Yuningsih’s success Story

Author: Yuningsih Ambar
Yuningsih09b
    1. Joined: 1990

    2. Reference: HD Coach

    3. Coach: HD Coach

    4. Financial Independent 1996

    5. Financial Freedom 1997

    6. Time Freedom 1998

    7. Economically Free 1999

INTRO

Perkenalkan nama saya Yuningsih Ambar. Saya lahir dan besar di kota Ambon, Maluku tahun 1973 tanggal 12 Desember dan tepatnya di daerah Kapaha (Jl. Sultan Hasanuddin). Nama ini berlatar belakang sejarah perang Kapahaha yaitu perang yang berlangsung dari tahun 1637 hingga 1646.  Kapahaha merupakan bukit batu terjal yang terdapat di hutan Negeri Morella dan adalah benteng terakhir yang jatuh ke pihak Belanda di Pulau Ambon.  Perang Kapahaha berakhir ketika benteng Kapahaha dikuasai Belanda. Pejuang yang sempat tertangkap dalam penyerbuan itu disiksa sebagai tawanan di Teluk Sawatelu selama tiga bulan. Kapitan Telukabessy sendiri berhasil lolos. Namun ia kemudian menyerahkan diri. Dia digantung dan dibuang di pantai Namalatu. Sepeninggal Telukabessy, tawanan Kapahaha dibebaskan Belanda pada tanggal 27 Nopember 1664 yang bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Related image

Sedikit info mengenai suku Maluku. Suku ini didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik. Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas. Contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii). Profil tubuh orang Maluku lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria. Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain. Perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa India, Arab. Dari bangsa yang terakhir disebutkan inilah ada dalam darah saya. Daerah Kapaha di Ambon juga dikenal daerah orang orang Arab Ambon. Ini sudah sangat lazim orang orang di Maluku banyak berasal dari keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo. 

LELUHUR DAN KELUARGA.

Keluarga saya untuk kelas sosial di Ambon ini bisalah dianggap dalam keluarga kelas ekonomi menengah. Tapi untuk ukuran Jakarta kami masuk ke golongan bawah. Ayah saya bekerja sebagai pegawai di kantor pos dan ibu mengajar sebagai guru di SMA 1 Ambon di Jl Raya Pattimura. Beruntung karena ibu mengajar disini saya dipermudah sewaktu masuk ke SMA ini dari SMP Negeri 3 di Galala, di Ambon dan SD saya juga di Ambon.

AWAL KENAL TOKOH PERGURUAN.

Image result for Masjid Al-Ukhuwah Kapaha

Ini kejadian di bulan Desember tahun 1989 di usia saya 16 tahun dan baru sekolah di kelas 1 SMA. Saya ingat waktu itu hari Jumat sekitar jam 13. Kaum pria baru saja selesai shalat Jumat di Masjid Al-Ukhuwah Kapaha tepatnya di Pandan Kasturi, Kapaha. Saya dan Fatma – teman saya, sengaja menunggu sampai mereka semua keluar baru kami masuk mesjid untuk shalat Dzuhur. Waktu menaiki tangga mesjid, jalan kami sedikit terhalang oleh seorang pemuda yang waktu itu berusia 28 tahun sedang duduk di tangga dengan kedua siku tangannya ditumpu di pahanya dan kedua tangan saling digenggamkan menumpu dagunya dan pandangan orang ini terlihat menatap jauh ke kerumunan orang disekitar mesjid, sepertinya sedang asyik memperhatikan. Saking asyiknya sampai dia agak kaget waktu saya bilang ‘permisi’ minta dikasih lewat. Dia buru buru berikan jalan sambil meminta maaf.

Selesai saya sembahyang ternyata pemuda ini masih duduk pada tempatnya semula. Tapi dia sudah tidak merenung lagi. Dia melihat saya yang sedang mengenakan sepatu dan dia menyapa saya duluan. Ramah sih tapi begini dia memanggil saya:
“sudah selesai, mbak?”. Saya belum menjawab, karena ada yang perlu saya sampaikan ke teman saya. “Fatma, dong bisa cetak pas photo seng?” Fatma jawab: “o bisa, mo ukuran berapa? “, Selesai urusan dengan Fatma baru saya melihat lagi ke pemuda tadi sambil meminta maaf. “Tidak apa” jawabnya sambil kasih senyum. Baru saya sadar setelah saya perhatikan dengan baik ternyata pemuda ini ‘oke’ juga. Dari dia bukan panggil saya ‘caca’ tahulah dia ini bukan penduduk Ambon. Kami yang notabene Ambon, hidup dari sagu dan ikan bakar colo colo, jang iko iko lai sodara. panggel selalu Caca deng Abang, bukan Mbak atau Mas. Eh, dia malah menghampiri saya dan duduk dekat saya. “Mbak” katanya lagi “kalau mau ke pantai Natsepa bagaimana caranya dari sini?”.

Oh, pantai itu dekat dari sini sekitar 18 km. Kenapa? Nyong…eh, maaf, mas mau kesana kah?”

Maunya sih begitu. Cuma…takut nyasar saja…”

Dalam hati saya tahu, bagaimana bisa orang kesasar di kota kecil semacam Ambon ini? Jangankan kesasar, di Ambon ini jika seseorang memakai pakaian dia pakai di pagi hari dan malamnya ke undangan pesta dengan yang sama, itu sudah pasti orang tahu dia tidak ganti baju. Tapi sudahlah, saya tahu kurang lebih maunya dia apa. Lagi pula penduduk di Ambon ini punya kebiasaan jika ada yang bertanya arah jalan biasanya tidak cukup kami sekedar tunjukkan arahnya kemana tetapi juga sekalian mengantarkannya. Makanya saya sebagai penduduk lokal sini coba tawarkan bantuan: “kalau abang mau kesana besok, bisa saya dan Fatma antar. Tapi kalau hari ini tidak bisa”. Dia mengangguk setuju. Dia menginap di Hotel Ambon Manise – Jl. Pantai Mardika No. 53A. Kamipun bersepakat bertemu lagi di depan mesjid ini besok pagi sekali sekitar jam 6:30.

Image result for hotel ambon manise

DIPERKENALKAN PERGURUAN

Betullah, dia tepat janji. Kami menuju Pantai Natsepa yang terletak di Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Pantai ini landai, lebar dan sangat terkenal sejak dulu, dengan pasir putihnya yang halus dan air laut yang jernih. Untuk mencapai pantai ini dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat, atau angkutan umum trayek suli. Di sini disediakan berbagai fasilitas yang dapat dinikmati oleh para pengunjung antara lain beberapa shelter yang dapat digunakan sambil menikmati indahnya pantai dan pemandangan Teluk Baguala. Pantai Natsepa garis pantainya lurus dan perairannya berarus terhalang oleh Teluk Baguala sehingga ombak yang masuk pun tidak terlalu besar. Jika di hari libur di pantai yang sangat indah ini, para pengunjung dapat menikmati berbagai pertunjukkan yang diberikan pengelola. Pertunjukkan itu antara lain atraksi bambu gila, ataupun permainan lainnya.

Image result for pantai natsepa

Pantai Natsepa

Fatma kebetulan hobby snorkling. Dia ajak saya dan biasanya saya juga suka tapi pagi itu saya lagi malas berenang. Tapi sebelum snorkling dia sempatkan menggoda saya:”Parlente (bohong). Ose seng batobo, ose so pasti mo bakupolo deng ose pung lewa (kamu tidak berenang, kamu pastinya mau berpelukan dengan pacarmu). Tentu bikin saya senyum kecut sambil menimpalinya “mulut rica rica (cerewet)”. Akan tetapi, jujur, setelah itu hubungan saya dengan pemuda ini…sebut saja dengan Aki, terjalin sebagai sepasang kekasih meski terpaut selisih usia cukup jauh – 12 tahun. Aki hanya ada waktu 3 hari di Ambon sebelum balik ke Jakarta. Namun sebelum pulang, dia sempat bercerita bahwa saat itu dia bersama temannya orang Jepang (Yoshihara Osamu) sedang menyusun suatu program pelatihan kesuksesan. Dia menawarkan saya, lebih tepatnya mengajak, untuk mengikuti program pelatihan yang belum diberi namanya itu. Saya setuju saja karena saya pikir tidak ada salahnya mencoba program tersebut dengan harapan kecil ‘siapa tahu saya bisa sukses lewat program ini’ disamping juga pelatihan ini tidak dipungut biaya, alias gratis. Singkatnya sebelum pisah di bandara Pattimura Aki meninggalkan sejumlah berkas tebal foto kopian untuk saya pelajari.

Sepulang Aki ke Jakarta kami teruskan hubungan dengan bersurat suratan, maklum waktu itu e-mail belum merakyat di Indonesia. Sekali dalam sebulan dia interlokal.

MULAI BERLATIH PERGURUAN

Tahun 1990 adalah tahun dimana saya memulai berlatih LDT3 (Long Distance Training The Trainers). Pelatihan jika dibanding era internet dewasa ini sungguh pelatihan di zaman primitif. Mekanismenya seperti ini:

  1. Coach mengirim materi dalam 2 floppy Disk 3 ½” dan dikirim lewat pos; satunya sebagai backup. Sebut saja ini disket 1A dan 1B. Disket digunakan agar bobotnya jadi ringan dan automatis biaya pengiriman jadi rendah dibandingkan materi yang dikirim berupa segepok print out komputer kertas A4. Materi diktat ditulis dalam software word processing bernama Chi Writer. Kenapa bukan software lainnya seperti Word Star atau Word Perfect, karena pertimbangannya bisa WYSIWYG (What You See is What You Get).

  2. Jika sudah saya baca, saya harus keluar uang buat print out. Disket terpaksa diformat karena akan saya gunakan untuk pertanyaan pertanyaan seputar materi T3 tersebut. Ini artinya saya harus sewa komputer. Setelah pertanyaan selesai saya susun, disket 1B ini saya kirim ke Jakarta.

  3. Di Jakarta, oleh coach jawaban atas pertanyaan saya disket 1B ini diketik di disket yang sama.

  4. Sambil menunggu jawaban untuk disket 1B (biasanya sampai seminggu), saya sudah menerima materi lanjutan LDT3 yang juga berupa disket; sebut saja disket 2A dan 2B. Kembali, dari disket 2A saya print out dan saya simpan. Disket 2B saya format dan saya mengajukan pertanyaan untuk materi T3 bagian 2 di disket 2B; kemudian saya kirim ke Jakarta.

  5. Saya akan menerima jawaban atas T3 bagian 1 di disket 1B yang sudah dikirim balik ke saya beserta materi LDT3 bagian 3 di disket 3A dan 3B. Begitulah selanjutnya, berhubung tidak ada email.

  6. Prosedur ini juga kami lakukan untuk audio book yang dikirim berupa 2 pita kaset 60 atau 90 menit. Salah satu kasetnya akan dihapus dan dikirim kembali untuk direkam materi kelanjutan.

  7. Materi berupa visual book harus dikirim dalam bentuk VCD dan saya harus sewa komputer untuk membuat kopinya.

  8. Kemudian, jika ada pertanyaan mendesak, dikirim lewat fax ke kantor coach. Karena waktu itu saya belum bekerja, saya harus ambil di wartel terdekat dan mengganti biaya kertas print out faxnya.

  9. Jika ada pertanyaan yang tidak cukup dijawab tertulis, terpaksa dilakukan telpon interlokal.

Materi yang dikirim memang tidak selalu berupa pelajaran. Terkadang dikirim juga lagu lagu motivasi. (salah satunya lagu Amboina Jazz Rock: Enggo Lari).

Image result for cassette animated gif

Sekarang mari kita bandingkan aktivitas serupa di atas menggunakan teknologi masa kini.

Bisa terbayang dari 9 poin konvensional sebelumnya bisa dipangkas tinggal beberapa poin saja. Cuma, masalah yang belum terpecahkan dari dulu hingga sekarang adalah transportasi. Tetap saja untuk bepergian dari Ambon – Jakarta pp butuh ongkos yang mahal. Dari itu, dulu saya hanya bisa tatap muka dengan coach untuk merapihkan gerakan optimizer setelah jangka waktu sekali dalam 6 bulan. Ketika ketemu, coach terpaksa ambil cuti. Sebab tidak mungkinlah ongkos yang sedemikian mahalnya itu bagi saya hanya terbayarkan dengan pertemuan 2 hari semalam, misalnya. Saya minta minimal 6 hari 5 malam.

Kemudiannya jika saya kaji modus pelatihan yang dilakukan di zaman sekarang ini, zaman cyber dimana segala sesuatunya semakin dipermudah, saya dan beberapa kolega perguruan dari generasi perintis seperti Yvonne, Butch, Dewi, Susi, Sonny Larasati hingga Nirmala Chandra Asri sering kali dibuat terheran heran menyaksikan bagaimana generasi sekarang menyikapi segala kemudahan yang didapat. Kami tak habis pikir mereka terkesan lebih ‘cengeng’ dan manja. Sekarang ini komunikasi jauh dipermudah, diperlancar dan dipermurah, tetapi mereka malah memperjarang frekuensinya. File file dalam bentuk soft copy diperoleh dalam hitungan detik (dulu bisa dalam ukuran minggu) tapi semangat dalam mempelajari materi itu sangat menurun, terutama dalam segi penghafalan dan penguasaannya. Konseling bisa dilakukan dimana saja dewasa ini dan kapan saja (kalau mau) melalui media chatting tapi dari laporannya terkadang tidak dimanfaatkan dengan berbagai ragam alasan dari mulai sinyalnya bermasalah, komputer digadaikan atau uang buat beli laptop diberikan dulu ke orang yang lebih membutuhkan, anak tidak ada yang jaga, tidak diizinkan suami dan masih banyak lagi, masih banyak lagi sebanyak alasan yang mereka kemukakan. Termasuk banyak alasan setiap ada pelatihan T3 langsung apakah itu Indoor atau Outdoor hingga pelatihan yang crucial dalam bentuk Away Weekend atau Adventure masih juga mereka coba coba cari alasan agar bisa tidak mengikutinya. Cobalah mereka bandingkan di zaman kami dulu, terutama saya yang hanya bisa ketemu dengan coach sekali dalam 6 bulan. Sedangkan mereka yang bisa hampir setiap hari ketemu malah terkesan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

HUBUNGAN PRIBADI DENGAN COACH RENGGANG

Tahun 1990 disamping merupakan awal saya memulai pelatihan perguruan juga saya anggap tahun yang sangat berkesan dalam hubungan pribadi saya dengan coach. Bagi saya, coach bukan saja pelatih sukses, teman dan jongen vriend yang begitu romantisch, tapi disamping itu saya melihat dirinya sebagai seorang pria yang memang patut dikagumi. Pria yang punya jiwa besar dan sosial tinggi. Pengabdiannya dalam bentuk pelatihan dia lakukan tanpa pamrih. Sayangnya saya menyia-nyiakan kesemua itu. Saya mengakulah. Sikap coach yang di mata saya begitu nyaris sempurna, pria dengan penuh kelembutan dan kesabaran tinggi malah membuat diri saya tidak tahu diri. Saya menjadi manja, selalu minta perhatian dan sering kali marah tanpa alasan yang jelas terhadap coach saya ini. Hanya karena hal hal kecil saja seperti dia tidak membawakan oleh oleh pesanan saya, bukan lupa tapi karena dia tidak sempat, marah saya bisa meluap luar biasa. Agaknya hal hal seperti ini lama kelamaan kesabaran manusia tetap ada batasannya dan itu juga berlaku pada mijn geliefde coach. Sampai berujung terakhirnya saya kaget karena waktu seharusnya saya yang ke Jakarta malah dia yang terbang ke Ambon menemui saya. Dia hanya luangkan waktu semalam di Ambon dan kata katanya di malam itu mengagetkan saya, schokken, bagai kena petir di siang bolong. Malam itu sebelum terbang di vlucht pertama paginya dia ajak saya ke pantai Natsepa, tempat sama di awal dulu kami memulai coba mengenal lebih akrab. Dia cuma mengatakan dengan singkat:”Ningsih, kita tidak bisa terus dalam hubungan romantika, tapi dalam pelatihan kamu tetap saya perlakukan sebagai murid”. Bukan Ningsih namanya kalau menerima begitu saja pernyataan seperti itu. Saya ngamuk sampai teriak hysterisch. Rupanya dia tahu saya akan menjadi tidak terkendali seperti itu makanya dia sengaja bawa saya ke Natsepa. Saya teriak teriak, tapi siapa yang dengar? Suara sayapun tertutup deru ombak. Dengan susah payah dia coba tenangkan saya. Tetap yang namanya Ningsih kalau lagi ngamuk akan sekeras batu karang segarang hantaman ombak. Saya pulang sendiri, tidak mau diantar. Saya minta afspraak ketemu di mesjid Al-Ukhuwah besok lagi, tapi sebelum buru buru masuk ke angkutan umum dia sempat bilang:”oke, Ningsih tunggu deh dipersimpangan jalan, di pertigaannya. Nanti saya tunggunya di perempatan”. Verdome! Bagaimana bisa ketemunya?! Besok paginya saya tunggu dia di Mesjid tempat awal kami ketemu itu. Saya pikir dia akan muncul membatalkan niatnya menghentikan hubungan kami. Namun ternyata dugaan saya meleset. Dia sudah terbang ke Jakarta…

Image result for andersen consulting

Dua minggu setelah itu ada kejutan susulan. Tadinya saya sudah bersiap siap akan menyusul dia di hari Sabtunya terbang ke Jakarta. Tapi saya urungkan niat saya itu, karena saya terima surat dari dia….dari Chicago, Amerika; tepatnya di St Charles. Ya dia sudah disana dalam rangka training dari tempat dimana perusahaannya dia bekerja – Andersen Consulting, yang kini bernama Accenture. Entah bagaimana perasaan saya waktu itu sulit digambarkan. Tetapi seminggu setelah saya terima surat itu saya kembali menerima paket LDT3. Ini cukup bisa mengobati luka hati saya. Materi LDT3 saya pelajari dengan sungguh sungguh. Terus terangnya saya ingin ambil kembali hatinya dengan cara menunjukkan saya menjadi muridnya yang terbaik. Pertanyaan pertanyaan saya seputar materi pelajaran selalu dia jawab dengan lengkap dan jelas. Sayangnya itu tidak berlaku untuk pertanyaan pertanyaan yang sifatnya persoonlijk. Kalau dulu dia selalu menjawabnya jika ada pertanyaan saya di luar program training T3, kali ini tidak lagi. Tapi saya tetap berusaha pura pura tidak memahaminya. Saya tetap terus ajukan pertanyaan pertanyaan pribadi disamping konseling dengan harapan suatu ketika dia akan berubah pikiran. Dugaan saya ini belakangan baru saya tahu, juga slip. Begitu sampai di Amerika, dia berkenalan dengan seorang meisje bule Amrik asal Cleveland, teman sekerjanya di perusahaan yang sama dan mereka pacaran….

Related image

Tahun 1992 coach balik ke Indonesia. Kesempatan ini tidak saya sia siakan untuk menemuinya di Jakarta. Waktu saya telefoon, tanggapannya baik sekali. Malah dia bilang akan membelikan tiket buat saya naik vleigmachine pp Ambon – Jakarta. Sudah tentu ini bagi saya bagaikan menemukan oase di tengah gurun pasir. Seperti yang sudah sudah, dia selalu konsisten dengan ucapannya. Dia kirimkan tiket tersebut. Seketemunya di Jakarta memang dia masih seperti dirinya yang dulu, masih komiek, suka melucu, tapi saya sudah bisa merasakan adanya gordijn halus yang dia ciptakan membatasi saya dan dirinya. Sudah tentu saya tergerak menanyakan apakah dia sekarang ini (waktu itu) sudah punya vriendin lagi. Anehnya dia jawab belum, kosong. Waktu saya tegaskan lagi kebenarannya, seperti biasa dia jadi bercanda sambil menyanyi lagu Keroncong Kemayoran dengan sembari memain mainkan tiket bekas pesawat Garuda yang dia kasih:

Vleigmachine

Kapal Udara

Jadi begini

Lantaran dia

Kalau dia sudah mulai melucu seperti ini, saya memilih tidak meneruskan introgasi saya, dari pada semakin jengkel hati dibuatnya. Akan tetapi saya percaya akan kata katanya dan itu memang benar. Hingga bertahun tahun kemudian saya selidiki bahwa apa yang dia katakan itu benar adanya. Dia baru saja putus dari hubungannya dengan gadis Amerika itu. Namun sayangnya saya membiarkan keadaan kosong pada dirinya ini teralu lama. Karena tidak kurang dari 6 bulan kemudian belakangan saya tahu dia dekat dengan seseorang, cewek WNI keturunan Cina yang sebetulnya sudah dia kenal sangat lama, sudah jadi pacarnya dari tahun 1976. Tapi karena dulu hubungan mereka ini tidak disetujui oleh ayah dari coach saya yang begitu rasialis, akhirnya tidak mereka lanjutkan.

MEMULAI BISNIS

Image result for universitas pattimura

Mulai di Square 1 (peringkat di perguruan) kami para siswa sudah mulai diperkenalkan bisnis tapi saya betul betul memulainya setelah tamat SMA. Saya disodorkan beberapa pilihan jenis bisnis. Cukup banyak bisnis bisnis yang saya suka dan terkait dengan hasil budi daya Ambon seperti perdagangan minyak kayu putih, travel, pariwisata hingga mutiara. Tetapi kesemuanya itu selalu stop pada segi kapitaal. Saya tidak punya apa apa. Sedangkan pagi hingga terkadang sampai sore saya mulai kuliah di Universitas Pattimura jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Coach saya tahu benar akan keadaan ini. Beliau memperkenalkan ke saya bisnis FOREX (Vreemde Valuta). Sebetulnya tadinya beliau ini sendiri yang akan mencoba bisnis ini tetapi begitu mulia hatinya sehingga dia sengaja yang keluar modal untuk bisnis ini tapi dia pakai nama saya. Dia sengaja mengalah demi masa depan saya.

