian kenapa sedikit sekali jumlah orang di dunia ini yang punya penghasilan passief. Juga masih banyak salah menduga dikira jika seseorang itu punya penghasilan actief yang massief kemudiannya automatisch orang itu punya penghasilan passief. Salah sekali. Mentang mentang sudah bekerja di perusahaan multi-nasional dan punya salaris besar atau penghasilan dari bisnisnya sudah dahsyat besarnya lalu mengklaim diri “saya segera akan punya passive income”. punya Penghasilan passief situasi dimana bukan lagi orang bekerja demi menghasilkan uang melainkan uanglah yang bekerja untuk kita tidaklah bisa diperoleh semudah membalik telapak tangan. Saya bersyukur selalu kepada Allah swt telah dipertemukan dengan Unisyn dan khususnya dengan coach saya yang kebetulan juga Tokoh Pendiri Perguruan ini; dimana rahasia conversie dari active ke passive income dibuka!
Saya bagi sedikit info untuk anda bahwa untuk memperoleh Unstoppable Income, demikianlah istilah perguruan untuk passive income, anda harus lebih dulu punya Massive Assets. Anda dapat memeroleh pendapatan passief dari sini.
Sejak awal saya berguru di Unisyn sudah diajarkan:”bekerja sekali, namun mendapatkan hasil selamanya“. Ini berlawanan dengan kerja sebagai karyawan, dimana kita mendapat hasil sesuai dengan kerja kita. Hal ini dapat dicapai apabila kita mampu merubah sumber income kita yang semula adalah “active income” menuju “passive income“. Untuk itu cara terbaik adalah dengan memiliki bisnis sendiri. Tetapi kenapa banyak business owner yang gagal? Karena mereka tidak menerapkan prinsip learn before you earn. Jadi belajarlah lebih dahulu, sebelum menuai hasilnya, sehingga sebagai business owner kita tidak sekedar make the money tetapi juga manage the money sampai pada titik dimana business berjalan menjadi usaha yang profitable dan kemudian – that work is to be done without me. Dengan tercapai ke adaan ini akan terciptakan cashflow yang banyak dan stabil, apakah Anda terlibat langsung atau tidak. Beberapa kolega saya di peguruan ada yang melalui tahapan jadi Business owner dulu. Di perguruan kami, mereka yang sudah sukses jadi ultra kaya tanpa melalui proses Business Owner melainkan ke fase Investor hanya baru 3 orang dan ketiga tiganya terkait di Future Trading, yaitu saya di bisnis Forex, Susi Rusanti (Saham) dan Sonny W Wicaksono (Komoditi). Kolega kami yang lainnya kemudiannya beralih ke kuadran kanan Investor setelah sebelumnya sebagai Business Owner.
FINANCIAL FREEDOM
Akhirnya di tahun 1996, 2 tahun sebelum terjadi krismon di Indonesia, saya dinyatakan telah mencapai Financial Independent. Ini artinya saya hanya butuh waktu 4 tahun dari memulai bisnis di th 1992 hingga berhasil membuat uang bekerja untuk saya, bukan sebaliknya. Setahun berikutnya (1997) kekayaan saya melambung sudah sedemikian tinggi sehingga status keuangan saya sudah Financial Freedom (FF), kondisi dimana jumlah penghasilan passief yang mengalir ke saya setiap bulannya sudah sedemikian deras, jauh melebihi kebutuhan bulanan saya. Di awal awal pencapaian FF penghasilan saya per bulan ‘baru’ mencapai 20.000 Gulden atau sekitar Eur 10.000 passief. Betul, salaries seorang Directeur perusahaan multi-nasional bisa lebih dari itu, tetapi actief. Bisa punya penghasilan pasief sebesar Eur 10.000 misalnya diukur dengan rente di Belanda 1.2% per tahun untuk Bank Termijnrekening (Time Deposit) identiek dengan memiliki kekayaan Eur 10 juta! (Itu dulu). Siapa, Directeur yang mana, punya harta sebesar itu?
Dengan penghasilan yang sudah tak terhentikan lagi ini (Unstoppable Income) saya minta izin ke coach agar diperbolehkan bawa keluarga saya jalan jalan ke Belanda sekalian mengunjungi saudara saudara kami yang sudah lama bermukim disana. Tentunya banyak yang tahu bahwa orang orang Maluku, terutama Ambon, punya banyak saudara di belanda. Tidak masalah bagi coach pada rencana wisata saya itu dan sebetulnya saya juga mengajaknya turut serta tapi beliau tidak berkenan.
MENIKAH
Kami berwisata ke negeri kincir angin itu. Semua tempat tempat yang indah tidak kami lewatkan. Salah satunya kami singgah di Volendam. Kota ini adalah desa nelayan dimana kita dapat berfoto menggunakan pakaian tradisional Belanda. Selagi keluarga saya masih terus belanja souvenir, saya duduk sebentar di bangku yang sengaja disediakan buat turis yang letaknya di pinggir pantai agak ke atas sehingga bisa melihat laut dari atas. Pas kebetulan di tempat duduk itu ada seorang pemuda Belanda sudah lebih dulu duduk di samping saya. Disitulah awal saya berkenalan dengan pemuda yang kemudiannya menjadi suami saya yang sekarang ini. Namanya Garreth Teen Van. Dia bekerja di Diamond Point B.V. dengan posisi manajer. Diamond Point ada di kota terbesar di Belanda – Amsterdam. Belanda terkenal sebagai tempat pengasahan berlian no. 1 di dunia. Belumlah lengkap berwisata di negara ini tanpa mengunjungi workshop pengasahan berlian ternama.
Hanya dalam kurun waktu singkat selama sebulan di Belanda, Garreth menyatakan serius ingin melamar saya. Ini tidak tanggung tanggung dia tunjukkan dengan memperlihatkan dan memasangkan cincin sebagai mas kawin berupa mas putih yang bertatahkan berlian. Tentunya bukan karena dia bekerja di pabrikan berlian. Saya jadi terperangah dan speechless, tidak tahu harus bilang apa. Saya terima saja cincin tersebut tetapi jadinya saya sengaja mempersingkat waktu kunjungan wisata saya ini dan musti balik ke tanah air. Sebetulnya bukan sekedar untuk memberitahukan keluarga saya di Ambon, melainkan untuk sengaja saya ambil waktu 3 malam di Jakarta ketemu dengan coach saya dan memberitahukan kejadian ini. Ada istilah di perguruan kami – Your coachline is your lifeline; sampai sebegitunya. Peran coach bukan hanya terbatas melatih melainkan ‘mengatur’ hingga your day to day life! Dan saya tidak akan pernah mempermasalahkan hal itu, demikian juga semua kolega saya di perguruan. Sebab dibandingkan dengan hasil atau faedahnya yang akan atau telah kami peroleh hingga seumur hidup punya Financial and Time Freedom, bukanlah apa apa.
Namun sungguh di luar perkiraan saya semula, coach yang selama ini saya tahu begitu pernah mencintai saya dulunya cuma menanggapi rencana pernikahan saya ini dengan senyum lebarnya yang khas diiringi matanya yang sengaja setengahnya ditutup mirip koala. Hiiih sungguh menjengkelkan. Sampai sampai sebelum saya pisah untuk kembali menuju Ambon saya beranikan tanyakan ke dia apakah reaksi dia seperti itu karena saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan seseorang, termasuk salah satu siswinya yang kerap kali dia banggakan – Dewi Ratna. Tapi herannya dia jawab tidak dengan penuh kepastian dan meyakinkan sambil menggelengkan kepala, berulang kali. Terus terangnya reaksi seperti ini bukanlah yang saya harapkan. Saya kira dia akan mencegah saya untuk itu.
Di bulan November 1997 saya menikah. Dimana? Di Masjid Al-Ukhuwah Kapaha, mesjid yang semula saya harapkan akan jadi tempat pernikahan saya dengan sang coach dan sudah lama tertera di Dream Book saya. Mesjidnya sudah benar, tapi yang jadi jonggehuwde bukan coach. Sampai menjelang detik detik ijab kabulpun mata saya masih sempat saya layangkan ke sekeliling dengan harap cemas siapa tahu coach saya hadir di situ. Tidak ada. Hingga selesai acara dan hingga resepsi pernikahan di malam harinya. Di zaman itu masih lumrah orang memberi hadiah perkawinan berupa cadeau. Jadi keesokan harinya saya dan Garreth membuka cadeau satu per satu dan…ketemu sebuah cadeau berupa sekuntum bunga mawar terbungkus rapi plastik bening yang ditempel di kotak cadeau yang, ketika saya buka, berisikan tiket pesawat, sepasang jam tangan pria dan wanita yang tidaklah murah harganya, merek Cartier. Les Must de Cartier. Siapa lagi kalau bukan dari coach. Jadi ternyata dia hadir kemarin di pernikahan saya itu, tapi tidak mau menunjukkan batang hidungnya dan dengan modal tiket pesawat bayar sendiri. Tiket dari saya dia kembalikan. Hmmmh…. mijn geliefde coach. Sungguh menjengkelkan.