BISNIS FOREX

FOREX merupakan singkatan dari FOREIGN EXCHANGE atau dalam Bahasa Indonesia disebut alat tukar mata uang asing. Jadi Forex Trading adalah aktivitas jual-beli/ perdagangan mata uang asing untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan selisih nilai mata uang yang diperdagangkan (Wisselkoersen van vreemde valuta). Forex hingga saat ini merupakan pasar terbesar di dunia dalam jumlah aliran dana yang ditransaksikan. Termasuk yang ditransaksikan antar bank-bank besar, bank-bank sentral, spekulan mata uang, perusahaan multinasional, pemerintah, dan pasar finansial beserta institusi lainnya.

Pergerakan perdagangan forex berputar mulai dari pasar Selandia Baru dan Australia yang berlangsung pukul 05.00–14.00 WIB, terus ke pasar Asia yaitu Jepang, Singapura, dan Hongkong yang berlangsung pukul 07.00–16.00 WIB, ke pasar Eropa yaitu Jerman dan Inggris yang berlangsung pukul 13.00–22.00 WIB, sampai ke pasar Amerika Serikat yang berlangsung pukul 20.30–10.30 WIB. Dalam perkembangan sejarahnya, bank sentral milik negara-negara dengan cadangan mata uang asing yang terbesar sekalipun dapat dikalahkan oleh kekuatan pasar valuta asing yang bebas.

Dulu itu teknologi internet di kota Ambon belumlah seperti sekarang, sedangkan untuk melakukan perdagangan forex mutlak diperlukan komputer berinternet. Di Jakarta saja waktu itu internet masih diakses baru dengan sistem dial up melalui telpon biasa. Jadi agar bisa seseorang mengikuti jalannya perdagangan bursa forex, orang itu harus ke kantor tempat dimana perusahaan Forex melakukan transaksi mata uang kita. Mereka memang menyediakan fasilitas komputer online. Namun kendala berikutnya tetap saja ada: coach yang nota bene masih bekerja dengan orang jelas waktunya terbatas dan saya tersita waktunya buat kuliah. Akhirnya transaksi kami serahkan hampir sepenuhnya kepada broker di perusahaan tersebut. Sebagai alat bantunya waktu itu kami, saya dan coach disediakan pager atau alat penyeranta.

Adanya sistem margin trading dengan menggunakan leverage dan nilai kontrak yang sangat kecil, memungkinkan kami sebagai investor dengan dana yang relatif kecil bisa ikut berbisnis di pasar uang dunia.

Image result for bisnis forex

Dalam forex trading, biasanya mata uang diperdagangkan secara berpasangan disebut juga dengan “Currencies Pair”. Contohnya seperti GBP/USD atau (GU), EUR/USD atau (EU), USD/JPY atau (UJ), AUD/USD atau (AU) dan sebagainya. Mata uang yang pertama dalam setiap pasangan/pair disebut juga dengan istilah “Base Currency” sedangkan mata uang yang kedua disebut dengan “Quote Currency”.

Contohnya pair GBP/USD maka GBP adalah Base Currency sedangkan USD adalah Quote Currency. Harus dipahami “Base Currency” adalah mata uang yang lebih tinggi nilainya dibanding Quote Currency.

Dalam forex, apabila pergerakan harga naik, biasanya para trader akan mengambil posisi BELI atau istilahnya BUY/LONG. Jika pergerakan harga turun maka para trader akan mengambil posisi JUAL atau istilahnya SELL/SHORT.

Dalam posisi BUY, kita sebenarnya membeli Base Currency dan pada waktu yang sama menjual Quote Currency karena kita memprediksi nilai base currency akan terus naik berbanding nilai Quote Currency. Dalam posisi SELL, kita sebenarnya menjual Base Currency dan pada waktu yang sama membeli Quote Currency karena prediksi nilai Base Currency akan terus turun berbanding nilai Quote Currency.

Untuk berhasil dalam bisnis ini kita harus berusaha untuk selalu menambah pengetahuan dan pengalaman; apakah itu dari sumber informasi forex trading yang banyak tersedia di internet dalam bentuk  e-book (buku elektronik), website dan forum-forum forex trading.

Pasar Forex sering disebut juga pasar valuta asing, ini merupakan pasar yang besar dengan keuangan tumbuh dan liquid (bisa deposit dan dicairkan setiap saat) yang beroperasi 24 jam sehari. Ini bukan pasar dalam arti tradisional karena tidak ada lokasi pusat perdagangan. Sebagian besar perdagangan dilakukan melalui melalui jaringan perdagangan elektronik. Pasar valuta asing memungkinkan perusahaan, bank dan lembaga keuangan lainnya untuk membeli dan menjual mata uang asing, dalam jumlah besar.

PELAKU PASAR 

Related image

Secara umum, Pelaku forex Market berasal dari berbagai golongan diantaranya:

  1. Pelanggan. Contohnya perusahaan multinasional. Mereka berpartisipasi dalam pasar forex karena membutuhkan mata uang asing untuk perdagangan mereka di negara-negara lain. 

  2. Bank dan institusi keuangan, adalah peserta yang paling aktif di pasar forex. 

  3. Broker adalah perusahaan seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya dimana mereka menyediakan link komputer atau saluran telepon kepada bank-bank di seluruh dunia.

  4. Pemerintah , adalah pelaku forex yang paling berpengaruh, disamping bank sentral. 

  5. Pelaku Bisnis. Mereka menjual barang ke klien internasional atau membeli barang dari supplier internasional, mereka harus berhadapan dengan volatilitas fluktuasi mata uang. Karena nilai tukar dapat berfluktuasi dengan liar sepanjang tahun itu, maka perusahaan tidak akan tahu apakah nantinya akan mengeluarkan Euro lebih banyak atau tidak pada saat pengiriman nanti. Salah satu cara bagi pebisnis untuk mengurangi ketidakpastian karena risiko foreign exchange ini adalah pergi ke spot market dan bertransaksi langsung untuk mata uang asing yang mereka butuhkan.

  6. Spekulan, inilah saya. Spekulan berusaha mendapatkan uang dengan mengambil keuntungan dari fluktuasi harga. Salah satu spekulan yang paling terkenal mungkin George Soros. Milioner yang sangat dikenal untuk spekulasi pada penurunan British Pound yang menghasilkan uang 1.2 milliar dollar kurang dari sebulan! Beberapa pengkritik mengatakan bahwa orang-orang seperti ini bertanggung jawab atas krisis keuangan asia akhir 90-an, termasuk di Indonesia.

SUKA DUKA BISNIS VALUTA ASING

Banyak orang tergiur bisnis ini, sebanyak orang yang sudah terjerembab di dalamnya. Forex trading menjanjikan hal yang terlampau besar yang bisa diraih dengan tiba-tiba, seolah tanpa kerja keras dan pengorbanan.

Ada tiga golongan trader setidaknya yang dibentuk dari bisnis ini.

  1. Mereka yang sukses, jumlahnya teramat sangat kecil

  2. Mereka yang belum mendapatkan hasil yang diharapkan dan masih bertahan dalam market

  3. Mereka yang sudah tobat dan tidak mau menyentuh kembali pekerjaan ini. Bagi golongan ketiga ini, kerugian mereka sudah terlampau banyak tak terlukiskan dan buat mereka dunia forex trading terlalu beresiko.

Dulu saya memulai bisnis ini dengan modal terbatas pemberian dari coach. Setiap ada kesempatan selalu kami isi dengan discussie tentang trading. Kami cuma main volume 0.1 saja, mengincar per point 100 perak saja, karena saya menyadari bahwa saya sedang berlatih. Selama saya belum bisa pertahankan kapitaal selama sebulan penuh, saya tidak akan main besar. Masalah main besar itu gemakkelijk, tinggal ganti volume, tapi yang berat itu menahan diri. Forex trading asal di pelajari ilmunya, ijverig, sebetulnya pasti bisa. Tentunya masih ingat sahabat saya yang sebelumnya saya ceritakan, Fatma. Mijn goede vriend ini yang kemudiannya lebih dulu dapat kerja dibanding saya dan dengan gaji lumayan besar, dia senang sekali waktu lihat saya dapat positieve hoeveelheid. Dia minta didaftarkan. Eh, dia langsung main lot besar dan malah begitu yakin dirinya sudah bisa padahal baru lihat grafik seminggu saja. Akhirnya rugi terus dan terus. Dalam seminggu saja, dia habiskan 2,5 juta rupiah cuma 4 hari…! Dibelahan bumi manapun, banyak karakter trader pemula seperti Fatma itu.

Modal ludes? Berapa harus keluar modal di bisnis ini? Anehnya di bisnis valas, initiële investering merupakan dasar untuk sebuah kesuksesan dalam melakukan Trading Forex. Hal ini disebabkan Modal awal Anda sangat menentukan sukses tidaknya trading Anda kelak. Beberapa trader pemula seperti saya dan coach dulu menganggap memulai investasi forex dengan modal seminim mungkin akan membantu kita dalam memahami forex sekaligus mencegah kerugian besar untuk investasi perdana mereka. Namun sebetulnya perbedaan modal inilah yang justru menjadi awal ketidaksuksesan untuk selamanya. Main kecil, dapatnyapun kecil dan terus begitu.

Modal dan gaya trading, inilah dia. Setidaknya bagi trader pemula wajib memperhatikan punt penting ini. Forex berbeda dengan investasi lainnya yang selama ini banyak dikenal orang. Dalam forex, investor bersikap actief dan menentukan sendiri keputusan investasinya secara langsung. Pendeknya, dengan perhitungan yang matang, kita dapat menentukan aksi beli/jual kita sendiri dan membukukan profit disana. Tetapi sebaliknya dengan keputusan yang salah, rugi dapat segera terjadi dalam investasi kita.

Bisnis di pasar uang tak sama dengan judi. Jika judi nasib pelaku 100% tergantung pada kartu. Di pasar uang ada hal-hal yang bisa diperhitungkan dan dicarikan peluang. Ada 7 factoren yang harus dicapai untuk betul-betul memahami bisnis ini. 4 dari 7 adalah faktor yang bisa jadi penentu naik turunnya kurs: macro economische basis, carta/grafiek berdasarkan rumus, faktor technishpsychologisch dan ulah para speculant. Lalu ada beberapa hal lain seperti lobi atau hubungan, termasuk kemampuan berbahasa, faktor intelligentie alias daya endus informasi, dan hal paling abstrak dan sulit, sehingga orang tak sanggup berpikir lagi. Misalnya, semua faktor telah terpenuhi, prediksi sudah dilakukan, tapi tak ada actie, ya percuma. Ketika faktanya sama dengan yang sebelumnya telah diperhitungkan, muncul rasa sesal kenapa tidak begini kenapa tidak begitu. Itulah factoren ketujuh. Bisnis di pasar uang penuh kekecewaan. Karena apa? Geldzaken bespreken; uang berbicara. Orang hanya tergiur melihat angka. Mereka ramai-ramai bermain, sementara tatanan dan hukumnya tak mudah dipelajari. Lagi pula dunia valas itu sudah dikuasai maffia, rijkelui – big boys, dalam cara kerja yang terintegrasi. Apa pun permainan para pendatang, maffia-lah yang memperoleh keuntungan. 

Saya pernah beberapa kali hancur di bisnis forex trading. De mens wikt, maar God beschikt (Things often don’t turn out as you have planned). Orang tahunya hanyalah Yuningsih berhasil mencapai EF dan sudah sampai punya Bentley. Lebih banyak lagi orang yang tidak tahu bahwa untuk mencapai itu saya sudah berpuluh kali babak belur gara gara “dipukul” kerugian di bisnis forex. Tentu saja. Saya seperti kebanyakan orang, saya juga mengalami beberapa kerugian dan membuat beberapa kesalahan. Akan tetapi, apabila saya mengalami kerugian, saya mulai memvisualisasikan dalam pikiran apa yang seharusnya saya lakukan untuk membuat perdagangan saya kembali sukses atau untuk membuat kerugian makin sedikit. Disinilah gunanya materi training yang saya peroleh dari Unisyn, tempat saya berguru. Salah satu module pelatihan yang banyak membantu adalah PSM (Positive Sub conscious Mind) dan FORCE (Full Optimization of Rectified Cosmic Energy). Berbekal dengan ilmu pengetahuan dan skill dari perguruan, saya akan melihat dalam pikiran saya apa yang seharusnya saya lakukan apabila saya menghadapi situasi yang sama di masa depan. Saya juga melakukan hal yang sama tiap kali bisnis saya menguntungkan. Saya akan memikirkan cara-cara bagaimana saya membuat lebih berhasil, dan melihat bayangan tersebut dalam pikiran secara berulang-ulang.

Image result for bentley

Juga, untunglah saya selalu ingat pesan coach agar tidak lepas kendali diri sehingga setiap kegagalan forex tidak sampai mengakibatkan hidup jadi gelandangan. Goed voorgaan doet goed volgen (Lead by example). Sebab ada yang “lupa” daratan hingga menggadaikan atau jual rumahnya agar uangnya bisa diinvestasikan di bisnis ini. Akibatnya ada yang sampai diusir dari rumah kontrakan.

Bisnis valas harus menganut filosofi dasar: Bukan soal berapa jumlah uang yang akan Anda peroleh, melainkan berapa jumlah uang yang siap Anda habiskan. Gambarannya, jika seseorang kerja keras sepanjang tahun hingga memperoleh uang Rp 1 miliar, akan sangat keliru kalau menggunakannya untuk main forex. Tetapi jika seseorang mendapat lotere Rp 1 miliar, yang Rp 800 juta untuk beli rumah/tanah, Rp 100 juta untuk beli kendaraan, dan sisanya untuk main forex, silakan saja. 

Meskipun demikian, meski strategische investering yang diajarkan saya formule 90:10, tetap saja kemudian kemudiannya dampak loss itu terasa. Sebab, setelah berulang kali diakumulasikan dan didapatkan nilai investasi yang besarannya bagi ukuran masyarakat ekonomi menengah relatief besar, ketika kapitaal itu lenyap ditelan kerugian selisih koers, akan, rasa sakit akibat hilangnya uang itu tetap terasa. Sebagai contoh, di awalnya katakanlah saya investasi E 100 dari E1000 yang saya miliki. E 100 itu berkembang dan berkembang hingga pada akhirnya saya berani investasi E1000 dari E10.000 yang saya miliki. Meningkat lagi hingga kemudian saya berani investasi E10.000 dari E 100.000 harta saya. Langkah terakhir ini jika mendadak E10.000 itu hilang lenyap tak berbekas, tetap saja terasa bagai dipukul voorhamer. Bayangkan, hilang E 10.000 sekitar Rp 100 juta lebih; meski saya sudah punya E 100.000. Ini karena kami di Unisyn diajarkan: menilai sesuatu tidak hanya dengan cara membandingkan terhadap total keseluruhan yang kita miliki tetapi juga relatif jika nilai uang sebesar itu digunakan oleh masyarakat yang tidak memiliki E 100.000, tetapi misalnya E 10.000 atau bahkan E 1000! Bagi orang yang cuma punyanya E 10.000 bisa jadi uang sebesar ini juga akan mereka paksakan buang untuk pengeluaran sesuatu yang mendesak, misalnya biaya anak sekolah. Ekstrimnya lagi, bagi pemilik harta E 1000, untuk harus keluarkan uang E 10.000 mereka tempuh dengan jalan berhutang; misalnya demi untuk membayar biaya opname perawatan hospitaal. Disinilah beruntungnya saya dididik di perguruan. Sebab bagi orang yang tidak pernah diarahkan ke sana akan selalu memandang sesuatu dari sudut pandang yang mudah saja. Itulah makanya kenapa banyak investor yang ketika jatuh terpuruk bisa sebegitu dahsyatnya bagaikan ditelan bumi. Karena mereka ini dibiasakan mudah saja melihat, contohnya kasus di atas – keluar E 10.000 tapi dalam pikirannya “kan masih punya E 100.000”.

Terkadang, disaat kondisi seorang trader loss besar-besaran, ia pun merasa “sendirian”, spanning, depressie, hancur dan probleem pun seakan bertumpuk menjadi satu. Perasaan tersebut dapat menghanyutkan pikiran menjadi tidak rasional sehingga larut dan terpuruk semakin dalam. Untunglah di setiap kali saya hancur terpuruk, dimana tidak ada seorang teman bahkan keluargapun yang peduli, saya masih punya coach yang dengan senyumnya saja sudah lebih dari cukup bisa membangkitkan saya lagi. Beliau pernah sengaja mengirimkan CD berisikan lagu “you are not alone” dari Michael Jackson. “Saya tidaklah sendirian” pula dalam perjalanan trading itu. Berbagi / sharing dengan coach menjadi medicijn bagi seorang trader seperti saya untuk bangkit dari keterpurukan.

HAMPIR BUNUH DIRI

Terburuk dari pengalaman saya adalah ketika kegagalan itu datangnya berkali kali, terus menerus sampai sampai saya sempat berpikir keberuntungan tidak akan pernah lagi berpihak pada diri saya. Dalam bisnis, jika kita gagal, kemudian usaha kedua kita berhasil, atau contoh ekstrimnya dalam sekuensial begini: gagal>sukses> gagal>gagal>gagal>sukses…. Kita masih lihat ada secercah harapan. Tapi bagaimana kalau grafiknya terjadi seperti ini: gagal>sukses> gagal>gagal>gagal>gagal…. Hingga menghabiskan total cadangan uang kita yang diperuntukkan untuk itu??? Kemudian apa jadinya jika setelah coach saya sebagai penyandang dana mengisi kembali cadangan modal bisnis, kemudian kembali saya loss, menguapkan uang yang telah diisi itu, tetapi kembali lagi dan lagi saya habiskan di valas??? Begitulah, saya pernah mengalaminya! Saya sampai hampir ambil keputusan akan berhenti total dari bisnis valas dan berpikir mau jadi manusia hidup biasa biasa saja. Sebab untuk memulainya lagi sudah tidak ada kapitaal tersisa dan untuk memintanya lagi ke coach saya sudah malu sekali.

Pada saat yang bersamaan saya juga lalai lakukan program zelf training harian, WTT routine (Walk The Talk) macet. Padahal inti dari pelatihan di Unisyn adalah segala sesuatunya harus dijadikan ‘way of life’. Akibatnya fataal! Di saat mind saya terganggu, terus berlanjut gangguan sedikit banyaknya pada body and soul. Celakanya, diri pribadi saya tidak dalam keadaan ter’benteng’. Keadaan ini tidaklah terjadi jika saya lakukan Dagelijkse Zelf Training itu, rutin setiap hari (dagelijkse), dimana antara lain terdapat jurus jurus preventieve seperti fortress dalam Dynamic Relaxing Technique atau Eagle (DT) bahkan ketika pikiran yang begitu kalut berkecamuk sebetulnya dengan mudah dinetralisir dengan techniek techniek grounding (SR)

Sekedar informatie, jiwa manusia bisa pergi karena berbagai hal; bisa karena masalah cinta asmara, masalah hutang piutang, masalah lain sehingga jiwanya kacau dan tidak dikontrol oleh kesadaran ruhnya. Akibatnya, seseorang tersebut bisa jadi bunuh diri!

Kala itu terjadilah klimaks terhadap mindset saya akibat stress yang terakumulasi berkepanjangan. Saya langkahkan kaki tanpa tujuan. Pandangan saya loos. Belakangan saya ketahui, dalam langkah saya tak jelas kemana arahnya. Beberapa teman saya mendapatkan saya sedang berjalan setengah gontai. Mereka menyapa, tapi saya terdiam saja dan memang saya tidak dengar sama sekali panggilan mereka. Saya terus langkahkan kaki hingga tahu tahu saya sudah sampai di pantai Natsepa. Bayangkan! 18 km saya berjalan kaki tanpa arah. Kemudian sesuatu yang mengerikan nyaris terjadi. Melihat laut dengan debur ombak sedang meninggi waktu itu, saya merasa seakan akan ada yang memanggil manggil nama saya dari kejauhan di tengah laut dan menyuruh saya kesana. Saya terus melangkahkan kaki dari mulai laut merendam mata kaki saya hingga tiba tiba saya dikagetkan oleh suara coach memanggil nama saya dari belakang. Saya tersentak melihat ke belakang. Saya tersadar di pantai sore menjelang maghrib itu sudah sepi; tidak ada orang. Barulah saya sadari air laut sudah sampai setinggi dada saya! Masya Allah! Saya segera berbalik lari menuju pantai dan pulang ke rumah dalam keadaan baju basah. Beruntunglah saya punya coach yang bukan sekedar a successful life coach melainkan coach yang memiliki 6th sense. Belakangan setelah kejadian itu dan berkesempatan menemuinya di Denpasar (Bali), dia cerita waktu itu mendadak dimunculkan bayangan wajah saya secara sekilas pada saat dia sedang sibuk sibuknya Budget Meeting di hotel bintang 5 tempatnya bekerja sebagai Financial Controller. Dia langsung minta izin meninggalkan ruang meeting sebentar, lakukan Astral Projection, proses LONCATAN KESADARAN dari kesadaran FISIK menuju kesadaran JIWA. Saat kejadian itu coach menembakkan energy destruction melalui teknik push forward disambung kiriman shield energy untuk membentengi diri saya dan ditutup kiriman vibrasi energinya yang mengguncang tubuh metafisik saya. Beberapa lama setelah kejadian itu saya disamping berterima kasih kepada Allah juga berkali kali merenung, kalau saja my coach hanyalah seorang success coach, bukan seorang Universal Synergy coach, besar kemungkinan saya tidak bisa menuliskan cerita saya ini.

Setelah kejadian itu coach lakukan mind reading terhadap saya. Ternyata respons beliau mengenai kerugian besar yang saya sedang alami di valas sama sekali di luar perkiraan saya. Dia hanya kirim email singkat:”Sabar ya, tunggu saya kumpulkan uang setiap bulan hingga 6 bulan ke depan dan setelah itu kita mulai lagi”. Ongelooflijk! Saya sudah mengira tadinya coach akan sebegitu dahsyatnya marah ke saya tapi ternyata beliau memang manusia bermental baja; di atas rata rata. Di akhir emailnya beliau sisipkan beberapa quote dari orang orang terkenal:

If at first you don’t succeed, try, try again.” – W.C. Fields

Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.” – Winston Churchill.

Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall.”  – Confucius

Related image

Beliau tutup dengan pesan: “Jangan pernah lari dari kesulitan. Setiap kesulitan itu harus dihadapi. Jangan pernah membiarkan diri berada di tempat gelap karena bayangan pun tidak akan menemani kita,” ujarnya mengingatkan. Seminggu kemudian beliau memberikan saya sebuah buku dari John C Maxwell di bukunya “The Difference Maker”. Saya setuju dengan apa yang diungkapkan di buku itu bahwa “Failure doesn’t mean you’ll never succeed. It just means it will take longer”.

FAKTOR GAGAL DI BISNIS FOREX

Faktor psikologis fear, greedy and hope membuat rata rata alasan kegagalan trader: 

 

  1. Over lot ( kebesaran lot trading ) , 1 pips bergerak bisa bikin jantungan

  2. over open posistion (kebanyakan buka posisi), kalau lot kecil posisi banyak juga hancur ..

  3. over trading

  4. Salah money management

  5. Revenge trading (trading motivasi balas dendam), kemarin rugi maka trading kali ini harus untung

  6. averaging trading

  7. menahan floating loss dan stop loss yang membuat menahan resiko kerugian berapapun

  8. berganti trading system dalam waktu yang singkat dan secepatnya …. 

  9. salah mindset “modal sedikit – hasil tinggi > kaya raya “

Sesuai dengan style dan proving : ” profit assurance and risk avoidance strategies” pelan pelan dengan semakin banyak pengalaman saya tidak harus pusing melihat chart. Cukup buka 1 hari sekali atau 2 hari sekali dan bahkan pernah 1 minggu sekali. Pernah juga lupa tidak pasang tapi harga sesuai dengan OP. Sekedar info:

  1. OP : Open Postion ~ Membuka posisi untuk transaksi BUY/SELL.

  2. EMA : Exponential Moving Average.

  3. SMA : Simple Moving Average. EMA & SMA adalah jenis/tipe dari indikator Moving Average (MA).
    Ada lagi settingan/tipe tipe yang lain seperti WMA, LWMA, dll. Bisa dicek di platform Metatrader.

  4. MACD : Moving Average Convergence Divergence ~ salah satu nama indikator.

 
S
aya tidak pernah lagi sport jantung memikirkan OP. Saya jadi santai kalau kena stop loss dan kalau take profit juga tidak kegirangan. Saya juga bisa menjalani hidup saya seperti orang normal tanpa kecanduan trading seperti dulu lagi. Pesan coach senantiasa saya ingat

“Focus on learning NOT money “

BERHASIL DARI BISNIS FOREX

Soal kesempatan meraup untung memang tak ada yang lebih cepat daripada main valas. Saya pernah hanya dengan mengangkat telefoon selagi saya optimizer (persisnya sedang lakukan Locomotief) di vila pinggir danau Lido, eh bisa dapat US $ 80.000 semalam. Bisa diilutrasikan, jika eetstokjes (sumpit) adalah alat bantu utama kolega saya Aylen dalam bisnis Lamien, telefoon memang diibaratkan schoffel (cangkul)nya Valas Trader. Juga berbagai perangkat komunikasi. Baik untuk bertransaksi ke seluruh dunia, memantau pasar yang berjalan 24 jam sehari, juga melihat kerugian dan keuntungan uangnya. 

Percaya atau tidak, orang yang berhasil di bisnis forex: dia pasti memiliki pikiran yang teliti, tekun, cerdik, percaya diri, komitmen kuat, bertanggug jawab, bisa membaca pasar dan situasi, tidak mudah menyerah, memiliki strategi yang jitu, tangguh, berwawasan luas, sedikit bicara banyak kerja, tahan mererima tekanan tinggi, sedikit terori banyak praktek. Selalu mengavaluasi diri jika gagal dan salah, suka belajar dari keberhasilan orang lain. Tahu dengan pasti kapan dia akan berinvestasi dan kapan dia harus menjual produknya. Tertib aturan dan selalu menaatinya. Bisa mengendalikan dan controle emotie dalam rangka kesukesan yang nyata.

Image result for Surviving The Cut

Juga percaya atau tidak, semua sikap dan sifat tersebut bisa diperoleh dari hasil trainen di Unisyn academie. Perguruan sudah merubah tidak hanya pola pikir saya tetapi diri saya semakin bukanlah Ningsih yang dulu lagi, sudah terjadi zelf transmormatie. Sering kali dalam usaha valas ini saya sampai berhari hari tidak tidur karena sewaktu saya akan berangkat tidur di malam hari, bursa forex di Amerika baru saja mulai. Saya semakin mengerti kenapa dalam pelatihan itu apakah T3 atau Avontuur (Away Weekend) sebetulnya adalah simulatie bagi diri kita dipersiapkan ke bentuk nyata dalam mengais extra income nantinya. Ibaratnya pelatihan keras, disiplin ketat dan penderitaan maha hebat di Unisyn itu barulah berupa trainingskamp bagi tentara tentara elite, makanya jenis pelatihan kami disebut “Surviving The Cut”. Kemudiannya tentara dalam pasukan itulah kemudian diterjunkan ke petarungan yang sebenarnya, yaitu medan laga. Sama saja konsep di Unisyn itu. Kalau dalam T3 kita sering menyengaja datang terlambat lalu pulang duluan, tugas selalu nanti nanti baru klaar, Daily Optimizer banyak bolong bolongnya maka ketika diterjunkan ke echte wereld (dunia nyata) melakukan bisnis maka demikian itu pulalah mentaliteit yang seperti itu juga akan dibawa bawa. Kalau di T3 kita dihukum fisik setiap berbuat kesalahaan, termasuk lupa, malas dan sejenisnya sampai klimaksnya kita dikeluarkan dari perguruan, tetapi dalam real world hukuman itu jauh lebih dahsyat. Di valas jika kita lalai controleren, dampaknya langsung ke uang kita yang menguap dalam hitungan detik bisa sampai ratusan juta rupiah. Tidak ada ketika dalam bisnis itu kita argumenteren harus urus anak, tidak dikasih izin suami, salju sedang turun, atau pemikiran kita ini sudah emak emak atau opa opa….sedangkan gerak akibat kita te laat saja bisa fataal. Dari itulah menjelang pencapaian Financial Freedom semakin saya menyadari ucapan coach saya memang berada di puncak itu selalu sepi, sedikit orang ada disana. Mereka mereka yang masih memelihara mental inlander bisa dipastikan tertinggal dibawah.

Tujuan awal dulunya saya trading adalah untuk mencoba membuat uang kecil setiap hari, lalu melanjutkan trading bisa menghasilkan lebih banyak uang. Tetapi ingat bahwa bisa juga membuat kehilangan uang yang sudah didapat. Salah satu pelajaran terpenting ialah alasan dari kesuksesan seseorang dalam bisnis ini adalah jika dia bisa bertindak sesuai dengan kepentingan utamanya. Dia tahu bahwa berharap dan berdoa agar pasar bisa bergerak ke arah tertentu tidak memiliki dampak apapun terhadap kearah mana pasar bergerak sebenarnya. Nee, tidak. Hal yang membuat seseorang berhasil dalam trading adalah apabila dia mengetahui kepentingan utamanya untuk mendapat kan perdagangan yang menguntungkan dan menghindari perdagangan yang merugikan atau setidaknya membuat kerugian tetap berada dalam jumlah yang kecil.

Anda tidak bisa memaksa pasar untuk melakukan sesuatu. Anda tidak bisa mengontrol pasar untuk melakukan apa yang anda inginkan. Jadi anda musti bisa mengontrol diri anda untuk memenuhi kepentingan utama anda.

MENJELANG MASA KRITIS

Menjelang pencapaian saya menuju penghasilan passief, saya harus melalui fase conversie dari actief ke passief (Square 7 ke 8) yang disebut critical mass. Istilah kritische massa ini diberikan oleh Anthony Robbins dalam pengarahan mengenai Financial Freedom. Unisyn tempat saya berguru memang banyak mengikuti ilmu ilmu dari tokoh Life Coaching and Personal Coaching Solutions no# 1 di dunia itu. Di fase masa kritis ini coach saya semakin ‘menancapkan kuku’nya pada saya, sebab di fase ini disebut Point of No Return. Coach sudah banyak sekali menanamkan waktu, tenaga, pikiran dan juga biaya pada diri saya tanpa pamrih. Peraihan keadaan Financiële Vrijheid (Bebas Keuangan) tinggal beberapa stappen lagi. Dari itu semua coaches di Unisyn pada taraf ini menunjukkan sikap yang serba ekstra ke murid muridnya – ekstra tegas, keras, bahkan terkadang terasa kejam sekali. Pendeknya disinilah istilah pelatihan keras, disiplin ketat dan penderitaan maha hebat itu mencapai puncaknya di stadium ini. Hukuman seperti push up, sit up (kepala atau kaki diangkat), squat jumps (pria) kesemuanya dalam hitungan 100x, juga kombinasi bentuk Dynamic Tensioning seperti Sprint, Pogo hingga Spiderman (crawling) di lantai sejauh 500 m sudah jadi makanan setiap kali ketemu. Memang semi-militer. Di segi psikis juga ada, seperti dibentak bentak, puasa, menulis kembali Dream hingga ratusan kali di buku macam hukuman anak basisschool, kungkum di sungai tengah malam di daerah pegunungan…masih banyak lagi. Belum lagi hukuman dalam bentuk positieve actie seperti melepas satwa liar ke alam bebas, menyantuni fakir miskin, yatim piatu, kerja sosial… dsb dsb. Tetapi setelah kemudiannya saya meraih EF saya peroleh banyak sisi positifnya, apakah itu di segi kedisiplinan, sportifitas, termasuk tubuh saya semakin ‘menjadi”.

Image result for critical mass

Ini juga terbukti pada suatu kesempatan sekitar tahun 2008 dimana kami para siswa yang sudah mencapai EF berkesempatan berkumpul dalam beberapa acara. Kami saling temukan bahwa tubuh para siswa EF bagus semua; langsing, keras padat berisi, spier, atletis tetapi meski demikian yang wanita tetap terjaga kehalusan kulitnya, BERSIH. Tentu saja karena kami semua selalu JAGA dalam makan. Tidak sembarang makan apa saja bahkan cenderung diet ketat. Sebagian besar dari kami puasa mutih sudah jadi program rutin atau minimal menjadi vegetarian.

Tangan siswi perguruan Unisyn tidak ada yang istilahnya “kapalan”, malah halus lembut dan tidak kelihatan spier (berotot). Spier tersembunyi di dalam daging sebab jenis pelatihannya bukan macam angkat beban (halter) yang bisa mengakibatkan spier ke luar seperti Hulk. Tetapi dibalik kehalus lembut tangan tersebut sanggup mematahkan besi batang 5R, kikir hingga balok es. Ada sedikit cerita mengenai itu. Pernah saya dan Fatma diundang datang ke pesta ulang tahun teman saya asal Ambon yang kini menetap di Jakarta. Ada sekitar 30 orang tamunya, sebagian besar orang Ambon dan Manado. Seperti biasa pesta di kalangan orang Maluku selain ada making (makan) juga disisipi minum minuman keras, termasuk saguer. Ada seorang pria sekitar 40 th usianya tingginya hampir 1 ½ kali badan saya dalam keadaan mabuk. Badannya tidak hanya tinggi tapi besar dan bertato. Memang preman. Dia coba ganggu Fatma, ajak badansa, tidak sopan. Fatma memang cakadidi (genit), tapi Fatma tidak suka perlakuan pria itu. Tamu tamu yang lain tidak ada yang berani mencegah. Akhirnya sayalah yang maju menegurnya. Dia marah. Sasaran berpindah dari Fatma ke saya. Dia coba berkali kali sentuh badan saya, selalu saya hindar dengan jurus hindar dari Unisyn. Agaknya ini membuat dia kesal dan puncaknya dia coba kasi pukul saya, bikin saya takojo (terkejut). Secara reflex saya tangkap kunci dengan jurus Krav Maga dan dilanjut dengan jurus maut Merpati Putih menyodok atas mengenai rahang bawahnya. Dia tidak hanya terjatuh kebelakang, pingsan, tapi rahangnya bergeser dan retak. Kesemua teknik bela diri itu saya peroleh di perguruan Unisyn. Dokter segera dipanggil. Kata dokter “untung” dia sempat bergerak sedikit menghindar. Kalau tidak, lehernya patah dan akan menggumpal perdarahan di dalam yang akan berakhir dengan kematian. Teman dan tamu tamu yang hadir di situ atas kejadian ini spontaan jadi melihat saya dengan tatapan mata terheran heran. Seakan semua berkata dalam hati mereka:”siapa jojaro (gadis) manise ini? Siapa dorang??”. Waktu dokter mau pulang segera saya dan Fatma juga pamit pulang.

Satu hal yang jelas dan cukup bisa membedakan kami, para siswa perguruan Unisyn. Kami bukanlah cuma sekelompok orang yang belajar cara berbisnis, entrepreneurship, tips tips kesuksesan ataupun teknik teknik pengembangan emosional dan spiritual. Ternyata kami juga bisa mematahkan leher orang, kalau mau.

MERUBAH PENGHASIAN AKTIF KE PASIF

Kenyataannya masih banyak orang di dunia ini mengira untuk merubah penghasilan actief ke passief itu mudah, semudah menekan schakelaar lampu. Penghasilan actief adalah penghasilan yang didapat dari bekerja, berusaha. Wah, kalau memang demikian kenapa sedikit sekali jumlah orang di dunia ini yang punya penghasilan passief. Juga masih banyak salah menduga dikira jika seseorang itu punya penghasilan actief yang massief kemudiannya automatisch orang itu punya penghasilan passief. Salah sekali. Mentang mentang sudah bekerja di perusahaan multi-nasional dan punya salaris besar atau penghasilan dari bisnisnya sudah dahsyat besarnya lalu mengklaim diri “saya segera akan punya passive income”. punya Penghasilan passief situasi dimana bukan lagi orang bekerja demi menghasilkan uang melainkan uanglah yang bekerja untuk kita tidaklah bisa diperoleh semudah membalik telapak tangan. Saya bersyukur selalu kepada Allah swt telah dipertemukan dengan Unisyn dan khususnya dengan coach saya yang kebetulan juga Tokoh Pendiri Perguruan ini; dimana rahasia conversie dari active ke passive income dibuka!

Saya bagi sedikit info untuk anda bahwa untuk memperoleh Unstoppable Income, demikianlah istilah perguruan untuk passive income, anda harus lebih dulu punya Massive Assets. Anda dapat memeroleh pendapatan passief dari sini.

Sejak awal saya berguru di Unisyn sudah diajarkan:”bekerja sekali, namun mendapatkan hasil selamanya“. Ini berlawanan dengan kerja sebagai karyawan, dimana kita mendapat hasil sesuai dengan kerja kita. Hal ini dapat dicapai apabila kita mampu merubah sumber income kita yang semula adalah “active income” menuju “passive income“. Untuk itu cara terbaik adalah dengan memiliki bisnis sendiri. Tetapi kenapa banyak business owner yang gagal? Karena mereka tidak menerapkan prinsip learn before you earn. Jadi belajarlah lebih dahulu, sebelum menuai hasilnya, sehingga sebagai business owner kita tidak sekedar make the money tetapi juga manage the money sampai pada titik dimana business berjalan menjadi usaha yang profitable dan kemudianthat work is to be done without me. Dengan tercapai ke adaan ini akan terciptakan cashflow yang banyak dan stabil, apakah Anda terlibat langsung atau tidak. Beberapa kolega saya di peguruan ada yang melalui tahapan jadi Business owner dulu. Di perguruan kami, mereka yang sudah sukses jadi ultra kaya tanpa melalui proses Business Owner melainkan ke fase Investor hanya baru 3 orang dan ketiga tiganya terkait di Future Trading, yaitu saya di bisnis Forex, Susi Rusanti (Saham) dan Sonny W Wicaksono (Komoditi). Kolega kami yang lainnya kemudiannya beralih ke kuadran kanan Investor setelah sebelumnya sebagai Business Owner.

FINANCIAL FREEDOM

Akhirnya di tahun 1996, 2 tahun sebelum terjadi krismon di Indonesia, saya dinyatakan telah mencapai Financial Independent. Ini artinya saya hanya butuh waktu 4 tahun dari memulai bisnis di th 1992 hingga berhasil membuat uang bekerja untuk saya, bukan sebaliknya. Setahun berikutnya (1997) kekayaan saya melambung sudah sedemikian tinggi sehingga status keuangan saya sudah Financial Freedom (FF), kondisi dimana jumlah penghasilan passief yang mengalir ke saya setiap bulannya sudah sedemikian deras, jauh melebihi kebutuhan bulanan saya. Di awal awal pencapaian FF penghasilan saya per bulan ‘baru’ mencapai 20.000 Gulden atau sekitar Eur 10.000 passief. Betul, salaries seorang Directeur perusahaan multi-nasional bisa lebih dari itu, tetapi actief. Bisa punya penghasilan pasief sebesar Eur 10.000 misalnya diukur dengan rente di Belanda 1.2% per tahun untuk Bank Termijnrekening (Time Deposit) identiek dengan memiliki kekayaan Eur 10 juta! (Itu dulu). Siapa, Directeur yang mana, punya harta sebesar itu?

Dengan penghasilan yang sudah tak terhentikan lagi ini (Unstoppable Income) saya minta izin ke coach agar diperbolehkan bawa keluarga saya jalan jalan ke Belanda sekalian mengunjungi saudara saudara kami yang sudah lama bermukim disana. Tentunya banyak yang tahu bahwa orang orang Maluku, terutama Ambon, punya banyak saudara di belanda. Tidak masalah bagi coach pada rencana wisata saya itu dan sebetulnya saya juga mengajaknya turut serta tapi beliau tidak berkenan.

MENIKAH

Kami berwisata ke negeri kincir angin itu. Semua tempat tempat yang indah tidak kami lewatkan. Salah satunya kami singgah di Volendam. Kota ini adalah desa nelayan dimana kita dapat berfoto menggunakan pakaian tradisional Belanda. Selagi keluarga saya masih terus belanja souvenir, saya duduk sebentar di bangku yang sengaja disediakan buat turis yang letaknya di pinggir pantai agak ke atas sehingga bisa melihat laut dari atas. Pas kebetulan di tempat duduk itu ada seorang pemuda Belanda sudah lebih dulu duduk di samping saya. Disitulah awal saya berkenalan dengan pemuda yang kemudiannya menjadi suami saya yang sekarang ini. Namanya Garreth Teen Van. Dia bekerja di Diamond Point B.V. dengan posisi manajer. Diamond Point ada di kota terbesar di Belanda – Amsterdam. Belanda terkenal sebagai tempat pengasahan berlian no. 1 di dunia. Belumlah lengkap berwisata di negara ini tanpa mengunjungi workshop pengasahan berlian ternama.

Hanya dalam kurun waktu singkat selama sebulan di Belanda, Garreth menyatakan serius ingin melamar saya. Ini tidak tanggung tanggung dia tunjukkan dengan memperlihatkan dan memasangkan cincin sebagai mas kawin berupa mas putih yang bertatahkan berlian. Tentunya bukan karena dia bekerja di pabrikan berlian. Saya jadi terperangah dan speechless, tidak tahu harus bilang apa. Saya terima saja cincin tersebut tetapi jadinya saya sengaja mempersingkat waktu kunjungan wisata saya ini dan musti balik ke tanah air. Sebetulnya bukan sekedar untuk memberitahukan keluarga saya di Ambon, melainkan untuk sengaja saya ambil waktu 3 malam di Jakarta ketemu dengan coach saya dan memberitahukan kejadian ini. Ada istilah di perguruan kami – Your coachline is your lifeline; sampai sebegitunya. Peran coach bukan hanya terbatas melatih melainkan ‘mengatur’ hingga your day to day life! Dan saya tidak akan pernah mempermasalahkan hal itu, demikian juga semua kolega saya di perguruan. Sebab dibandingkan dengan hasil atau faedahnya yang akan atau telah kami peroleh hingga seumur hidup punya Financial and Time Freedom, bukanlah apa apa.

Namun sungguh di luar perkiraan saya semula, coach yang selama ini saya tahu begitu pernah mencintai saya dulunya cuma menanggapi rencana pernikahan saya ini dengan senyum lebarnya yang khas diiringi matanya yang sengaja setengahnya ditutup mirip koala. Hiiih sungguh menjengkelkan. Sampai sampai sebelum saya pisah untuk kembali menuju Ambon saya beranikan tanyakan ke dia apakah reaksi dia seperti itu karena saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan seseorang, termasuk salah satu siswinya yang kerap kali dia banggakan – Dewi Ratna. Tapi herannya dia jawab tidak dengan penuh kepastian dan meyakinkan sambil menggelengkan kepala, berulang kali. Terus terangnya reaksi seperti ini bukanlah yang saya harapkan. Saya kira dia akan mencegah saya untuk itu. 