Setelah menikah, saya diboyong Garreth ke Belanda, menetap disana. Beberapa kali coach kirim email tapi tidak saya jawab. Isinya seputar permintaan maaf dia tidak muncul di pernikahan meskpiun dia mengakui sebetulnya dia ada di situ. Dia juga menanyakan kelangsungan pelatihan. Saya selalu tidak menjawabnya. Sengaja. Dia belum tahu nomor telpon saya di belanda dan di tahun tahun ini meski hand phone sudah ada dan banyak di Belanda tetapi belumlah populer. Masih banyak orang yang enggan menggunakannya, bukan karena tidak mampu.
Akhir tahun 1998 coach akhirnya menikah dengan gadis pilhannya. Meskipun saya sudah menikah, tetapi jujur sewaktu menerima email dari dia dan di malam hari pernikahannya saya sempat menangis, mengenang kembali hari hari indah dengan seorang pria yang di mata saya nyaris sempurna, een heel aardige meneer (a very nice gentleman). Tetapi di hari itu juga saya sadar, meskipun saya sudah berhasil mencapai keadaan Financial Freedom bukanlah berarti saya bisa memiliki segala galanya di dunia ini. Saya memutuskan bahwa saya dan coach kini sudah punya jalan dan kehidupan pribadi masing masing. Saya menghormati itu.
MENJELANG EF
Sebetulnya diam diam saya terus mengikuti seluruh guidance dari Unisyn dengan tekun. Tibalah saatnya di tahun 1999 apa yang selama ini saya tunggu – pengakuan pencapaian EF (Economisch Vrij). Barulah saya kirim email singkat memberitahukan kemungkinan saya sudah berada di posisi EF. Tidak lama, esoknya coach bukan saja sudah menanggapi email saya tetapi juga menyampaikan informasi bahwa dia akan singgah di Belanda dari Swiss dalam tugas perjalanan keliling dunia dari kantornya bekerja. Betullah, dia muncul di schiphol airport. Saya jemput, sekalian saatnya pembalasan, dalam hati saya berkata. Saya lakukan apa yang selama ini bertentangan dengan apa yang selalu dia ajarkan ke saya Eenvoudige Levensstijl (Pola Hidup Sederhana). Saya jemput dengan mobil yang sengaja baru umur seminggu setelah saya beli – Bentley seri Arnage. Sebuah mobil super lux, ‘saudara’nya Rolls Royce (mobil termahal di dunia). Sudah tentu dia kaget bukan kepalang. Dia segera buka dengan pertanyaan:”ini mobil kamu, Sih?”. Saya jawab “ya”. Dia konfirmasi lagi “milik kamu pribadi?” dan kembali saya mengiyakan. Sepanjang jalan menuju rumah saya dia lebih banyak diam, tapi sebagai siswi perguruan yang sudah cukup tinggi tingkatnya jelas saya bisa mind reading dan saya tahu dalam hatinya dia kesal sekali. Rasain!!!
Setiba di rumah coach saya perkenalkan dengan Garreth. Saya sudah siapkan hotel bintang 5 terdekat, tapi dia lebih suka tinggal di rumah saya. Dalam hati saya sempat berkata kepada diri sendiri “Nantang dia ya. Berani menginap di rumah mantan kekasihnya dan ada suaminya lagi”. Namun bisa bisanya dia bertingkah laku ‘biasa saja’ seakan akan tidak ada apa apa. Hebat.
Kemudiannya coach melakukan prosedur evaluasi EF dan hasilnya? Dia tidak mau kasih tahu. Sudah jelas saya protes. Tapi dia tenang saja, sambil berkata:”kamu saya kasih tahu hasilnya jika sudah selesai menjalani hukuman dari saya”. Kemudian dia kasih pribahasa dalam bahasa Inggris: Don’t praise the day untill it is evening. (Don’t celebrate untill you are 100 % sure there is a reason to do so); yang dalam bahasa Belandanya juga ada: Men moet de dag niet prijzen voor het avond is. Hiiiiih…. Hampir hampir kebiasaan saya dari dulu kalau marah di dekat dia terjadi: tangan melayang dan… hampir mendarat di mukanya kalau saja tidak segera ditangkap oleh suami saya. Garreth memang seorang pria yang sangat penyabar dan penuh pengertian. Terutama dengan sifat saya yang keras dan mau menang sendiri. Dia sudah kenyang dan hafal makanya dialah selalu yang menengahi dan meredam amarah saya. Dia tahu kalau tiap kali saya lagi marah dia akan meredakannya dengan belaian dan kata kata yang lembut. Berbeda dengan coach saya. Setiap kali saya marah dia berlagak tidak tahu, tidak peduli, santai. Ada saja reaksi cueknya, mulai dari mengambil buku untuk dibacanya, mengalihkan pandangannya ke tv atau apa saja. Saya punya sifat buruk: kalau lagi marah harus diberi perhatian ekstra. Reaksi coach itu jelas jelas bikin saya semakin marah tapi dia tidak peduli. Hal yang menggemaskan, semakin saya marah, coach makin santai dan malah makin kelihatan senyum senang menyungging di bibirnya. Sering karena ulah ini kedua ibu jari tangan saya taruh di kedua ujung bibirnya, masuk ke mulutnya dan menarik serempak ke kanan dan ke kiri agar senyumnya makin terlihat melebar dan terus saya jaga disitu agar tidak bisa dia berhenti dari senyumnya.