Di bulan November 1997 saya menikah. Dimana? Di Masjid Al-Ukhuwah Kapaha, mesjid yang semula saya harapkan akan jadi tempat pernikahan saya dengan sang coach dan sudah lama tertera di Dream Book saya. Mesjidnya sudah benar, tapi yang jadi jonggehuwde bukan coach. Sampai menjelang detik detik ijab kabulpun mata saya masih sempat saya layangkan ke sekeliling dengan harap cemas siapa tahu coach saya hadir di situ. Tidak ada. Hingga selesai acara dan hingga resepsi pernikahan di malam harinya. Di zaman itu masih lumrah orang memberi hadiah perkawinan berupa cadeau. Jadi keesokan harinya saya dan Garreth membuka cadeau satu per satu dan…ketemu sebuah cadeau berupa sekuntum bunga mawar terbungkus rapi plastik bening yang ditempel di kotak cadeau yang, ketika saya buka, berisikan tiket pesawat, sepasang jam tangan pria dan wanita yang tidaklah murah harganya, merek Cartier. Les Must de Cartier. Siapa lagi kalau bukan dari coach. Jadi ternyata dia hadir kemarin di pernikahan saya itu, tapi tidak mau menunjukkan batang hidungnya dan dengan modal tiket pesawat bayar sendiri. Tiket dari saya dia kembalikan.  Hmmmh…. mijn geliefde coach. Sungguh menjengkelkan.

Setelah menikah, saya diboyong Garreth ke Belanda, menetap disana. Beberapa kali coach kirim email tapi tidak saya jawab. Isinya seputar permintaan maaf dia tidak muncul di pernikahan meskpiun dia mengakui sebetulnya dia ada di situ. Dia juga menanyakan kelangsungan pelatihan. Saya selalu tidak menjawabnya. Sengaja. Dia belum tahu nomor telpon saya di belanda dan di tahun tahun ini meski hand phone sudah ada dan banyak di Belanda tetapi belumlah populer. Masih banyak orang yang enggan menggunakannya, bukan karena tidak mampu.

Akhir tahun 1998 coach akhirnya menikah dengan gadis pilhannya. Meskipun saya sudah menikah, tetapi jujur sewaktu menerima email dari dia dan di malam hari pernikahannya saya sempat menangis, mengenang kembali hari hari indah dengan seorang pria yang di mata saya nyaris sempurna, een heel aardige meneer (a very nice gentleman). Tetapi di hari itu juga saya sadar, meskipun saya sudah berhasil mencapai keadaan Financial Freedom bukanlah berarti saya bisa memiliki segala galanya di dunia ini. Saya memutuskan bahwa saya dan coach kini sudah punya jalan dan kehidupan pribadi masing masing. Saya menghormati itu.

MENJELANG EF

Sebetulnya diam diam saya terus mengikuti seluruh guidance dari Unisyn dengan tekun. Tibalah saatnya di tahun 1999 apa yang selama ini saya tunggu – pengakuan pencapaian EF (Economisch Vrij). Barulah saya kirim email singkat memberitahukan kemungkinan saya sudah berada di posisi EF. Tidak lama, esoknya coach bukan saja sudah menanggapi email saya tetapi juga menyampaikan informasi bahwa dia akan singgah di Belanda dari Swiss dalam tugas perjalanan keliling dunia dari kantornya bekerja. Betullah, dia muncul di schiphol airport. Saya jemput, sekalian saatnya pembalasan, dalam hati saya berkata. Saya lakukan apa yang selama ini bertentangan dengan apa yang selalu dia ajarkan ke saya Eenvoudige Levensstijl (Pola Hidup Sederhana). Saya jemput dengan mobil yang sengaja baru umur seminggu setelah saya beli – Bentley seri Arnage. Sebuah mobil super lux, ‘saudara’nya Rolls Royce (mobil termahal di dunia). Sudah tentu dia kaget bukan kepalang. Dia segera buka dengan pertanyaan:”ini mobil kamu, Sih?”. Saya jawab “ya”. Dia konfirmasi lagi “milik kamu pribadi?” dan kembali saya mengiyakan. Sepanjang jalan menuju rumah saya dia lebih banyak diam, tapi sebagai siswi perguruan yang sudah cukup tinggi tingkatnya jelas saya bisa mind reading dan saya tahu dalam hatinya dia kesal sekali. Rasain!!!

Setiba di rumah coach saya perkenalkan dengan Garreth. Saya sudah siapkan hotel bintang 5 terdekat, tapi dia lebih suka tinggal di rumah saya. Dalam hati saya sempat berkata kepada diri sendiri “Nantang dia ya. Berani menginap di rumah mantan kekasihnya dan ada suaminya lagi”. Namun bisa bisanya dia bertingkah laku ‘biasa saja’ seakan akan tidak ada apa apa. Hebat.

Kemudiannya coach melakukan prosedur evaluasi EF dan hasilnya? Dia tidak mau kasih tahu. Sudah jelas saya protes. Tapi dia tenang saja, sambil berkata:”kamu saya kasih tahu hasilnya jika sudah selesai menjalani hukuman dari saya”. Kemudian dia kasih pribahasa dalam bahasa Inggris:  Don’t praise the day untill it is evening. (Don’t celebrate untill you are 100 % sure there is a reason to do so); yang dalam bahasa Belandanya juga ada: Men moet de dag niet prijzen voor het avond is. Hiiiiih…. Hampir hampir kebiasaan saya dari dulu kalau marah di dekat dia terjadi: tangan melayang dan… hampir mendarat di mukanya kalau saja tidak segera ditangkap oleh suami saya. Garreth memang seorang pria yang sangat penyabar dan penuh pengertian. Terutama dengan sifat saya yang keras dan mau menang sendiri. Dia sudah kenyang dan hafal makanya dialah selalu yang menengahi dan meredam amarah saya. Dia tahu kalau tiap kali saya lagi marah dia akan meredakannya dengan belaian dan kata kata yang lembut. Berbeda dengan coach saya. Setiap kali saya marah dia berlagak tidak tahu, tidak peduli, santai. Ada saja reaksi cueknya, mulai dari mengambil buku untuk dibacanya, mengalihkan pandangannya ke tv atau apa saja. Saya punya sifat buruk: kalau lagi marah harus diberi perhatian ekstra. Reaksi coach itu jelas jelas bikin saya semakin marah tapi dia tidak peduli. Hal yang menggemaskan, semakin saya marah, coach makin santai dan malah makin kelihatan senyum senang menyungging di bibirnya. Sering karena ulah ini kedua ibu jari tangan saya taruh di kedua ujung bibirnya, masuk ke mulutnya dan menarik serempak ke kanan dan ke kiri agar senyumnya makin terlihat melebar dan terus saya jaga disitu agar tidak bisa dia berhenti dari senyumnya.

Lalu apa hukumannya? Saya disuruh tidur di mobil itu setiap malam selama seminggu! Gila! Tapi yah apa boleh buat. Apalagi ditambah dengan Garreth menyokong penuh atas keputusan coach saya itu. Vervelend!

EF RECOGNITION

Tahun 1999. Hasilnya ternyata memang sangat menggembirakan – saya layak menyandang gelar EF. Sebuah keadaan yang telah lama saya nanti nantikan. Tidak hanya itu. Ternyata saya juga dinyatakan sebagai siswa Unisyn pertama yang menyandang gelar EF.

Awal rencananya saya ingin perayaan EF Recognition di Ambon. Tetapi saya salah perhitungan. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan di rumah orang tua di Kapaha, tempat saya dilahirkan, semua sudah berkumpul dan coach sudah datang, tetapi Garreth mendadak tidak bisa meninggalkan Belanda karena ibunya sakit keras. Akhirnya saran dari coach perayaan dipersingkat dengan pertimbangan suasana yang tidak tepat dan akan diulang sebulan kemudian di Belanda saja. Als de berg niet tot Mohammed wil komen dan moet Mohammed naar de berg gaan (If the mountain will not go to Mohammed, Mohammad must go to the Mountain). Jadi EF Recognition sengaja kemudiannya saya lakukan di Volendam, tempat pertama kali saya bertemu Garreth. Coach, seperti biasa, sama sekali tidak keberatan. Recognition dirayakan di Hotel Old Dutch, tepatnya di Restoran Le Pompadour. Hotel ini terletak tepat di sepanjang pelabuhan Volendam yang terkenal. Hotel ini memiliki restoran seafood di tempat dan kamar-kamar dengan pemandangan IJsselmeer yang luas atau pusat bersejarah desa itu. Kamar-kamar di Old Dutch memiliki perabotan cukup lengkap dan pencahayaan bagus yang kesemuanya adalah rancangan desainer terkemuka. Restoran Le Pompadour menawarkan resep khas Volendam termasuk lobster, tiram, dan sop belut. Bar memiliki aneka minuman. Halte bus terdekat, Zeestraat terletak dalam jarak 2 menit berjalan kaki dan dapat membawa kita ke Stasiun Kereta Api Pusat Amsterdam dalam 30 waktu menit. Edam yang terkenal dengan Edam cheese dan Monnickendam terletak kurang dari 10 menit berkendara dari hotel ini.

Simbol EF berupa strawberry dan red wine kembali diulang disediakan. Tentunya lagu background: Today:

Today while the blossoms still cling to the vine

I’ll taste your strawberries; I’ll drink your sweet wine

A million tomorrows shall all pass away

Ere I forget all the joy that is mine today

Lagu ini aslinya dibawakan oleh John Denver, tapi di hari yang spesial itu saya mengundang Sylvia Saartje yang kebetulan sedang berada di Belanda untuk menyanyikan lagu tersebut. Wanita ini berdarah Maluku – Belanda dan dilahirkan 15 September 1957 di Arnhem, Belanda.

Bisnis Forex yang membawa saya ke kemakmuran memang sangat sulit, tapi tidaklah mustahil. Niet geschoten is altijd mis(If you don’t try, you’ll never succeed).

MIJN GELIEFDE COACH

Tiba hari H-nya dan Waktu W-nya, bukan coach yang datang, melainkan seorang gadis Indonesia yang cantik nan anggun, putih halus lembut, berbadan tinggi tegap, langsing di atas rata rata, di atas tinggi badan saya, rambut panjang. Ia tidak pernah lepas dari senyumnya yang menawan dan datang dari Paris, Perancis. Jadi inilah murid yang selama ini selalu namanya disebut oleh coach, bikin saya penasaran sekaligus cemburu – Dewi Ratna. Dialah senior saya, meski usianya jauh di bawah saya. Mad Jo (Madmoiselle Josephine) demikian call sign-nya, bertindak sebagai Co-coach yang akan memimpin ritual menggantikan coach saya. Kecewa? Sudah tentu, namun apa daya, instruksi dari coach pantang ditentang. Selesai ritual, saya tanyakan ke MJ dimana coach berada tapi dia tidak mau kasih tahu. Saya tidak kurang akal. Saya pinjam camera digital yang sedang ditenteng MJ dengan pura pura mau ambil foto dirinya. MJ bukan cewek biasa. Dia memang berikan tapi sambil mengatakan “anggaplah saya tidak tahu dan tidak melihat apa yang akan mbak Ningsih lakukan” dan dia berbalik pura pura ambil makanan. Ya, memang segeralah saya putar balik frame demi frame ke belakang dan….dapat deh! Foto coach dengan latar belakangnya…windmolen (kincir angin) di daerah yang saya kenal di dekat Edam, hanya 10 menit pakai mobil dari Volendam. Saya segera minta izin pergi sebentar. Saya kebut dengan Bentley kesayangan saya. Sampai di lokasi tidak sulit mencari seseorang di daerah kecil dan sepi di Belanda ini, apalagi di pedesaan. Saya temukan dia lagi duduk di pinggir kanal sungai Ye (Ye-dam> E-dam) dekat windmollen, lagi asyik memainkan biola sambil lihat beberapa angsa berenang disitu. Itulah, sosok pria yang sudah membawa saya ke keberhasilan EF. Disampingnya duduk seorang pria yang seusianya. Kemudiannya saya tahu bernama Sonny Wahyu Wicaksono, adik seperguruan yang masuk 2 tahun (1992) setelah saya. Sonny sedang memainkan fluit (seruling) duet lagu klasik yang sangat saya kenal, karena merupakan lagu favoriet saya: Minuet opus no.13 in E Major dari Boccherini.

Saya tidak kuasa menahan tangis, dia menoleh ke arah saya datang. Dia menyapa dengan senyumnya yang khas “Ningsih. Kenapa kesini?” Saya tidak jawab tapi langsung merengut bajunya erat erat, marah dan meledaklah tangis saya. Kini saya pukul pukulkan tangan saya ke dadanya, dia biarkan sampai keluar semua luapan emosi saya dan akhirnya saya benamkan wajah saya ke dadanya. Aroma wangi lembut dan menyegarkan tercium dari parfum tokoh yang kami para siswa sering menyebut beliau dengan ‘pendekar harum’. Setelah tenang, saya tanyakan kenapa dia tidak hadir di upacara EF Recognition saya. Dia cuma bilang sambil matanya diarahkan kembali ke angsa angsa itu “Itu pestamu Ningsih. Enjoy it”. Saya membantah keras tapi dia tidak menggubris. Mas Sonny kemudian datang menggiring coach saya balik pulang segera ke bandara mengejar pesawat. “Apa dong yang bisa saya balaskan atas jasa baik mas selama ini?” Tanya saya dengan nada amat kesal ke coach. “Ningsih sudah EF kan? Ya sudah. Itu sudah lebih dari cukup kalau mau dihitung sebagai balas budi. Karena kesuksesan itu sangat berarti bagi saya, membahagiakan saya”. Dia berkata begitu sambil melangkahkan kakinya menuju mobil. Saya terpana, diam tidak bisa berkata apa apa, takjub ada manusia seperti itu di dunia ini. Berbuat jasa tanpa pamrih. Di dalam mobil dia buka kacanya sebentar dan menutup pembicaraan dengan berkata:”Ningsih, kamu sudah sukses. Apa yang terjadi jika seorang siswa apakah siswa SMP atau SMA sudah tamat? Gurunya bukan lagi jadi gurunya, bukan? Nah, demikian juga kita. Ningsih bukan lagi murid saya. Lupakanlah saya. Tidak usah ketemu atau cari saya lagi apalagi memikirkan bagaimana balas budi. Nikmati hidup. Enjoy the rest of your life. Be Happy”. Saya terus saja seperti disihir, tidak bias berkata atau berbuat apa papa. Baru setelah mobil itu hilang dari pandangan mata saya barulah saya tersadarkan diri. Saya baru saja kehilangan sosok seseorang yang begitu berarti buat saya. Sedih. Sedih sekali.

Orangnya biasa saja, tetapi tindakannya luar biasa.

Dewi’s Success Story

Mad Jo01b
Author: Dewi Ratna Y

Sebagai anggota/siswa yang sudah mencapai EF ada kewajiban membagi kisah pengalamannya ke komunitas ini, meski bukan berarti dibeberkan ke semua orang.

Nama saya Dewi Ratna. Lahir th 1976 di Ciamis, bukan di kotanya tapi di desa di daerah kecamatan Sadananya, kawasan pegunungan Ciamis Utara. Ayah saya di desa tergolong cukup berada. Awalnya saya diberi info yang salah oleh ibu saya. Menurut ibu, karena kecukupan materi itu membuat ayah lupa diri lupa pada anak istri. Ayah saya meninggalkan saya dan ibu, masih cerita ibu lagi, waktu usia saya masih 3 tahun dengan alasan klasik – punya istri baru. Saya yang waktu itu belum mengerti apa apa harus meninggalkan rumah di Ciamis karena akan ditempati ibu baru, pergi ke rumah orang tua ibu di Tasikmalaya. Ibu harus membanting tulang untuk menghidupi saya dengan menerima jahitan. Tidak mudah dari yang tadinya hidup serba kecukupan kemudian harus menderita. Hingga akhirnya ibu menyerah tidak sanggup menghidupi saya. Tepatnya setahun setelah pisah dengan ayah, ibu menitipkan saya disebuah Panti Asuhan Katolik di kota Banjar. Kota ini dulunya jadi satu dengan Ciamis, kemudiannya terpisah dengan pemerintahan sendiri.

Image result for kota ciamis picture

Di usia 4 tahun, usia dimana sangat butuh kasih sayang orang tua saya harus mau menerima keadaan hidup di lingkungan dengan disiplin yang keras dan keadaan segala sesuatunya sederhana. Makan dengan ‘nasi bowl’ istilahnya, jangan samakan dengan resto Rice Bowl yang ada di Jakarta. Disebut demikian karena nasi hanya cukup sebanyak mangkok (bowl) kecil saja dengan lauk sayur dan langganannya tempe tahu. Kalau selesai doa malam dan mau tidur kami harus ‘berlomba’ ke tempat tidur masing masing. Pernah karena belum selesai doa saya sudah lari dan dipukul punggung saya dari belakang oleh suster. Kenapa lari? Karena kalau tidak cepat maka saya akan dapat bantal yang sudah bergambar ‘pulau pulau’ alias tetesan tidak sehat dari sesama penghuni panti yang pakai bantal itu sebelumnya. Namanya saja kami ini anak anak kurang gizi. Diberi makan tiap hari saja sudah bersyukur. Demikianlah kurang lebih gambaran hidup di panti asuhan.

Dewi young01

Dari dulu satu hal yang paling saya suka dan mungkin merupakan kelebihan saya adalah olah raga, terutama ketangkasan. Seperti kasti, ping pong, basket. Dari kecil saya selalu menonjol dibanding sesama anak panti asuhan atau teman teman di sekolah. O ya, kami oleh pihak gereja disekolahkan dan tentunya di sekolah Katolik yang terkait dengan gereja tersebut. Saya cukup berprestasi. Rupanya kelebihan saya ini menarik perhatian seorang ibu yang biasa mengunjungi panti setiap sebulan sekali. Katakanlah bernama bu XYZ. Kebiasaan di panti ini harus memanggil orang atau pasangan yang datang dengan ayah ibu atau papa mama. Bu XYZ ini malah sebaliknya minta saya memanggilnya harus ‘ibu’ bukan mami, mama atau sejenisnya lengkap dengan namanya. Waktu itu bagi saya penampilan ibu itu biasa saja dan sangat keibuan. Meski jarang tersenyum apalagi tertawa ibu ini terasa sangat mengayomi dan klop sekali dengan saya yang memang sedang mencari figur pengganti seorang ibu.

Setahun setelah saya dipanti saya dapat info bahwa ayah kandung saya, Dayat Sastrawijaya, sudah meninggal justru dari bu XYZ ini. Saat itu saya tidak ambil pusing kenapa ibu ini bisa peroleh info tersebut dan juga meninggalnya ayah saya seakan tidak ada efeknya bagi saya, mungkin karena dari kecil saya sudah tidak pernah merasa bersama beliau. Juga dari ibu ini saya dapat kabar bahwa ibu kandung saya sudah menikah lagi dan apa yang mengagetkan saya adalah ternyata semua yang ibu katakan kepada saya mengenai ayah hanyalah bohong belaka untuk menutupi kesalahan besar yang ibu saya lakukan. Sebelum meninggal, ayah sempat ditemui oleh bu XYZ masih di rumah lama dimana saya dulu dilahirkan. Ayah hidup sendiri tanpa pendamping, hanya ditemani tante saya, adik kandung ayah. Waktu itu ayah sudah sakit keras menderita karena kanker otak. Namun sebelum meninggal beliau sebetulnya ingin sekali menemui saya, tapi kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan. Sebetulnya justru ayah meninggalkan kami karena dihianati oleh ibu, yang selingkuh dengan pria lain, yang kini jadi suaminya. Saya selalu sedih kalau nama ibu disebut barang sekali saja. Sedih tapi bercampur ada kebencian karena merasa bahwa saya ini dicampakkan begitu saja. Apalagi selama saya dipanti itu ibu sama sekali tidak pernah menengok saya barang sekalipun. Rupanya dari ayah saya bu XYZ mendapatkan alamat rumah ibu saya. Bukannya bu XYZ belum pernah mencoba, sudah berkali kali tetapi ibu kandung saya selalu menolak menengok saya hanya dengan alasan takut dimarahi suaminya yang sekarang. Sungguh kejam sekali. Bisa ia mengorbankan saya dan ayah demi seorang lelaki.

Dewi27b

Singkat cerita ‘ibu’XYZ terus teratur mengunjungi saya minimal sebulan sekali dan selalu bawa buah tangan. Saya senang sekali. Beliau sudah saya anggap sebagai ibu sendiri. Kalau saya perhatikan disamping ibu ini ada juga 3 ibu ibu lain yang memiliki masing masing seorang anak asuh.

Pada suatu hari tibalah mungkin bisa dibilang saatnya, waktu umur saya 9 tahun ibu resmi mengambil saya dari panti dan membawa saya ke Surabaya, lebih tepatnya di lingkungan mess Angkatan Laut. Saya pikir lebih baik saya sebutkan lebih dulu agar para pembaca tidak berpikir negatif.

Jadi Anak Negara

d6551-dewi25

Waktu itu namanya anak dari desa saya tidak tahu daerah apa itu. Di kota besar ini saya ditempatkan di mess bersama beberapa anak yang kurang lebih seumur saya. Ketiga teman teman saya di Panti yang saya ketahui waktu itu juga diambil oleh ibunya masing masing bersamaan waktunya dengan kepergian saya tetapi entah kemana mereka dibawa.

Di mess ini kehidupan sama sekali baru segala sesuatunya. Mengetahui dulunya saya muslimah, ibu mengembalikan saya ke Islam. Saat itu, maaf, terus terangnya soal agama saya tidak pernah peduli, meski cukup keras dididik di gereja setiap hari. Hal yang sama seperti di gereja, di mess ini adalah kedisiplinan. Sama sekali tidak masalah bagi saya karena sudah terbiasa dari kecil dididik disiplin. Saya lebih senang disini karena dari segi gizi, makanan dan minuman sangat bagus dari segi kualitas dan kuantitas. Susu, daging, telur dan segala yang menyehatkan seperti sayur sayuran, bubur kacang hijau plus selalu ada tambahan vitamin apakah itu berbentuk tablet atau alami seperti minyak ikan. Dokter hingga rumah sakit siap melayani gratis. Kami tidak boleh sakit, kondisi fisik harus terjaga fit. Sekolah terus dilanjutkan, banyak macam kursus ketrampilan sepulang sekolah mulai dari berbagai bahasa asing (saya wajib menguasai minimal 10 bahasa asing !!!) hingga mengemudikan berbagai kendaraan. Dengan postur tubuh yang masih mungil dulu itu (sekarang tinggi badan saya 172 cm berat 61 kg) saya harus duduk dibantalan penyangga agar bisa lihat keluar jendela dari kendaraan. Tidak terkecuali kursus automotif, elektronik dan….berbagai seni bela diri. Segala sesuatunya itu disediakan cuma cuma tapi sebagai gantinya adalah suatu keharusan saya mengikuti seluruh program tersebut tanpa terkecuali dan disetiap bidangnya harus jago. Pokoknya sangat sangat gembira saya jadinya meski tentunya di lingkungan baru. Bedanya teman teman saya setelah di mess ini sebagian besar biasa disebut ‘anak kolong’, maksudnya anak tentara. Tapi herannya mereka tidak sedisiplin saya, lebih santai. Baru kemudian saya tahu bahwa setelah sekolah mereka pulang ke rumah ‘dinas’ masing masing bertemu dengan orang tuanya. Sedangkan saya? Sebelum kursus harus pulang bersihkan mess, rapihkan kamar tidur dsb dsb. Tidur siang hanya dikasih 1 jam dan malamnya setelah kursus dan makan malam sudah menunggu latihan, latihan yang bagi saya bukanlah latihan ringan. Istirahat hanya boleh sebentar waktu shalat saja dan karena serba keteraturan jadinya saya shalat 5 waktu tidak pernah tinggal demikian juga kewajiban mengaji setiap malam. Selesai ibadah yang ditentukan jam jamnya, dilanjut lagi latihan apakah di luar atau di dalam ruangan dan pagi selain harus bangun sangat pagi juga ada latihan baris berbaris. Aktivitas rutin yang sangat saya benci, baris berbaris. Sedangkan berbagai latihan fisik lainnya saya justru senang dan selalu saya tunggu tunggu. Namun beberapa teman di mess yang sama sering saya lihat muram di wajah mereka, apa yang disebut latihan dasar militer (latsarmil) itu dianggap bagai beban bagi mereka. Efeknya tentu sudah bisa ditebak, saya selalu berprestasi gemilang dibanding teman teman se lifting itu. Ibu XYZ yang setelah di mess ini ternyata tidak hanya jadi ‘ibu’ saya melainkan juga ibunya anak anak yang lain, yang disamping terkenal begitu galaknya dan agak kejam, tetapi dengan saya selalu bisa saya lihat senyum kecil, senyum kebanggaan karena melihat saya terus berprestasi.

Military02

Aktivitas renang sepertinya sudah jadi santapan tiap minggu dan hampir tiap hari. Jarak tempuh renang awalnya seukuran kolam renang Olimpiade dan harus dilalui bolak balik sampai paru paru ini seakan terasa sudah tidak kuasa berkembang menghirup udara lagi. Tetapi para pelatihnya seakan akan tidak mau tahu, kalau sampai terlihat ada yang hampir tenggelam barulah ditolong dan diistirahatkan. Ujung ujungnya kami satu per satu dicemplung di tengah laut lepas, ditinggal dan beberapa lama kemudian baru dijemput kembali. Lapar? Harus bisa makan mie instan (belum di masak) di tengah laut dengan kuah air laut, makan sambil berenang juga minumnya sambil gaya water trap dan lebih sering kami tidak dibekali pelampung. Belum cukup? Ada ujian dimana kami harus berenang dengan tangan dan kaki terikat. Seram ya? Tidak usah heran dari angkatan saya sekitar 50 orang hanya 3 orang dinyatakan lulus termasuk saya.

Image result for latihan renang yontaifib

Untungnya berenang termasuk salah satu hobby saya. Konon katanya, renang itu adalah olahraga yang paling baik. Itulah mengapa Rasulullah Muhammad saw menganjurkannya. dan disampaikan melalui Khalifah Umar :

Ajarilah anakmu berenang sebelum menulis. Karena ia bisa digantikan orang bila tidak bisa menulis, tapi ia tidak bisa digantikan orang lain bila tidak bisa berenang”.

Prinsip dasar yang diajarkan ke kami waktu itu, kita harus percaya pada air.Trust. Yang harus dipahami adalah bahwa, air itu sebagaimana kita memperlakukannya. Seperti halnya manusia, harus ada kontak antara diri kita dengan air. Kalau kita percaya air tidak akan menenggelamkan kita, ya air akan mengambangkan kita. Biasanya cara untuk membuat orang yang masih sangsi dengan hal itu adalah dengan menenggelamkan diri kita sendiri sambil menahan napas, tanpa melakukan perlawanan apapun terhadap air, pasrah saja. Lalu, air akan mengambangkan tubuh kita dengan sendirinya. Analoginya mengapa mayat bisa mengapung, alih-alih tenggelam? Jawabannya karena pasrah, tidak memberikan perlawanan apapun pada air di sekelilingnya dan air pun tidak melawan… Filosofinya, ternyata dalam hidup, banyak kejadian yang tidak mengenakkan ternyata dimulai oleh diri kita sendiri: prasangka. Kita takut orang akan jahat atau mencurangi kita, maka kita membuat semacam pertahanan diri darinya. Akhirnya jadi sinis-sinisan deh. Padahal kan belum tentu.

Image result for latihan renang yontaifib

Semua kadet, begitulah sebutan buat kami, harus bisa mengapung seperti mayat. Itu sangat penting, gunanya bila dalam keletihan di tengah laut kita masih bisa hidup dengan ‘pasrah’ mengapung. Untuk teman teman yang akan berlatih di perguruan Uni-Syn, saya harus katakan dari sekarang bahwa kegiatan pelatihan tidak terbatas di pantai atau digunung, tapi juga di dalam air. Tentunya anda yang telah beberapa kali latihan optimizer tahu kenapa, karena pelatih anda nantinya suatu ketika akan melatih Optimizer di dalam air. Jadi siap siap ya!

Perkenalan dengan Bapak Konseptor

Sekarang saya mau cerita awal saya berkenalan dengan sang bapak yang menjadi konseptor perguruan dan klub ini, yang sudah saya anggap sebagai pelatih kedua, sahabat dan saudara angkat, (juga kekasih mungkin?). Dulunya saya selalu memanggilnya AA (kakak buat orang Sunda) dan sampai sekarang kalau lagi berdua begitulah saya memanggilnya, tapi kalau di depan banyak orang saya panggil ‘aki’ seperti yang dilakukan teman teman perguruan lainnya. Bagi saya, aa lebih dari sekedar saudara, tempat saya selalu cur-hat karena tidak mungkin saya berkeluh kesah ke bu XYZ.

Kejadiannya tahun 1988 atau 2 tahun setelah saya masuk Camp di Surabaya, saya dan beberapa teman dipindah ke Jakarta. Malam itu saya disuruh tidur/bermalam di….kamar mayat RSCM, sendirian. Soal mayat dan hantu sih saya sudah kebal, tapi soal baunya itu lo. Waktu itu kebetulan ada mayat akibat pembunuhan dan sudah berhari hari. Herannya meski sudah dimasukkan ke peti baunya masih bisa keluar bertebaran, mungkin bekasnya masih nempel di ruangan, tapi ya maklum jugalah karena saya berada di dalam ruang kamar mayat, bukan di Sogo (Plaza Indonesia). Saya harus sampai pagi di dalam situ. Meski sudah diberitahu caranya oleh ibu, yaitu begitu masuk kita harus tarik nafas lembut tapi panjang sampai pol, betul seakan akan hidung ini jadi ‘lupa’ dengan baunya tapi lama lama ada rasa mual juga. Saya ini kan manusia, bukan android. Lewat tengah malam saya punya niat nakal ingin keluar jalan jalan. Bapak penunggu kamar jenazah terlihat sedang duduk melamun mulai ngantuk. Saya tahu kalau saya bilang mau keluar jalan jalan sudah pasti besoknya sibapak akan ngadu ke ibu XYZ karena memang sudah dititipkan pesan demikian. Akhirnya saya dapat akal.

Image result for kamar jenazah mayat fkui

Sekedar info, di leher manusia bagian belakang ada titik titik yang kalau kita pijat (maksud saya tentu bukan sembarang pijat, tapi totok) maka orang itu akan hilang kesadaran. Apakah selama hitungan menit atau jam atau selama lamanya bisa diatur asal kita tahu rahasia tekniknya. Waktu itu kekuatan jari telunjuk saya masih belum hebat, meski sudah sering dilatih menusuk nusuk papan bekas peti kemas. Jadi saya gunakan 2 jari – telunjuk dan tengah (sekarang cukup 1 jari saja). Begitu totokan kena tepat sasaran sibapakpun langsung tidak ngantuk lagi alias tertidur pulas.

Saya mulai melangkahkan kaki keluar kamar jenazah. Baru saya ingat, persoalan kedua muncul. Sangat tidak lazim tengah malam begini ada anak kecil berumur 12 tahun waktu itu, perempuan lagi, berkeliaran meskipun di luar kamar jenazah itu adalah kampus Universitas Indonesia. Tapi dari bekal pelatihan serasa jadi mudah. Saya masuk kedalam sebentar, cukup butuh kurang dari 5 menit saya keluar telah “berubah” menjadi seorang anak laki laki. Rambut panjang saya gulung masuk kedalam topi pet, baju saya kendorkan, saya memang tidak pakai make up tapi saya tahu the art of applying military make up. Tujuan utama adalah menghilangkan efek ‘shine and color’ dengan face paint tersebut. Beres deh.

Image result for face paint military girl

Saya langkahkan kaki pelan pelan. Saya sangat tak berharap akan bertemu satpam UI. Kalau itu terjadi, memang saya tidak akan diapa apakan mereka namanya saja ketemu anak kecil, tetapi sepulang ke mess sudah pasti saya akan di’vermaak’ oleh para senior. Beruntunglah selama saya keluar hingga kembali ke kamar jenazah itu tidak ada orang yang melihat saya, kecuali si’bapak’ ini dan inipun karena sayalah yang sengaja menampakkan diri. Kejadiannya waktu saya jalan memasuki taman di dalam bangunan kampus itu yang merupakan perbatasan antara FEUI dan FMIPA saya heran melihat ada orang yang tidur di bangku taman. Aneh, malam malam begini dan banyak orang bilang wilayah kampus UI Salemba banyak makhluk tidak kelihatan yang suka mengganggu orang. Tapi orang ini santai saja tidur. Menurut peraturan dari pelatihan yang saya dapat, jika ada sesuatu yang mencurigakan maka saya dibiasakan harus mendekatinya hingga memperoleh kejelasan. Beda dengan rule of thumb masyarakat sipil yang cenderung untuk lebih baik menghindar atau menjauhi saja.

Jadi saya putuskan mendekati orang yang tidur ini. Rupanya seorang pemuda berusia 27 tahun. Topi petnya sengaja dia tarik menutupi mukanya dan ditambah sapu tangan hingga seluruh mukanya tertutup agar tidak kena nyamuk. Lalu saya teliti dulu dari ujung rambut hingga ke kaki sambil bertanya tanya apakah layak tidak saya menegur pemuda ini. Saya pikir kan lumayan ada teman ngobrol. Tapi belum lagi saya memutuskan sesuatu, pria ini entah kenapa menarik topinya dan sapu tangannya ke atas lalu dia memandang saya dengan ekspresi terkejut diwajahnya. Dipandang seperti itu saya balas dengan senyuman. Dia beranjak bangun, duduk lalu jari telunjuk dan tengahnya mengetuk ngetuk dada atas saya dekat bahu beberapa kali. Agaknya ia sedang mengecek apakah saya ini manusia atau bukan. Tapi spontan tanpa saya pikirkan tangan saya bereaksi menangkap jari jarinya dan mencoba melintir. Namun diluar dugaan pria ini juga spontan tak kalah cepat bereaksinya, tahu tahu tangan saya sudah berputar ke belakang badan saya dan tangan kirinya sudah melingkar dileher saya.

Mau ngajak berantem atau kenalan?” ujarnya. Saya jawab, “Mau ngajak berantem” begitulah saya dilatih untuk tidak takut digertak orang. Saya pikirkan apa tindakan orang ini selanjutnya, saya sudah siap, tapi ia malah mengendurkan pitingannya lalu balik ke posisi semula, tidur, sambil berkata ngeledek:”Kalau mau berantem, lain kali deh, neng geulis, cari saya 5 tahun lagi dan selama 5 tahun itu kamu latihan silat 5x lebih jago dari sekarang. Nah, sekarang saya mau tidur. Jangan ganggu!”

Sambung saya lagi, “Dari mana tahunya saya ini anak perempuan, bukan laki laki?”

Dia jawab tanpa membuka topi dan sapu tangannya, dibiarkan menutup muka, “Lain kali jangan lupa pakai kaca mata hitam, biar tidak kelihatan mata perempuannya’. Diperlakukan begitu, disamping ada rasa geli hati juga rada jengkel. Belum pernah saya dispelekan begitu. Lalu saya menulis di kertas, nomor pager saya berikut operator (memang setiap anak di mess dibekali pager) lalu saya taruh dimukanya yang sudah ditutup sapu tangan lagi, lebih tepatnya taruh keras keras seperti menampar mukanya sampai bunyi keras ‘pak!’. Sudah tentu dia kaget bukan kepalang, bangkit lagi, tapi saya sudah lari jauh sambil tertawa balas ngeledek. Saya hanya dengar suaranya dari jauh ‘awas ya! Jitak lo!’.Begitulah awal saya ketemu dengan bapak Konseptor perguruan.

Saya tidak bisa langsung memperoleh pelatihan EFG sejak perkenalan itu karena bu XYZ tidak mengizinkannya. Tetapi beliau membolehkan saya belajar dari jarak jauh (LDT3). Materi pelatihan, apakah itu berupa teks, audio visual book dikirim lewat pos dan sangat memakan biaya. Lebih sering AA (panggilan kakak dalam bahasa Sunda), begitulah saya memanggilnya, yang keluar uang dari pada saya karena dia tahu uang saku saya dari lembaga hanya pas buat rekreasi kecil kecilan.

Mulai Bisnis

Sebagaimana sudah saya jelaskan sebelumnya, program pembelajaran sudah dimulai secara bertahap dari kakak. Di tahun 1995, tahun dimana rekan seperguruan Unisyn – Susi bertemu dengan kakak saya, di tahun ini pulalah saya memulai bisnis kecil kecilan, tahun dimana saya mulai kuliah di Perancis. Berbagai jenis usaha sudah saya lakukan mulai dari bentuknya pendirian kursus privat bahasa Inggris ke anak anak sekolah, Kursus Matematika dan Science (di Indonesia disebut Bim-Bel) untuk siswa Sekolah Menengah (enseignement secondaire: Collège & Lycée), toko reparasi komputer, apa saja yang saya lihat ada prospeknya pasti saya coba. Kegagalan demi kegagalan sudah menjadi bagian dari kehidupan bisnis saya. Para pembaca mungkin bertanya tanya ‘lalu apa hubungannya dengan cerita saya terdahulu mengenai segala pelatihan berat yang saya alami ?’. Jelas ada hubungannya tetapi tidak bisa saya jelaskan eksplisit. Satu hal yang mudah diterima anda semua bahwa seluruh uang kuliah berikut akomodasi dan transport balik ke tanah air setahun sekali dibiayai oleh negara, cukup itu saja. Uang saku saya sebetulnya lebih dari cukup, apalagi dengan pengaruh didikan kakak saya soal pengelolaan keuangan pribadi (Uni-G Pilar ke 2), sangat banyak manfaatnya buat kehidupan saya. Bisa dibilang, uang saku bulanan saya yang kalau dibanding uang saku bea siswa para mahasiswa dari BPPT yang sama sama dikirim ke Perancis, yang dulu masih diatur pak Habibi, masih jauh dibawah uang saku saya. Kenapa ? Saya hanya bisa bilang faktor pembandingnya hanya satu: mereka tidak ada faktor probabilita kehilangan nyawa, sedangkan pekerjaan saya ada resiko ke arah itu. Kemudian, kenapa saya masih juga nambah sana sini cari penghasilan ekstra ? Disitulah letak kuncinya jika anda menjadi operatif Unisyn pasti tahu apa itu.

Image result for moment inertia

Disitulah saya sedang berusaha menggerakkan apa yang disebut faktor MOMENT INERSIA. Begitu mulai terjadi perputarannya (siklus bisnis) maka segera cepat cepat saya berusaha pertahankan putarannya dan saya tambah terus perputarannya, terus dan terus….itulah Formula Uni-G. Selama bola momentum belum berputar memang sangat sangat berat untuk memutarnya, diperlukan unsur tadi itu : moment inersia. Saya ilustrasikan seperti seseorang sedang mencoba mendorong mobil yang dalam keadaan berhenti. Awalnya agar keempat roda mobil itu mulai berputar sedikit saja diperlukan suatu gaya (force) yang sangat besar. Begitu roda (bisnis) mulai bergerak, kita harus ekstra keras menjaga agar roda tersebut terus berputar dan berputar jangan sampai terjadi Stop and Go, sambil menambah daya sedikit demi sedikit hingga pada akhirnya dengan daya yang kita keluarkan semakin sedikit maka hasil pergerakan rodanya akan semakin lebih besar dibanding dengan kekuatan yang kita keluarkan, berbanding sebaliknya. Kita harus terus dorong hingga terjadi laju pergerakan minimal agar bisa menghidupkan mesin mobil tersebut. Bila kurang cepat maka ketika kunci kontak diputar dan masuk transmisi maka yang terjadi adalah mesin hidup sebentar lalu mati lagi. Harus ada kecepatan yang cukup untuk menghidupkan mesin (kita anggap mobil sedang ada masalah accu). Pada akhirnya setelah mesin (uang) berputar sendiri barulah kita bisa menikmati naik di mobil itu menuju kemanapun kita maui tanpa harus dengan mendorongnya lagi. Itulah dasar pemikiran konsep Uni-G dari perguruan Unisyn. 

Image result for dorong mobil

Kenapa tidak ambil contoh mesin yang quick ignition ? Putar kunci kontak atau tekan tombol start (untuk yang keyless entry) mesin langsung hidup ? Sebab pada faktanya di dunia ini mayoritas dari kita bukanlah termasuk mereka yang beruntung, punya kecukupan modal awal yang bisa langsung menghidupkan mesin uang kita. Itulah masalahnya. Orang kaya itu minoritas, tetapi Tuhan juga adil. Tidak semua orang tua kaya bisa menurunkan kekayaannya kepada anak anaknya.

Selama membangun bisnis dalam 5 tahun pertama sejak saya mulai kuliah (1995 s/d 1999), berbagai pengalaman malang dari kejatuhan bisnis itu sudah kenyang saya alami. Pengalaman tersebut tidak saya uraikan disini.

Bisnis saya mengalami kemajuan pesat setelah pada akhirnya saya temukan jenis usaha yang saya jadikan core business; yaitu ekspor parfum dan kosmetik dari Perancis ke Indonesia. Dari bisnis inilah saya temukan tambang emasnya. Seluruh ilmu ilmu yang saya peroleh dari Modul Uni-G milik Unisyn. Tentu dimulai dengan Demand Pull Marketing. Saya buka titik titik distribusi di tanah air dengan atas bantuan koneksi dari kakak (AA) saya dan relasi saya lainnya. Mereka lakukan outlet penjualannya, ke mal mal besar seperti PIM, Plaza Indonesia, Kelapa Gading Mal dan saya beri komisi. Masalah impor bisa diatasi melalui koneksi kakak saya yang bernama pak Jalil, orang Singapore. Disamping itu lebih sering produk saya kirim melalui kenalan saya dari hasil prospecting – mbak Otty Hari Widyastuti yang berprofesi pramugari senior Lufthansa. Dia selalu punya channel banyak pramugari dari maskapai mana saja yang menuju ke dan balik dari NKRI. Kemudiannya mbak Otty ini juga menyatakan ingin belajar Uni-G dan info terakhir dia belajar dengan Coach dr Milus Nyunting. Sedangkan di Paris saya bangun relasi dengan representatif disainer terkenal, seperti Yves Saint Laurent, Chanel, Christian Dior, Prada, Pierre Cardin, Cartier yang memang sebagian besar dari Top Designers itu berasal dari kota ini, Paris.

Image result for branded yves saint laurent cartier

Sejak awal saya belajar dengan kakak saya banyak ilmu marketing termasuk di dalamnya cara Bangun Relasi lewat modul RDBMS (Relational data Base Management System) dan termasuk Prospecting. Setelah saya sukses mencapai EF, prospecting masih saya terus lakukan hampir tiap hari dan sudah merupakan bagian dari hidup saya. Saya sudah tanya ke semua rekan rekan yang sudah EF dan mereka semua bilang sama: sudah, sedang dan akan terus melakukan kegiatan prospecting seperti yang saya lakukan. Anda ingin meraih EF tanpa prospecting? Itu sama saja mimpi di siang bolong. Sama saja anda berharap gunung akan mendatangi diri anda. Bisnis anda tidak akan kemana mana selama anda anti prospecting. Semua orang sukses di dunia ini bukan karena di awalnya punya modal kuat. Bisa dibilang 99% dari mereka sukses akibat punya relasi (baca:kenalan) yang luas. Saran saya lebih baik dari sekarang kubur mimpi atau cita cita anda sedalam dalamnya dan segeralah lupakan bila masih tidak ada kesadaran dalam diri anda untuk memulai prospecting. Itu ibarat ‘jauh panggang dari api’. Kalau tidak dengan itu dimana benang merahnya agar bisa EF? Hanya dengan mengandalkan kekuatan modal anda saja? Oke, anda punya modal, lalu siapa yang akan melakukan bisnis anda? 