Lalu apa hukumannya? Saya disuruh tidur di mobil itu setiap malam selama seminggu! Gila! Tapi yah apa boleh buat. Apalagi ditambah dengan Garreth menyokong penuh atas keputusan coach saya itu. Vervelend!
EF RECOGNITION
Tahun 1999. Hasilnya ternyata memang sangat menggembirakan – saya layak menyandang gelar EF. Sebuah keadaan yang telah lama saya nanti nantikan. Tidak hanya itu. Ternyata saya juga dinyatakan sebagai siswa Unisyn pertama yang menyandang gelar EF.
Awal rencananya saya ingin perayaan EF Recognition di Ambon. Tetapi saya salah perhitungan. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan di rumah orang tua di Kapaha, tempat saya dilahirkan, semua sudah berkumpul dan coach sudah datang, tetapi Garreth mendadak tidak bisa meninggalkan Belanda karena ibunya sakit keras. Akhirnya saran dari coach perayaan dipersingkat dengan pertimbangan suasana yang tidak tepat dan akan diulang sebulan kemudian di Belanda saja. Als de berg niet tot Mohammed wil komen dan moet Mohammed naar de berg gaan (If the mountain will not go to Mohammed, Mohammad must go to the Mountain). Jadi EF Recognition sengaja kemudiannya saya lakukan di Volendam, tempat pertama kali saya bertemu Garreth. Coach, seperti biasa, sama sekali tidak keberatan. Recognition dirayakan di Hotel Old Dutch, tepatnya di Restoran Le Pompadour. Hotel ini terletak tepat di sepanjang pelabuhan Volendam yang terkenal. Hotel ini memiliki restoran seafood di tempat dan kamar-kamar dengan pemandangan IJsselmeer yang luas atau pusat bersejarah desa itu. Kamar-kamar di Old Dutch memiliki perabotan cukup lengkap dan pencahayaan bagus yang kesemuanya adalah rancangan desainer terkemuka. Restoran Le Pompadour menawarkan resep khas Volendam termasuk lobster, tiram, dan sop belut. Bar memiliki aneka minuman. Halte bus terdekat, Zeestraat terletak dalam jarak 2 menit berjalan kaki dan dapat membawa kita ke Stasiun Kereta Api Pusat Amsterdam dalam 30 waktu menit. Edam yang terkenal dengan Edam cheese dan Monnickendam terletak kurang dari 10 menit berkendara dari hotel ini.
Simbol EF berupa strawberry dan red wine kembali diulang disediakan. Tentunya lagu background: Today:
Today while the blossoms still cling to the vine
I’ll taste your strawberries; I’ll drink your sweet wine
A million tomorrows shall all pass away
Ere I forget all the joy that is mine today
Lagu ini aslinya dibawakan oleh John Denver, tapi di hari yang spesial itu saya mengundang Sylvia Saartje yang kebetulan sedang berada di Belanda untuk menyanyikan lagu tersebut. Wanita ini berdarah Maluku – Belanda dan dilahirkan 15 September 1957 di Arnhem, Belanda.
Bisnis Forex yang membawa saya ke kemakmuran memang sangat sulit, tapi tidaklah mustahil. Niet geschoten is altijd mis(If you don’t try, you’ll never succeed).