Image result for critical mass

Alhamdulillah segala sesuatunya berjalan lancar. Bisnis bergulir terus semakin cepat semakin cepat dan membumbung tinggi semakin tinggi. Hingga menjelang Critical Mass berangsur angsur bisnis tersebut saya alihkan ke sektor finansial. Bila sebelumnya diilustrasikan kendaraan saya ibarat mobil yang sudah bergerak semakin cepat, perlahan lahan saya beralih kendaraan ke pesawat terbang (sekedar contoh) yang bisa melesat ke angkasa sedangkan bisnis itu sendiri (kendaraan mobil) berangsur angsur saya hibahkan ke teman teman kepercayaan saya, yang membangun bisnis bersama sama dari awal. Sayangnya Hukum Pareto  senantiasa bekerja di dunia ini. Dari 100% teman bisnis yang saya serahkan meneruskan bisnis saya hanya kurang dari 10% yang terus melaju konsisten, termasuk mbak Otty yang hingga kini bisnis yang saya tinggalkan untuknya masih terus berkembang. Lebih dari 90%nya gagal, run out of business! Sedih? Kecewa? Jelas dong, saya juga manusia biasa. Saya kasihan kepada mereka yang gagal itu, tapi harus bagaimana lagi? Saya sudah bantu mereka menyerahkan kail tetapi kail itulah yang dirusak mereka; bagaimana selanjutnya mereka bisa menangkap ikan? 

Mungkin ada pertanyan: apakah kegagalan bisnis mereka itu, yang lebih dari 90% berpengaruh kepada Unstoppable (Passive) Income saya?

Jawab: TIDAK SAMA SEKALI! Disinilah bagusnya dan hebatnya bisnis dari hasil formula Uni-G. Ilustrasinya adalah saya sudah mencapai pulau diseberang lautan dengan terbang (pesawat terbang atau heli kopter) dan di pulau ini saya santai menikmati makanan dan minuman yang disediakan 24 jam tanpa kuatir akan habis. Dalam kesantaian saya meneropong dan melihat teman teman berada di kapal kapal yang tengah menuju ke pulau ini, tapi kapal mereka tenggelam satu per satu, tanpa saya bisa berbuat apa apa selain melihat saja dari kejauhan. Kapal yang berasal dari saya, dengan kapal yang sama dulu sudah mengantar saya sampai seperempat jalan ke pulau ini, kemudian saya hibahkan ke mereka. Tragis memang, tapi itulah dunia

Image result for passive income

Passive Income

 

Pencapaian EF

The Bridge perguruan Uni-Syn menobatkan saya dalam pencapaian EF. Apa yang terjadi adalah sebagai berikut ini:

  1. 1988:

    1. awal saya bertemu Konseptor Perguruan (kakak saya)

    2. kemudiannya mulai terjadi pembelajaran meskipun sebulan sekali dan bentuknya lebih berupa diskusi

  2. 1990: awal saya turut serta menyumbang materi pelatihan ke dalam perguruan, yaitu Modul PSM (Positive Sub conscious mind)

  3. 1995: saya mulai kuliah di Perancis, Université Paris-Sorbonne, Paris IV, dan tahap saya memulai bisnis kecil kecilan atas instruksi dari kakak saya dan dibawah bimbingan jarak jauh1996 – 1999 (4 tahun): bisnis saya jatuh bangun (Quadrant Dog). Saya hampir putus asa. Apalagi daya beli di Indonesia menurun drastis akibat krismon (Quadrant ? Question Mark).

  4. 2000 – 2007 (8 tahun): bisnis saya menguat dan semakin menguat (Quadrant Cash Cow)

  5. 2008: tahun saya mencapai keadaan Financial Independent tapi belum Financial Freedom

  6. 2009:

    1. Oktober : Financial Freedom
    2. Desember: Time Freedom 

  7. 2010:

    1. Febuari: Efforts Freedom (Economically Free)

    2. Maret: EF Recognition di Senakin, Kalimantan.

Saya hanya membeberkan fakta bahwa 90% orang yang memberi andil dalam membawa saya menuju EF adalah ‘kakak’ saya.

Image result for financial independence

Setelah pada akhirnya ibu XYZ mengizinkan saya berlatih bebas dengan kakak saya, berapa lama kemudian di September saya kirimkan seluruh print out mutasi rekening bank dan daftar kekayaan saya mulai Januari 2009, sampai pada suatu kesimpulan bahwa di bulan depannya lagi (Oktober) saya akan berada di posisi sudah melewati Critical Mass. Saya terheran heran sendiri, tidak percaya karena selama ini saya sengaja tidak pikirkan perkembangan keuangan sendiri kecuali tindakan penghematan. Akibat saya selalu fokus pada mengerem pengeluaran jadinya saya ‘lupa’ monitor pemasukan dan ternyata penghasilan bulanan saya sudah mulai melebihi kebutuhan pengeluaran saya rata rata bulanannya dan itu sudah cukup bisa dianggap status saya FINANCIAL FREEDOM. Saya sudah hampir melonjak kegirangan, tapi coach saya minta saya bersabar dulu beri dia kesempatan scan semua dokumen saya untuk dikirimkan ke beliau, kakak saya.  Selesai jam 3 pagi (jam 9 di Jakarta) saya telpon kakak minta agar menganalisa nilai assets saya. Setengah jam kemudian dapatlah jawaban via emai dari kakak: POSITIF. Entah bagaimana luapan rasa gembira saya waktu itu. 

Kejadian serupa dilanjut di bulan Febuari 2010. Kali ini kami bertiga (saya, Susi dan kakak) memeriksa dokumen saya bersama bertempat di apartemennya Susi (Kemang Residence). Hasilnya waktu kakak memberitahukan hasil analisanya bahwa saya kini sudah capai EF. Saking tak kuasa menahan diri kegembiraan saya lompat memeluk kakak tapi kemudian buru buru saya lepaskan lagi sambil minta maaf karena tidak sopan. Kakak senyum saja, eh, malah yang kurang ajar itu Susi. Lepas dari saya, cewek ini sengaja buru buru lompat memeluk kakak saya dan sudah bisa ditebak reaksi dari kakak saya ini; kalau tadi saya yang lepaskan pelukan kini malah kakak saya yang buru buru melepaskan rangkulannya Susi. Nakal memang anak ini.

Sampailah di bulan April acara Recognition-nya di Senakin, Kalimantan bertepatan dengan ulang tahun Equitas Club tanggal 15 April. Selain saya yang berhak memperoleh EF Recognition waktu itu adalah Shobha Chugani, bu Linda dan Aylen Kwok. Ashraf direcognized berstatus Financial Freedom (SQ 8) sedangkan Maribel dan dr Milus direcognized Financial Independent (SQ 7).

n1173400058_204070_6722

(Selesai)

 

Yamazaki Success Story Part 2

Yamazaki02

Dalam kebimbangan, suatu ketika saya beristirahat sambil berteduh di bawah rindangnya pohon Tabebuia di pinggir jalan, saya perhatikan beberapa kendaran mewah yang berseliweran. Penumpangnya berpakaian rapih, keren dan berdasi. Dalam hati saya berguman ‘saya ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan nyaman seperti dulu di Indonesia, berpakaian necis bersama istri dan anak anak saya dan tentu saja memiliki uang yang banyak‘. Tak terasa menetes air mata di pipi saya, mengenang anak istri yang sedang menunggu saya pulang juga mengenang suasana mewah yang pernah saya miliki dulu. Tambah lagi saya ditinggal Pelatih Sukses saya, ingat pesan beliau dan saya segera buka Dream Book yang selalu menyertai saya kemana mana. Di Dream Book itu saya menggantungkan cita-cita setinggi langit, ingin merubah nasib.
Saya menantang diri sendiri sambil berkata, “Saya harus bisa! Go EF or Die” batin saya memacu semangat. Hati saya meletup-letup bersemangat. Otak saya berkeliaran mencari cara untuk melesatkan bisnis jualan ini, mendapatkan sejumlah uang secepat mungkin. Bagaimana caranya? Kembali saya teringat konsep membuat “mesin uang” atau Money Machine ala Unisyn dengan sebutan RDBMS! Harapan tinggi di benak saya! Beberapa tahun dari sekarang saya harus mendapatkan mobil mewah, rumah besar, bisa melancong ke luar negeri dan yang hebat bisa mendapatkan uang tanpa kita kerja keras yang mereka sebut dengan Passive Income. Saya bangkit! Seakan diberi doping.

Beberapa bulan setelah bertemu dengan Coach Susi, pertanyaan pertama yang dilontarkan Coach Susi sewaktu kami berkenalan di Aoyama Flower Market TEA HOUSE:

「何人いますか」に関 (Nan-ri imasu ka’ ni kan) Mengenai “Berapa banyak orang yang Anda miliki”…. Pertanyaan Milestone Unisyn. Saya tergagap tak bisa menjawabnya. Ini membuat Coach menggelengkan kepala sambil berkata:”jangan dulu hubungi saya sebelum ada 1000 relasi” sambil ‘ngeloyor’ pergi meninggalkan saya….

Relasi segera saya bangun, mulai dari 16,…64…256 sehingga berjalan 6 bulan saya sudah kumpulkan 500 lebih relasi. Bahagiakah saya? Sukseskah saya? Belum! Perjalanan sukses masih jauh. Selanjutnya masih perjuangan dan ketersiksaan.

Image result for Aoyama Flower Market TEA HOUSE

Baru terbukti setelah lebih dari 1000 relasi sebagai milestone, sistem bekerja untuk mencarikan kita uang! Hai! (Yes!). Saya beranikan diri hubungi Coach Susi. あれeh..Dia malah menanyakan kapan mau kenalkan Right Hand ke dirinya. Saya jawab membela diri, sejauh ini baru satu orang yaitu istri saya sendiri yang menjadi Righ Hand. Saya berdalih, anak anak saya belum siap; yang terkecil masih di sekolah dasar dan paling tua sibuk mempersiapkan diri untuk ujian masuk universitas. Coach Susi memandang saya tajam agak menakutkan,”Unisyn Coach pantang terlibat dalam masalah pribadi muridnya. Saya tidak mau tahu anak anakmu jungkir balik seperti apa, yang mau saya tahu kamu, Sachiyo san tunjukkan ke saya Right Hands, apakah Right Hands itu diambil dari seorang Yakuza (mafia Jepang) atau Geisha….saya tidak peduli. Yang penting ‘kenalkan Right Hand dan perlihatkan 1000 relasi barulah kita lanjut bicara pelatihan. Bila tidak, stop sampai disini dan kita tidak usah bertemu lagi...” Saya sempat juga beri alasan, bahwa meski dulunya saya menjadi “sacho” (pimpinan perusahaan) waktu di Jakarta, tapi saya tidak punya latar belakang PASTRY dan sekarang ini saya disibukkan kursus pelatihan untuk mengambil sertifikat Le Cordon Bleu Pastry Diploma. Apa jawaban Coach Susi? “Sore ga jigoku (The Hell with that!). Itu bisnismu. That’s not my problem!Kemudian ia mengatakan sesuatu yang menyakitkan:”kalau kamu memang pintar, lakukan Time Management!” Begitulah, Coach yang selama ini di Unisyn dikenal tegas dan keras wataknya tanpa kompromi!

No photo description available.

Akhirnya dengan teguran keras demikian barulah saya bisa merekrut seorang Right Hand. Lalu selang beberapa bulan selanjutnya menambah lagi terus dan terus beberapa Righ Hands sehingga kerja saya semakin efisien dan efektif. Para Right Hand yang terbangun dan terjalin meringankan saya baik dari sisi penjualan, sisi pemasok hingga titik titik jalur distribusi. Nah, apa yang sebut terakhir inilah menjadi kunci RDBMS yang membuat bisnis saya terbang melesat!

Saya teringat betul kata kata dari the Founder dulu itu, Bukan cuma berkenalan dan bangun relasi untuk uang, tetapi lebih kearah pengabdian. Bangun relasi dan kembangkan sendiri ilmu sukses kehidupan. Ini namanya social investment yang bisa memberikan kita return. Jadi jangan ragukan kalau kita berbuat baik sambil membangun relasi,” Benar! Tidak semua urusan bisnis itu uang, tetapi mengembangkan jaringan dalam bisnis agar bisnis tumbuh lebih cepat. Sebagai hasilnya, saya tidak cuma bangun pelanggan dan teman yang setia, tidak cuma teman yang mencintai kue tetapi sekaligus menghormati etos kerja saya, mengaguminya karena ternyata saya selalu dipandang sebagai sumber kekuatan dan motivasi hidup.

Image may contain: 2 people, people standing and outdoor

Seluruh waktu saya tersita untuk membangun dan membina relasi. Siang malam tak kenal jadwal. Saya pernah ditelpon oleh salah seorang relasi yang meminta saya presentasi bisnis roti dan kue saya di depan temannya (prospek) jam 11.30 malam. Saya tidak bisa menolak sesuai falsafah Unisyn: okyakusama wa kamisama desu” – The customer is God dan bisnis ala Unisyn dibangun dari presentasi ke presentasi dengan target kejar 1000 presentasi. Setiap kali saya presentasi, saya selalu meyakinkan diri sebagai orang yang sukses. Padahal sukses masih jauh. Sedikit uang yang terkumpul dari bisnis saya belikan jas, kemeja necis, dasi, dan sepatu untuk memantaskan diri sebagai orang sukses. Padahal saya sendiri sering frustasi, sulit sekali untuk mencapai sukses itu, tapi selalu berkeyakinan seperti yang Coach Susi pesankan: we’re on the Right Track to Success > Unisyn track.
Di mata saya, semua orang adalah
calon relasi. Setiap waktu di luar tidur adalah potensi untuk memasarkan. Tidurpun tak lebih dari 3 jam setiap harinya. Tidak ada batas untuk tempat, orang, maupun waktu. Sistem Unisyn saya sadari mengendalikan dan mendominasi kehidupan seseorang (murid) dan menuntut penyesuaian yang ketat pada program-programnya. Inilah yang menjadi penyebab utama mengapa begitu banyak orang tenggelam begitu dalam begitu memasuki Unisyn. Seakan memasuki dunia tersendiri.

Berbekal tekad yang kuat untuk sukses di bisnis roti dan kue ini, saya dan istri tak berhenti belajar membuat dan mencari resep baru; kaizen. Sebagai pengusaha makanan, saya sadar pentingnya melakukan inovasi. Selain fokus pada kualitas produk. Dari modal usaha yang berhasil saya kumpulkan, sesuai saran Coach Susi saya mengakuisisi beberapa industri rumahan kue dan setelah diakuisisi, industri industri rumahan itu dilebur dalam satu bendera usaha saya. Disamping mengakuisisi badan usaha kecil, saya juga merekrut masyarakat sekitar lokasi perusahaan saya. Juga saran dari Coach, saya selalu aktif mengikuti pameran kue dan roti di sekitar Jepang hingga akhirnya bisnis saya mulai “menyeberang” ke negara negara tetangga seperti Korea, Taiwan, Cina hingga lucunya mencapai Indonesia! Berawal dari Indonesia, berjalan ke sana juga.

Setelah tahun tahun milenial, Coach Susi menyarankan bisnis saya melalui tangan para Right Hands mengadaptasikan sistem digital. Pembuatan kue dilakukan secara robotisasi. Promosi mulai melalui internet dan pembelianpun bisa dilakukan lewat online, dikirim melalui ekspedisi. Sesuai dengan peraturan Unisyn, disamping Right Hands saya juga mulai merekrut calon calon murid yang akan berikutnya saya latih ilmu Uni-G.  Seperti halnya dengan murid pertama saya, Keiko Kitagawa, Berkenaan dengan ini sewaktu saya memberikan RFP (Request for Proposals) ke para murid saya dan setelah disetujui saya akan mintakan bisnis modelnya.

Image result for robot in cake factory in japan

Unisyn mengikuti kata Charles Darwin, bukan yang terkuat yang akan bertahan, tetapi yang mampu beradaptasi dengan perubahan. Maka, kita harus berdamai dengan perubahan. Di Unisyn setiap proyek bisnis yang diusulkan siswa adalah business model. Belakangan ini dengan datangnya era crowd business, di era ini (sesuai briefing O3 dari Coach Susi) bisnis bisnisnya jika kita cari polanya bakal pusing sendiri. Sebab serba tidak jelas batasan antara produsen dan konsumen; juga, kreditor dengan debitor. Siapapun yang menjadi pemasok bisa juga sekaligus jadi konsumen. Crowd business kian kencang berputar akibat kemajuan teknologi informasi— yang terutama membuat arus informasi mengalir deras dan sekaligus memangkas biaya-biaya transaksi. Dulu cari barang mesti menghabiskan waktu, tenaga dan uang. Kini tidak perlu lagi. Kita cukup berselancar di dunia maya. Semuanya bisa dilakukan tanpa kita harus beranjak dari kursi dan dengan biaya nyaris nol atau tarif menjadi lebih murah membuat bisnis era lama bakal segera usang. Sekarang ini pesaing sudah bukan lagi sesama bisnis konvensional, melainkan para pembuat aplikasi. Inilah era sharing economy dari owning economy.

Image result for sunmerry picture

Perguruan Unisyn menyebutkan, “Siapapun yang berniat sukses, pasti selalu ada jalan”. Tak terkecuali bagi saya. Ibaratkan jalan yang ditempuh itu bagaikan mercusuar yang diterpa ombak. Singkat cerita tahun 2009 saya berusia 55 tahun dan memperoleh Economically Free. Dalam perayaan Recognition di Jepang ini sudah saya siapkan kembali Nissan President sedan yang pernah saya tinggalkan di Jakarta dengan air mata. Kini saya beli dengan model terakhir. Kemudian sesuai Dream Book, saya sengaja membawa wisata anak istri ke Jakarta dan Bali.

Sebagai rasa terima kasih tak terhingga kepada The Founder, saya berikan topi koki CHEF HAT REMPEL WHITE (Toque) yang biasa saya kenakan setiap kali berkeliling menjajakan roti spesial untuk The Founder. Di tahun 2010 sewaktu ulang tahun Unisyn, The Founder menyempatkan diri berfoto bersama sama dengan seluruh murid yang direcognized EF dan dengan mengenakan topi koki dari saya. Saya bangga karena topi dari saya ini sejak saat itulah kemudiannya Unisyn Founder sering disebut The Chef.

Yamazaki

Image result for CHEF HAT REMPEL WHITE (Toque)

 

Yamazaki Success Story Part 1

Author: Sachiyo Yamazaki

10329311_256238881247088_8924704195192128443_n

Translator: Susiana Rusanti

    1. Joined: 1998
    2. Coach: Susiana Rusanti
    3. Financial Independent 2002
    4. Financial Freedom 2004
    5. Time Freedom 2006
    6. Economically Free 2009

Kekurangan, menderita namun gigih mungkin bisa menggambarkan perjuangan hidup mantan seorang General Manager perusahaan kue dan roti asal Jepang Sun Mery bernama Sachiyo Yamazaki. Ia telah menjual kue di atas sepeda selama berpuluh tahun sejak ia kembali ke negara kampung halamannya, Hagi di Prefektur Yamaguchi, Jepang di tahun 1997. Prefektur adalah yurisdiksi di Jepang, nama lain dari provinsi. Jika di Indonesia di sebut dengan provinsi maka di Jepang di sebutnya prefektur. Jepang memiliki kurang lebih 47 prefektur dan dibagi menjadi beberapa tingkatan prefektur, kota dan desa.

Image result for hagi city japan

Sachiyo san menuturkan kisah perjuangan hidupnya. Ia membagi kisah semasa ia hidup di Indonesia dan kemudian di Jepang yang menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya. Di usia 43 di tahun 1997 itu Sachiyo san berjuang untuk kehidupannya dengan bersepeda lebih dari 20 kilometer sehari untuk membawa barang-barang jualannya kepada pelanggan. Ya, untuk dapat menyambung hidup, Sachiyo harus menjajakan roti dan kue setiap hari. “Latihan Optimizer dari Unisyn membuat diri saya kuat, tegar dan tahan banting di cuaca hujan atau cerah, musim dingin yang brutal, atau musim panas yang terik” paparnya ketika diwawancara oleh Team Unisyn sewaktu ia selesai merayakan Impact perayaan EF di bulan September 2009.

Image may contain: 1 person, standing, bicycle and outdoor

Dulu sewaktu di Indonesia, mengisahkan cerita yang tak terlupakan, saya sempat memangku jabatan General Manager lengkap dengan segala fasilitas mewah yang disediakan perusahaan; mulai dari mobil dinas Nissan President, apartemen bergaya kondominium Jepang asli di bilangan Kebayoran Baru yang dibangun oleh Obayashi Corporation. Dulu, saya, pernah didemo karyawan saat terlambat membayar gaji pegawai. Dana perusahaan untuk membayar gaji tersebut raib dibawa lari oleh manajer keuangan. Urusan dengan polisi tak dapat dihindari dan cukup membuat saya sibuk. Belum lagi kemudiannya dari holding company (Matahari Grup) menyatakan keraguan dan rasa tidak percaya pada kepemimpinannya. Memang memimpin sebuah perusahaan cukup besar bukanlah hal mudah. Mengutip pepatah “semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang pula angin menerpa”

Image result for nissan president 1996 picture

Nissan President

Di saat didemo itu, sewaktu menenangkan sambil menghibur diri disebuah karaoke Jepang, Cantik Tokyo (Blok M), saya berkenalan dengan Unisyn Founder. Saya lebih suka menyebut itu sebagai takdir yang membawa saya berjumpa dengan beliau. The Founder menawarkan audit keuangan (forensic accounting) jasa perusahaan manajemen konsultan usaha pribadinya untuk menelusuri hilangnya uang tersebut sekaligus sebagai alat mengembalikan kepercayaan para direksi. Dengan audit fee yang terjangkau, saya terima jasa perusahaan milik beliau tersebut, yang merupakan kongsi dengan seorang mitra bisnis orang Jepang bernama Hideho Ijichi.