MIJN GELIEFDE COACH
Tiba hari H-nya dan Waktu W-nya, bukan coach yang datang, melainkan seorang gadis Indonesia yang cantik nan anggun, putih halus lembut, berbadan tinggi tegap, langsing di atas rata rata, di atas tinggi badan saya, rambut panjang. Ia tidak pernah lepas dari senyumnya yang menawan dan datang dari Paris, Perancis. Jadi inilah murid yang selama ini selalu namanya disebut oleh coach, bikin saya penasaran sekaligus cemburu – Dewi Ratna. Dialah senior saya, meski usianya jauh di bawah saya. Mad Jo (Madmoiselle Josephine) demikian call sign-nya, bertindak sebagai Co-coach yang akan memimpin ritual menggantikan coach saya. Kecewa? Sudah tentu, namun apa daya, instruksi dari coach pantang ditentang. Selesai ritual, saya tanyakan ke MJ dimana coach berada tapi dia tidak mau kasih tahu. Saya tidak kurang akal. Saya pinjam camera digital yang sedang ditenteng MJ dengan pura pura mau ambil foto dirinya. MJ bukan cewek biasa. Dia memang berikan tapi sambil mengatakan “anggaplah saya tidak tahu dan tidak melihat apa yang akan mbak Ningsih lakukan” dan dia berbalik pura pura ambil makanan. Ya, memang segeralah saya putar balik frame demi frame ke belakang dan….dapat deh! Foto coach dengan latar belakangnya…windmolen (kincir angin) di daerah yang saya kenal di dekat Edam, hanya 10 menit pakai mobil dari Volendam. Saya segera minta izin pergi sebentar. Saya kebut dengan Bentley kesayangan saya. Sampai di lokasi tidak sulit mencari seseorang di daerah kecil dan sepi di Belanda ini, apalagi di pedesaan. Saya temukan dia lagi duduk di pinggir kanal sungai Ye (Ye-dam> E-dam) dekat windmollen, lagi asyik memainkan biola sambil lihat beberapa angsa berenang disitu. Itulah, sosok pria yang sudah membawa saya ke keberhasilan EF. Disampingnya duduk seorang pria yang seusianya. Kemudiannya saya tahu bernama Sonny Wahyu Wicaksono, adik seperguruan yang masuk 2 tahun (1992) setelah saya. Sonny sedang memainkan fluit (seruling) duet lagu klasik yang sangat saya kenal, karena merupakan lagu favoriet saya: Minuet opus no.13 in E Major dari Boccherini.
Saya tidak kuasa menahan tangis, dia menoleh ke arah saya datang. Dia menyapa dengan senyumnya yang khas “Ningsih. Kenapa kesini?” Saya tidak jawab tapi langsung merengut bajunya erat erat, marah dan meledaklah tangis saya. Kini saya pukul pukulkan tangan saya ke dadanya, dia biarkan sampai keluar semua luapan emosi saya dan akhirnya saya benamkan wajah saya ke dadanya. Aroma wangi lembut dan menyegarkan tercium dari parfum tokoh yang kami para siswa sering menyebut beliau dengan ‘pendekar harum’. Setelah tenang, saya tanyakan kenapa dia tidak hadir di upacara EF Recognition saya. Dia cuma bilang sambil matanya diarahkan kembali ke angsa angsa itu “Itu pestamu Ningsih. Enjoy it”. Saya membantah keras tapi dia tidak menggubris. Mas Sonny kemudian datang menggiring coach saya balik pulang segera ke bandara mengejar pesawat. “Apa dong yang bisa saya balaskan atas jasa baik mas selama ini?” Tanya saya dengan nada amat kesal ke coach. “Ningsih sudah EF kan? Ya sudah. Itu sudah lebih dari cukup kalau mau dihitung sebagai balas budi. Karena kesuksesan itu sangat berarti bagi saya, membahagiakan saya”. Dia berkata begitu sambil melangkahkan kakinya menuju mobil. Saya terpana, diam tidak bisa berkata apa apa, takjub ada manusia seperti itu di dunia ini. Berbuat jasa tanpa pamrih. Di dalam mobil dia buka kacanya sebentar dan menutup pembicaraan dengan berkata:”Ningsih, kamu sudah sukses. Apa yang terjadi jika seorang siswa apakah siswa SMP atau SMA sudah tamat? Gurunya bukan lagi jadi gurunya, bukan? Nah, demikian juga kita. Ningsih bukan lagi murid saya. Lupakanlah saya. Tidak usah ketemu atau cari saya lagi apalagi memikirkan bagaimana balas budi. Nikmati hidup. Enjoy the rest of your life. Be Happy”. Saya terus saja seperti disihir, tidak bias berkata atau berbuat apa papa. Baru setelah mobil itu hilang dari pandangan mata saya barulah saya tersadarkan diri. Saya baru saja kehilangan sosok seseorang yang begitu berarti buat saya. Sedih. Sedih sekali.
Orangnya biasa saja, tetapi tindakannya luar biasa.
You must be logged in to post a comment.