Walau hasil audit membuktikan kebenaran administrasi manajerialnya, sayangnya tetap tidak bisa mengembalikan unsur kepercayaan kepada saya dari manajemen Holding dan berakhir pada pemulangan diri saya kembali ke Jepang. Namun dalam pertemuan dengan The Chef itu saya seakan mendapat energi kekuatan, termotivasi dahsyat dari The Founder.

Beliau lebih sering saya panggil ‘Sinshei‘ atau Guru. Sinshei selalu memotivasi saya dari jarak jauh, membangun nilai dalam diri. Beliau selalu mengingatkan saya agar esok harus lebih baik dari kondisi saat ini. Dari beliau itulah saya memperoleh sebuah buku tentang motivasi untuk menjadi seorang yang sukses, berjudul “Berpikir dan Berjiwa Besar” karangan dari Dr. David J.Schwartz. Buku itu mampu memotivasi saya secara kuat untuk merubah jalan hidup untuk menjadi pengusaha.

Image result for the falling forward john maxwell

Di Jepang saya harus memulai bisnis dari nol. The Founder juga memberikan buku berinspirasi yang bagus berjudul Failing Forward: Turning Mistakes into Stepping Stones for Success karangan John C. Maxwell. Tak ada istilah bahwa sukses berbisnis itu bakat, namun lebih bagaimana orang berani memulai kembali dan belajar dari setiap kegagalannya.

Sekedar bermodalkan pengalaman dari membuat kue dan roti di perusahaan terdahulu dibantu istri saya mencoba menjualnya. Istri saya tak malu, meski penghasilan menurun lebih dari 100 persen dibanding sewaktu di Indonesia. Saya lupakan segala kenyamanan terdahulu. Dagangan dibuat sendiri di bantu istri setiap malam. Saya membuatnya berbahan tepung, telur, gula dan bahan lainnya. Perlu dicatat, menjalankan bisnis sesuai dengan tata cara Unisyn itu penuh dan ketat dengan prosedur. Segala sesuatunya dari A s/d Z ada SOP (Standard Operating Procedures). Inilah yang banyak tak diketahui orang di luar perguruan. Segala sesuatunya disusun sistematis dan sangat ilmiah, berhubung ‘Bapak Unisyn’ sekalipun berlatar belakang ekonomi tetapi basis ilmu pengetahuan beliau di sekolah menengah adalah sains yang sarat dengan ilmu pasti disamping sang pendiri juga orangnya amat tertarik dengan teknologi. Jadi tak usah heran dalam setiap langkah di perguruan ini selalu harus melewati Test & Measure. “Kita tak bisa menilai sesuatu yang tidak terukur” begitulah pesan dari sinshei.

Kenyataannya adalah bahwa sebelum dilakukan strategi pemasaran menjadi sukses, langkah langkah ini sering wajib dilakukan dengan susah payah, disempurnakan dan diluncurkan kembali. Prosedur Test & Measure ini kebanyakan orang membencinya. Apalagi di dalamnya ada sub prosedur – Lab Test; setiap produk yang akan diperkenalkan harus diuji coba minimal di lab sendiri dan hasil uji lab masih berupa tester harus lulus ‘uji coba’ kualitas ke minimal 10 s/d 50 responden. Sangat melelahkan baik dari segi waktu, tenaga dan terutama juga biaya yang dikeluarkan. Belum lagi langkah kualitas yang harus ditempuh, yang disebut TQC (Total Quality Control). Itu berarti ‘selalu ada kemungkinan, betapapun kecilnya, bahwa setiap langkah yang dicoba tidak akan berfungsi di langkah langkah awalnya’. Dengan kata lain, mungkin akan dihabiskan uang tanpa melihat hasil pengembalian apa pun. Tapi coba pertimbangkan ini – apakah Anda pernah atau selalu telah menguji dan mengukur kualitas produk bisnis Anda? Jangan lupa, langkah selanjutnya dalam perguruan Unisyn adalah disamping melakukannya dengan benar adalah membukukannya, untuk berhasil mengetahui apa yang ‘bekerja’ dan apa yang tidak.

Image result for totAl quality control

Berkat tangan dingin istri dan saya tercipta beragam roti dan kue yang menarik. Agar tidak membosankan, makanan yang kami jual selalu berganti-ganti. Jika dagangan mulai turun penggemarnya, digantikan yang baru begitu seterusnya. Semua konsep Unisyn 100% saya jalankan, tanpa kecuali. Termasuk konsep Kaizen atau Continous Improvements; Inovasi Tiada Henti. Semua yang saya lakukan itu selalu saya lakukan sesuai dari apa yang saya terima dari latihan Uni-G untuk mewujudkan apa yang dianggap impossible menjadi possible. Semua kuncinya adalah jangan pernah bosan untuk belajar, bereksperimen dan jangan bosan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Ada cerita dimana suatu hari istri saya sempat terlalu cepat memasaknya, sehingga roti tidak matang tepat pada waktunya. Roti sama sekali tidak bisa dijual dan hari itu Saya sempat menangis. Apa yang harus dilakukan? Jika hari ini itu saya tidak bisa menjual roti tersebut, maka saya tidak akan dapat uang untuk makan dan membeli bahan baku roti untuk esok hari. Dengan air mata yang masih mengalir, saya berdoa di rumah saya yang kecil: “Ya Tuhan, saya tidak tahu harus berbuat apalagi untuk menyambung hidup dengan cara seperti pelatih saya selalu ajarkan; harus yang legal. Saya tidak ingin menyusahkan anak anak saya. Berikanlah penghasilan berlimpah agar saya sanggup membekali anak anak saya agar hidup mandiri” demikian doa saya dengan linangan air mata.

Ya bagaimana lagi? Bisanya saya hanya jualan begini. Yang penting setiap hari dapat uang untuk belanja, makan keluarga dan biayai anak-anak sekolah. Cukup banyak yang bertanya berapa penghasilan dari jualan seperti ini. Hasilnya ya tidak tentu kadang habis kadang masih banyak tersisa. Kalau di hitung rata-rata penghasilan bersihnya sering hanya cukup untuk makan dan uang saku anak-anak sekolah.

Untuk biaya sekolah dan kelengkapan untuk anak anak memang saya tak harus berpikir keras. Subsidi pemerintah Jepang cukup efektif dan tepat sasaran, terutama untuk pendidikan dan jaminan sosial. Sekolah Dasar hingga SMA gratis jika di sekolah negeri; padahal fasilitas sebuah SD di Jepang sungguh sangat lengkap, mulai dari gedung, alat belajar sampai sarana olah raga termasuk kolam renang. Semuanya gratis. Jika harus ada pengeluaran itu adalah untuk kegiatan tambahan dan juga makan siang. Untuk yang orang tuanya tidak mampu seperti saya ini ada beasiswa yang cukup digunakan untuk membayar aktifitas sekolah anak misalnya beli buku tambahan atau ekstrakurikuler. Itu belum termasuk tunjangan untuk semua anak yang hidup di Jepang; baik itu warga asli maupun pendatang. Semua anak usia 0 sampai sekolah dasar akan memperoleh tunjangan social yang besarnya bervariasi setiap kota. Di daerah Yamaguchi ini 15.000 yen untuk yang belum sekolah dan 10.000 yen (E 80 atau Rp 1 juta) untuk yang sudah SD per bulannya. Tunjangan itu untuk jaminan gizi sehingga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Subsidi juga diberikan dalam bentuk jaminan kesehatan, sistem asuransi kesehatan nasional dengan pola subsidi silang. Asuransi kesehatan di Jepang wajib hukumnya, minimal asuransi kesehatan nasional. Dengan membayar 45.000 yen per tahun (untuk satu keluarga dengan 2 anak) atau sekitar 950 yen per orang per bulan (senilai dengan 2 kali makan siang paling sederhananya orang Jepang) maka urusan kesehatan cukup terjamin. Orang dewasa hanya akan membayar sekitar 30% dari total biaya berobat, anak-anak gratis dan manula diatas 70 tahun yang tidak bekerja hanya membayar 10% biaya pengobatan. Biaya pengobatan di Jepang relatif sangat mahal, tetapi dengan sistem asuransi seperti itu sangat meringankan. Pelayanan di klinik atau rumah sakit juga tak pernah diskriminatif antara yang ikut asuransi nasional atau swasta atau yang tanpa asuransi. Semua dilayani dengan hati.

 

Kembali ke Jepang dan memulai hidup baru adalah sebuah perjuangan yang harus dijalani dengan penuh suka dan duka. Meskipun puluhan tahun dari 1997 saya menjalani pekerjaan sebagai penjual roti dan kue keliling, namun saya jalani dengan senang hati; meski harus “Ngayuh “ sepeda puluhan kilometer setiap harinya. Daerah saya bermukim – Hagi terlalu luas bila bepergian dengan berjalan kaki, namun lalu lintas dan ruas jalan yang sebagian besar membuat bersepeda di kota ini cukup menyenangkan.

Dengan sepeda butut pagi hari saya keluar rumah dan pulangnya malam menjelang. Anak anak sudah tidur lelap. Kegiatan itu saya jalani terus menerus tanpa menghiraukan teriknya panas, dinginnya air hujan dan salju yang mematikan. Saya sempat dalam benak ada keinginan untuk menggantikan sepeda tua ini dengan sepeda motor untuk ider jualan. Maunya sih saya naik sepeda motor meski pengguna sepeda motor di Negeri Matahari Terbit ini sangat sedikit, hanya satu dua orang saja yang menggunakan kuda besi untuk beraktifitas sehari-hari.

Sebagian besar masyarakat Jepang lebih memilih transportasi umum, seperti kereta api, bus, atau bahkan taksi karena naik transportasi umum lebih murah, tepat waktu, dan tidak perlu bayar parkir yang mahal. Disamping harga BBM yang tinggi, pajak kendaraan bermotor serta sulitnya memperoleh SIM menjadikan Jepang meski sebagai negara produsen otomotif dengan merk andalan Honda, Toyota, Suzuki, Subaru dan lain sebagainya, tetapi ternyata jumlah kendaraan bermotor sangat sedikit dan kalaupun ada kebanyakan dengan kapasitas mesin yang sangat kecil, kurang dari 100 cc. Untuk mobil juga kebanyakan dengan plat warna kuning yang menunjukkan mesin kurang dari 1000 cc, karena untuk mobil dengan kapasitas mesin besar (plat putih) pajak akan semakin mahal.

Naik sepeda motor tidak praktis karena cari tempat parkir susah, tidak bisa sembarangan. Kepengurusan surat izin mengemudi (SIM) sepeda motor dengan kapasitas mesin di atas 200 cc, sama dengan SIM mobil; jadi lebih baik sekalian menggunakan mobil. Selain itu, cuaca di Jepang yang memiliki empat musim juga tidak mendukung penggunaan sepeda motor. Kalau musim dingin, bisa di bawah 15 derajat celcius dan ini jadi sangat dingin dan bahaya bila memakai sepeda motor.

Di Jepang, sepeda itu layaknya kendaraan lain seperti mobil dan roda dua, harus punya keterangan hak milik dan diregistrasikan. Dengan mendaftarkan sepeda, kita akan bebas dari tuduhan pencurian, karena polisi akan percaya bahwa yang dikendarai adalah sepeda milik sendiri dan yang kedua lebih mudah bagi para polisi untuk mencari sepeda kita jika suatu waktu hilang.

Untuk jarak dekat orang lebih suka jalan kaki atau sepeda. Namun untuk jarak puluhan km seperti yang saya tempuh setiap hari, sudah tentu sepeda motor lebih nyaman. Hanyalah karena konsep harus kuat menabung demi kuat investasi ala Unisyn menyurutkan keinginan yang lama didambakan. Terpenting badan sehat dan terus dapat mengedarkan jualan sambil terus berdo’a agar diberikan kesehatan oleh yang kuasa agar bisa mencapai massive income; agar pada akhirnya tercapai passive income. Sambil menabung dikit demi sedikit untuk mewujudkan keinginan itu.

Image result for passive income

Passive Income membuat kita bisa pelesiran ke luar negeri tapi uang masuk ke rekening tanpa terkendali. Hidup dengan passive income memang tidaklah seperti antara hidup atau mati seperti hidup di negara lain (maaf). Para orang tua Jepang yang sudah tidak produktif relatif bisa hidup dengan tenang karena adanya jaminan pensiun atau jaminan sosial yang cukup untuk hidup sederhana di Jepang. Memang dari pengamatan masih ada orang miskin di Jepang, tetapi hampir tidak ada orang yang kelaparan karena kemiskinan. BBM mahal, tetapi tak ada yang mengeluh karena mereka sadar banyak hal yang lebih penting dari sekedar menuntut BBM murah. Jepang itu negeri kaya yang rakyatnya juga sejahtera; minimal tak ada anak yang tak bisa sekolah. Tak ada orang sakit yang tak mampu berobat dan tak ada orang yang meninggal karena kelaparan.

Tetapi kondisi semua itu tidak membuat saya kehilangan cita-cita dan impian sebagaimana yang diajarkan Unisyn. Sempat saya kehilangan arah di tahun 2000 ketika shinsei saya memutuskan agar saya dilatih oleh muridnya yang selanjutnya menjadi coach saya bernama Susiana Rusanti. Pertimbangan pengalihan coach ini karena Susi san bisa berbahasa Jepang dan selain juga gadis muda cantik ini sering bepergian ke Jepang minimal sekali dalam sebulan, meski basis kerjanya di Moskow, Rusia. Pengalihan Coach ini sempat membuat saya galau, ada rasa kehilangan orang yang selama ini saya percaya penuh.

Image may contain: 2 people, people riding bicycles, bicycle and outdoor

Kim-ly Story Part 1

Author: Kim-ly Mai

    1. Joined 2001

    2. Reference: HD Coach

    3. Coach: HD Coach

    4. Financial Independent 2003

    5. Financial Freedom 2004

    6. Time Freedom 2005

    7. Economically Free 2006

    8. SQ 12

Translated by Sri Rachmiati

Sejak SAIGON, ibukota Vietnam Selatan jatuh ke tangan pasukan Vietnam Utara pada 30 April 1975, komunis Vietnam melarang adanya partai politik lain. Mereka menjebloskan orang-orang yang dianggap bersekutu dengan Amerika Serikat ke penjara-penjara (re-education camps). Duong Quan, berpangkat letnan, ayah saya salah satunya.
Berikut ini adalah cerita perjalanan hidup keluarga saya sebagaimana dikisahkan oleh ibu dan kakak laki laki saya.

Image result for pulau galang
Mereka memenjarakan ayah dan dua tahun kemudian membunuhnya. Tinggallah ibu, kakak dan adik. Ibu cemas tidak bisa merawat dan membesarkan kami. Bagaimana ibu bisa merawat anak-anak? Sementara dirinya tak memiliki pekerjaan. Karena masalah ini, ibu berencana melarikan diri ke Amerika.
Vietnam menjadi negara yang porak-poranda akibat perang berkepanjangan. Persoalan ekonomi menghadang rezim komunis. Situasi tak menentu ini membuat banyak warga Vietnam meninggalkan negerinya.

Related image
Seorang kenalan ibu menjanjikan sebuah perahu besar dengan segala sesuatu di atasnya dengan imbalan sejumlah uang tentunya sebelum meninggalkan Vietnam dan sisanya dibayar ketika tiba di Amerika. Tapi ibu ditipu. Kami hanya mendapatkan sebuah perahu kecil dengan sedikit makanan, air, kompor dan gasnya.
Di tahun 1980 dengan perahu setengah tertutup dan dengan sekitar  80an penumpang berangkatlah dari dari Camau, ke ujung selatan Vietnam. Delapan orang di antaranya keluarga kami, ibu dalam keadaan sedang hamil (mengandung diri  saya),  kakak saya yang sudah menikah,  istri kakak saya, ibu mertua kakak saya, anak kakak dan dua keponakan.
Belum lama berlayar, perahu terlihat rusak. Tapi seorang yang kami anggap pemimpin kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Sadar akan akibatnya bila kembali lagi. Temannya, seorang tentara berpangkat letnan dua, yang mencoba melarikan diri melalui Kamboja dan tertangkap tentara komunis, masuk penjara, dibunuh.  Kami  tahu tak bisa kembali. Akhirnya perahu pun lanjut berlayar.

Image result for pulau galang
“Jangan berpikir untuk membatalkan ini! Kecuali jika kalian ingin mati di tangan Vietcong seperti ayah.” Ucapan ibu ini malah membuat sekeluarga menangis. Benar. Ayah sudah mati di tangan Vietcong dan kami sudah tidak memiliki jalan untuk mundur.
Sesekali mata kakak saya menatapi perahu ini dari ujung ke ujungnya. Perahu ini terlalu kecil untuk ditumpangi puluhan orang. Namun masih “baik”lah kami dapat menumpangi perahu ini untuk lari, meski lari tanpa tujuan yang jelas dan hanya mengarungi lautan luas nan buas.
Hari ketiga setelah kami meninggalkan pelabuhan di Saigon persediaan makanan di dalam perahu ini menipis. Bau pesing sangat menyengat di hidung. Kami semua pipis air di tempat kami berdiri.

Image result for pulau galang
Terkadang guncangan besar pada perahu mengejutkan kami, sebagian menjerit histeris. Volume air yang masuk ke dalam perahu makin banyak. Nahkoda di perahu kami berteriak untuk menenangkan penumpang. Ketika guncangan guncangan besar itu berhenti, desahan lega terdengar di setiap sudut perahu.
Tidak lama setelah itu  jeritan tangis seorang ibu menggema. Itu istri kakak saya. Akibat  perbekalan tak memadai, karena lapar, haus dan lama kepanasan, anak kakak dan keponakan  meninggal. Belum cukup sampai disitu, keduanya, sebagaimana kematian kematian lainnya yang terjadi sebelum itu, mayat mayatnya terpaksa dibuang kelaut. Jika dibiarkan di kapal akan membusuk dan mengganggu kami semua.
“TIDAK! KENAPA KALIAN MEMBUANGNYA?!  DIA AKAN DIMAKAN IKAN!!!” teriak kakak ipar. Ia meronta, meminta minta agar mereka tidak membuang jasad tersebut. Tidak bisa. Kakak sayapun hanya memalingkan muka, sedih. Melihat anaknya ditenggelamkan ke laut. Kedua ponakan saya pergi untuk selamanya. Ibu pingsan. Kakak ipar saya terus berteriak meminta anaknya dikembalikan.
Kakak saya menangis setiap hari sejak itu, meskipun ia laki laki. Ia kerap bicara bertanya kepada Tuhan “mengapa semua ini terjadi? Kami melarikan diri bukan untuk masa depan kami, tapi untuk masa depan anak-anak,” rintihnya.
Sesuatu yang buruk kembali datang; perahu terjebak dalam pusaran air (whirlpool). Selama dua hari perahu hanya berputar-putar di pusaran air dekat Teluk Thailand. Beruntung kami akhirnya kemudian terbebas dari pusaran air. Setelah keluar dari pusaran air, semua orang di kapal kelelahan dan berbaring di perahu sambil berpikir akan kematian.

 

Selama sekira 13 hari di tengah laut dan nyaris putus asa perahu kami terdampar di sebuah pulau kecil. Kemudian sebuah perahu nelayan datang menolong. Kakak saya memperhatikan nahkoda yang tengah berbincang dengan nelayan itu.
“Nelayan itu akan membantu kita. Ia bilang akan meminta bantuan UNHCR dan Angkatan Laut.” Ucap sang nahkoda.
Kami berdoa agar jangan lagi untuk kesekian kalinya kami ditipu. Kali ini benarlah. Kami dibawa ke kamp pengungsian di pulau kecil bernama Kuku di Kepulauan Riau. Kami  tinggal selama beberapa hari sebelum dipindahkan ke Pulau Galang.
“Kita berada di negara mana?” tanya kakak saya.
“Indonesia. Menurut nelayan tadi, negara ini memiliki sebuah pulau yang dijadikan tempat pengungsian bagi orang-orang Vietnam.” Kakak saya terhenyak. Benarkah negara ini merelakan pulaunya khusus untuk menampung para pengungsi dari Vietnam?

Image result for pulau galang

“Pulau ini, nama pulau ini apa?”
“Pulau Jemaja. Mungkin kita akan tinggal di sini beberapa hari hingga datang bantuan.”

Pulau ini terletak dibagian bawah Laut China selatan, kepulauan ini seolah – olah terletak ditengah – tengah lautan.
Kalaulah bukan karena terdampar, melainkan sengaja melancong ke sini, pantai di Pulau Jemaja sungguh pantai yang sangat – sangat Indah. Pun sebelum kapal merapat ke pelabuhan “aroma” keindahan telah terpancar dari beningnya air laut yang berwarna biru kadang hijau, serta dihiasi terumbu karang dan ikan hias. Bahkan sampai dibibir pelabuhan pun pemadangan itu masih bisa dirasakan. Di pelabuhan, saat kita berdiri dan melihat kebawah masih bisa kita lihat ikan karang berlarian kesana kemari. Bahkan kalau beruntung kita bisa melihat penyu berseliweran kesana kemari dipelabuhan. Betapa indah.

Image result for pulau jemaja picture

Pasir Putih, dengan air laut yang jernih, Pohon kelapa berdiri disepanjang pantai, suara deburan ombak, serta lingkungan yang masih asri dan bersih. Kami sekeluarga  dan rombongannya bukanlah satu-satunya  dan yang pertama sebagai pengungsi asal Vietnam yang dikenal dengan sebutan manusia perahu (boat people). Menurut data perpustakaan manusia perahu kali pertama memasuki Indonesia pada 25 Mei 1975; mendarat di Pulau Laut, Kecamatan Bunguran, Kepulauan Natuna. Kemudian disusul kedatangan 4.000 pengungsi di Pulau Anambas, yang melebihi jumlah penduduk setempat: 3.000 jiwa. Ada juga yang mendarat di Pulau Bintan dan Pulau Pengibu –pulau kosong yang tak punya sumber air.

Pulau Jemaja juga menawarkan wisata sejarah, yaitu Pantai Kuku. Tempat ini dulunya dipakai sebagai camp pengungsian warga Vietnam yang melarikan diri dari perang saudara yang terjadi di negara mereka pada periode 70an.
Dua bulan setelah UNHCR (United Nations High Commisioner for Refugees) dan TNI Angkatan Laut membawa kami ke barak pengungsian yang berada di pulau Galang. Terdapat dua zona barak pengungsian di sini. Zona 1 di sebelah timur dan zona 2 di sebelah barat. Saya menempati zona 2. Kami – para pengungsi difasilitasi dengan baik. Jalan yang diaspal, saluran air yang baik, tempat-tempat ibadah dan masih banyak lagi. Peristiwa yang terjadi di Vietnam ternyata menjadi bahan perbincangan yang serius di seluruh negara. Di tahun 1981 di pulau inilah saya dilahirkan. Saya kecil hingga berumur 9 tahun disini. Sekolahpun tentunya juga disini.

Image result for pulau galang

Selama tinggal kamp Galang II, kakak saya aktif di gereja yang didirikan khusus buat pengungsi. Kakak  mengajar di sekolah Alkitab. Kami akui, kehidupan disini indah bagi kami, jauh indah dibanding di Vietnam dan di tengah laut. Pengungsi ditempatkan di rumah-rumah panggung yang sudah disediakan. Setiap keluarga tinggal di satu kamar.  Pengungsi Vietnam dan Kamboja tidak boleh dicampur satu rumah. Mereka bisa saling bunuh-bunuhan. Beras, bahan-bahan makanan mentah  dan peralatan mandi dibagikan kepada masing-masing pengungsi. Sambil menunggu sponsor atau negara ketiga yang mau menerima menjadi warga negara, kami para pengungsi mengisi waktu dengan bercocok tanam disekitar kamp atau buat kafe kecil-kecilan.  Petugas jaga akan  terus mengawasi karena sering diantara pengungsi ada yang mencoba kabur.

Image result for pulau jemaja picture

Di Kamp Galang ini diberikan pembekalan. UNHCR mendidik dan mempersiapkan kami para pengungsi sebelum tiba di negeri baru nantinya. Kami mendapat pelajaran bahasa Inggris dan keterampilan lain, seperti perbengkelan atau mengetik. Saya sendiri dari kecil sudah diajarkan bahasa Inggris. Cukup banyak volunteer (sukarelawan) datang kesini bantu bantu, termasuk Tim Relawan dari Universitas Indonesia. Salah satunya adalah guru bahasa Inggris saya yang tampan, murah senyum, muda, dan tampak berintelektual, itulah kesan pertama saat melihat Mr.Bxx pengajar sukarelawan dari UI. Kebetulan beliau dipilih karena meskipun kuliah di Fakultas Ekonomi tetapi juga berprofesi di luar kuliah sebagai guru bahasa inggris hasil didikan dari ELS. Kami dengar beliau sengaja jadi sukarelawan agar bisa sekalian pulang menengok kampung halaman asal ibunya – Tanjung Pinang. Di dalam kota Tanjungpinang-pun juga disinggahi pengungsi Vietnam. Salah satunya di Bukit Cermin.

Image result for pulau galang
Pak Guru Bxx cepat  disukai oleh anak anak perempuan seperti saya karena ia masih muda dan tampan.
“Good Morning. All! I’m  your new teacher. My name is ….” Ujar Mr. Bxx memperkenalkan diri didepan kelas sambil menuliskan namanya di papan tulis “XXX XXXXXXX. You can call me Mr. Bxx. My age is 26. This is my first teaching in front of foreign students, so forgive me if I look nervous. Do you have questions?”
Guru ini mengajar anak-anak dengan sabar, senyum, dan tenang, sehingga mereka menjadi mengerti tentang materi yang disampaikan. Nilai-nilai tugas saya di kelas menjadi bagus, karena Mr. Bxx mengajar dengan baik. Saking baiknya, jika ada anak yang tak mengerjakan tugas, beliau takkan memarahi anak tersebut, namun karena perlakuan beliau yang seperti itu banyak anak yang jadi malas mengerjakan tugas, terutama anak pria, karena beliau ini pantang memarahi murid, apalagi sampai mengeluarkan anak tersebut dari kelas. Namun dengan sikap itu pula beliau menjadi amat populer di kalangan kami murid murid. Kepopuleran beliau itu akhirnya sampai ke para orang tua murid, termasuk ibu, kakak saya dan keluarga kami semua. Kami semua memutuskan untuk menemui guru yang ramah ini dan berkenalan. Betullah, semua dari kami dan ternyata tidak hanya keluarga kami melainkan juga dari keluarga keluarga pengungsi lainnya sangat menyenangi beliau. Disinilah awal kami mengenal beliau.

Image result for pulau galang

Tak terasa Mr. Bxx sudah mengajar mereka selama 1 bulan. Saatnya beliau pulang ke Jakarta meneruskan kuliahnya.
Sore itu saya, kakak dan kakak ipar sedang duduk duduk dipantai Cermin menghadap ke tengah laut. “Boleh saya duduk di sini?” suara tegas seorang laki-laki yang telah saya kenal duduk diantara saya dan kakak saya. Saya mengernyit. Laki-laki itu tersenyum. Ternyata guru bahasa Inggris saya yang tampan. Kakak saya tersenyum sambil mengangguk.
“Apa sudah lama bapak jadi relawan?” tanya kakak saya dalam bahasa Indonesia terbatas.
“Tidak. Belum lama, baru kali ini.” jawabnya.
“Kalau saja….” lanjut kakak saya.
“Kalau apa?” tanya guru saya.
“Ya, kalau saja semua orang punya sikap baik dan ramah seperti Mr Bxx” sambung kakak saya dan sepertinya pernyataan itu spontan mengalir begitu saja dari mulut kakak saya. Pak guru tertawa kecil.
“Tapi nantinya apakah bapak rencananya mau jadi akuntan atau guru bahasa Inggris?”
“Apa saja asal menghasilkan uang dan halal. Saya juga dapat tawaran mengadakan pelatihan”

Related image
Dari sinilah kemudian saya tahu pak guru ini punya rencana di tahun 1987 ini akan mengadakan suatu pelatihan self-transform. Waktu itu belum bernama Unisyn, sama sekali belum ada namanya.

Image result for pulau galang
Penulisan dr Kimly May ini secara tata bahasa dan kosa kata diperbaiki dan ditata kembali oleh Sri rachmiati

 

Setia Success Story

setia28

    1. Joined: 2007

    2. Coach: HD Coach

    3. Financial Independent 2008

    4. Financial Freedom 2008

    5. Time Freedom 2009

    6. Economically Free 2009

Perjalanan hidup saya sudah pasti jauh berbeda dibanding rekan rekan saya lainnya di Unisyn yg sudah EF. Bukan saya merasa kisah saya lebih bagus, tapi justru sebaliknya bisa dibilang lebih banyak menderitanya dari pada senangnya. Saya dan Mr Butch ada kemiripan dalam masalah keuangan. Kami berasal dari keluarga sederhana, tidak seperti rekan Susi dan Shoba yang memang dari dulu belum pernah merasakan susah makan. Tapi saya dan Butch masih ada satu perbedaan, walaupun sesusah susahnya beliau tapi masih ada yang ditunggu tiap bulan dari perusahaan tempatnya bekerja. Kalau saya selalu harus berpikir keras bagaimana untuk makan besok.

Saya tidak menyalahkan siapa siapa termasuk kedua orang tua saya yang harus berpisah karena tidak bisa akur lagi. Sejak kecil dari hari kehari selalu saya disuguhi sinetron gratis berupa pertengkaran antara ibu dan bapak saya. Ini jelaslah berpengaruh sedikit banyaknya ke pembentukan pribadi saya. Bapak kemudian meninggalkan kami dan membangun kehidupan baru dengan keluarga baru di lain kota. Sekedar info, ibu saya berdarah asli Venezuela sedang bapak asli Purworejo. Bapak bertemu ibu sewaktu beliau ditugaskan pekerjaan di Duri, Pakan Baru dan bertemu dengan ayah dari ibu saya yang bertugas sebagai expatriate di sana.

Image result for purworejo picture

Oya, saya, ibu dan adik tinggal di kota kecil asal ayah saya, Purworejo- Jawa Tengah. Ini terjadi waktu saya masih kelas 4 SD. Sejak itu saya dan dua adik ikut ibu. Karena harus bekerja, jadi single parent dan tidak kuat bayar pembantu jadinya sayalah yg harus mengantar adik adik dan menjemputnya kembali dari sekolah setiap hari disamping saya sendiri harus sekolah. Kehidupan kami begitu susah karena gaji ibu sebetulnya tidak cukup untuk hidup kami berempat. Karena biaya hidup yang terus menerus membengkak, akhirnya ibu tidak sanggup lagi membiayai saya. Ibu menitipkan saya ke kakek dan nenek di Duri. Begitulah, saya lanjutkan SMP dan SMA di Duri. Makanya teman saya Meuthia dulu menilai saya sebagai orang yg tidak ramah sebetulnya karena kehidupan keluarga saya yang tidak bagus.

Image result for sma cendana duri

SMAS Cendana – Duri

Duri adalah salah satu kecamatan terkaya di Indonesia. Bermilyar barrel Minyak bumi di keruk dari daerah ini sejak berpuluh tahun yang silam. Ada istilah Duri sebagai kota atas minyak bawah minyak, maksudnya minyak bumi dan minyak sawit. Hidup selama sekolah di SMA memang terasa jauh berbeda karena kakek saya bekerja di Caltex dan kakek tinggal di perumahan perusahaan itu yang sekarang sudah diambil alih oleh Chevron. Sekalipun hidup cukup senang tapi pikiran saya tidak senang karena selalu menerawang jauh ke Purworejo.

Image result for caltex

Selesai SMA tahun 2004 saya putuskan mencari bapak saya di Jakarta untuk membiayai kuliah saya karena saya tidak enak terus meminta ke kakek yang sudah memasuki pensiun itu. Ibu memberikan suatu alamat saudara ibu di Jakarta dan itu adalah alamat rumah bu Pungky di daerah Tanjung Barat-Ps Minggu. Sejak hari itu saya menumpang tinggal di rumah beliau. Saya dibantu suami ibu, pak Badiono entah sudah berapa kali berusaha mencari keberadaan bapak saya tapi selalu nihil sementara untuk menumpang gratis terus menerus membuat saya tidak enak sekalipun bu Pungky dan suaminya sama sekali tidak berkeberatan.

Tahun 2005 barulah saya ketahui bahwa bapak saya sudah meninggal. Itupun saya tahunya setelah 8 bulan beliau dimakamkan. Sedih, sudah tentu. Tetapi rasa kekuatiran saya melebihi kesedihan saya, kekuatiran harus bagaimana saya bisa melewati hidup.

Akhirnya saya minta tolong bu Pungky untuk kerja di Play Group Midori milik beliau. Midori adalah sekolah khusus buat anak anak Jepang. Awalnya bu Pungky ragu karena lowongan disitu yang ada hanyalah sbg penjaga sekolah. Tapi saya tetap yakinkan saya mau. Jadi kemudiannya saya kerja, makan sekaligus tidur disitu dengan gaji UMR.

Tahun 2006 bu Pungky mulai sering cerita tentang kenalannya, seseorang yang ibu sangat kagumi karena selalu memiliki wawasan yang luas dan positif. Ibu juga cerita bagaimana si bapak itu mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan kita. Bapak itu tak lain adalah yang sekarang dikenal sebagai Unisyn Founder, yang biasa dipanggil The Chef. Tadinya saya berpikir negative saja mengenai teman ibu itu karena memang saya terbiasa dibentuk dari lingkungan negative. Saya pikir pastinya tidak lebih seperti SUBUD (Susila Budi Darma) atau sejenisnya karena saya memang pernah ada beberapa kali diajak teman mengikuti padepokan SUBUD dan berakhir karena tidak sejalan dengan pola berpikir saya. Jadi setiap kali bu Pungky bercerita tentang ilmu pengetahuan yang diajarkan bapak tersebut selalu mata saya berkeliaran ke mana mana dan tentu ibu tahu, tapi entah kenapa ibu Pungky selalu cuek saja terus bercerita.

Image result for palugada

Di lain sisi saya begitu antusias setiap kali bu Pungky cerita tentang rekan bisnisnya- pak Sugito yang mantan Direktur BI. Bagi saya tidak ada topik yang lebih menarik selain bisnis karena memang itulah yang saya butuhkan, bukan moralitas karena saya pikir ajaran ajaran moral sudah kenyang saya peroleh dari pendidikan agama di sekolah atau setiap kali saya belajar ngaji di Purworejo dulu. Saya nyatakan ingin sekali diperkenalkan ke pak Gito dan bu Pungky menyanggupi. Dari awal saya berkenalan dengan pak Gito memang sudah langsung saya anggap beliau ini Dewa penyelamat. Mulai hampir setiap hari setelah sekolah selesai saya ikut bu Pungky ke pak Gito belajar bisnis dan kemanapun mereka pergi tanpa diajak saya selalu minta bisa ikut. Memang saya jadi tahu banyak soal bisnis. Saya jadi tahu apa itu Executive Information System, Cash Flow, Feasibility Study sekalipun saya bukan orang kuliahan. Dari kenalan kenalan pak Gito dan bu Pungky kemudian relasi saya melebar dan berikut juga ruang lingkup bisnis. Saya mulai terjun kedunia makelar (broker). Tapi kalau awalnya saya hanya bermain sebagai broker pendanaan, kemudiannya saya menjadi broker apa saja, mulai dari besi scrap, kuningan, tanah, rumah, sampai mobil anti peluru dan pokoknya istilahnya ˜palugada“ apa lu mau gua ada. Seakan akan saya sudah mulai melihat cerahnya dunia dan yes! jadi broker adalah jalan menuju kesuksesan. Apa lagi setelah ada beberapa barang yg saya makelarkan bisa terjual, seperti tanah, rumah dan termasuk besi scrap. Saya kaget kantong jadi tebal, tapi saya sudah terbiasa hidup susah makanya tidak dalam sekejap saya habiskan. Saya simpan.

Image result for broker

Saya jadi seakan akan terbakar semangat. Tugas jaga sekolah saya tingalkan. Saya kasih teman. Bu Pungky sebenarnya kurang senang sekolahnya dijaga dengan orang yg tidak dikenal tapi beliau tidak bisa apa apa. Padahal selalu beliau sempatkan setiap kali bicara dg saya menyarankan untuk berhati hati dalam bekerja sbg broker. Ibu malah selalu anjurkan untuk kuasai dulu ilmu moralitas yang didapatnya dari Guru beliau itu tapi untuk kesekian kalinya juga saya menolak tegas. Pernah saya sekali turuti permintaan bu Pungky untuk menemui gurunya. Tapi itu sangat membuat ibu malu dan marah besar karena bukannya saya belajar dari gurunya beliau itu malah saya berbalik mencecar sang guru dengan berbagai pertanyaan kritis. Herannya saya pada sang guru ini tadinya saya pikir akan menjadi marah karena ulah saya tanya yang tidak tidak tetapi beliau ini hanya senyum senyum atau mengangguk angguk saja sambil gunakan kata kata yg kemudiannya baru saya tahu di Perguruan ini dinamakan ˜O ring”; apa maksudnya? Setiap kali saya bertanya dengan menyudutkan beliau Cuma menjawab dengan ˜O. ya. Betul juga. O, begitu ya” seperti itu. Rupanya diambil dari buku ˜Bagaimana mencari kawan”  Dari Dale Carnegie. Akibatnya malah saya yang tidak bisa bicara lebih lanjut dan kehabisan pertanyaan. Tapi bu Pungky jadi marah besar dan ada seminggu saya didiamkan sampai akhirnya saya memutuskan untuk kost saja, keluar dari rumah beliau.

Related image

Saya lanjutkan usaha broker itu. Setiap hari dalam sebulan jadwal saya padat. Tidak ada hari kosong dilewati. Aktivitas saya apakah ketemu orang di kafe kafe atau tinjau lokasi. Tapi ini hanya berjalan tidak lebih dari 5 bulan. Setelah itu berangsur angsur relasi saya semakin sedikit. Bukan karena mereka pergi meninggalkan saya tapi sebaliknya saya menghindari mereka karena dari semakin banyak jalur relasi yang saya bangun, semakin banyak saya ketahui mereka adalah penipu; apakah dari sisi pembeli atau penjual; apakah dari sisi peminjam dana atau si pemberi dana. Akhirnya saya lelah, lelah badan lelah pikiran dan lelah hati. Sementara tabungan yang telah saya kumpul semakin hari semakin menipis hingga akhirnya terpaksa sampai pinjam kawan buat bayar tunggakan kost. Saya tidak tahu kemudian musti kemana, karena buat bayar kost selanjutnya sudah tidak ada uang bahkan hutang teman saya juga belum dibayar. Buat pulang ke rumah bu Pungky sudah malu muka taruh dimana.

Mulailah terasa untuk setiap rupiah yang saya keluarkan kini harus bisa saya tutup dengan jumlah yang sama atau lebih. Tapi betul kata bu Pungky bahwa hidup ini bagai argo yg terus berputar meskipun kita sedang tidur. Karena minimal waktu tidur kita pakai fan dan fan butuh listrik dan listrik harus kita bayar tiap menitnya.

Mulailah kalau harus ketemu orang saya berhitung keras karena bukan cuma ongkos bis yang harus keluar pulang pergi, tapi juga minum teh atau air mineral di jalan, beli pulsa HP dsb yang semuanya setiap kali saya keluarkan harus saya temukan bagaimana dan dari mana cara mengisinya kembali. Ini karena saya tidak lagi punya gaji bulanan seperti waktu dulu jaga malam di Midori.

Akhirnya saya dari malam ke malam tidur di mesjid dan mulai menyandang status tuna wisma. Sekedar info, tidak semua mesjid di Jakarta ini bisa ditiduri. Malah banyak mesjid yang dibuka pintunya hanya pada jam jam shalat saja dan setelahnya akan dikunci pintunya. Tapi saya jadi tahu mesjid mana saja yang bisa jadi tempat menginap, seperti mesjid Jl Sabang misalnya. Juga Masjid Jami Kebun Jeruk, salah satu masjid kuno di kawasan barat Jakarta yang dibangun berkat peran seorang Tionghoa bernama Chau Tsien Hwu 1786. Di mesjid mesjid ini karena sering terlihat tidur disini, penjaga mesjid di situ menawarkan saya ikut merawat mesjid itu. Dengan senang hati saya lakukan karena terpecahkanlah masalah saya makan. Kalau tidak, sudah sering saya makan hanya sekali dalam sehari. Malah saya sering hanya beli nasi polos tanpa apa apa.

Image result for masjid kebon jeruk

Masjid Jami Kebun Jeruk

Suatu malam waktu saya sedang membersihkan toilet mesjid pundak saya diketuk oleh seseorang. Waktu saya menoleh ternyata gurunya bu Pungky. Awalnya beliau heran bagaimana mungkin saya bisa sampai ada disini. Beliau sendiri sedang bersilaturahmi dengan beberapa kawannya dari kaum jemaah Tabligh. Di Jakarta, kita bisa menemukan pusat kegiatan Jamaah Tabligh di Masjid Jami Kebon Jeruk ini.

Image result for masjid jami kebon jeruk pictures

Beliau lalu mengajak saya ngobrol dan mengajak makan bersama para jamaah lainnya. Dengan senang hati saya ikuti. Makanan yang disediakan ditempatkan di atas nampan bundar. Ada empat orang yang makan bersama di satu nampan tersebut. “Ini makanan dari orang. Bentuk pengorbanan di jalan Allah,” kata Guru bu Pungky yang dulu saya panggil “om”. Mengapa harus makan bersama di atas satu nampan? Si Om ini menjelaskan, dalam anjuran Jamaah Tabligh, praktik makan bersama macam ini menjadi “sunah” Rasulullah karena pada zaman Nabi, Rasul sering menyantap hidangan bersama para sahabat dalam satu wadah. Dengan cara ini, “Kita merasakan kebersamaan dan persaudaraan,” ujar seorang jemaah lainnya. Sesudahnya ratusan jemaah mengambil wudu untuk menunaikan salat Magrib. Usai salat, mereka mengumandangkan salawat dan doa selagi panitia yang bergiliran tugas rutin setiap hari mengatur bahwa para jemaah bisa mengambil makanan di dapur, terletak di belakang masjid.

Image result for jemaah Tabligh

Jamaah Tabligh

Setengahnya saya menangis menceritakan sulitnya hidup di Jakarta kepada Guru bu Pungky. Beliau dg bijak bilang bahwa kesulitan hidup bukan hanya ada di Jakarta tetapi di seluruh dunia. Saya mengeles bilang bahwa selama ini saya sudah bekerja keras setiap hari pulang sampai malam terkadang sampai pagi, relasi sudah banyak saya bangun, seperti yang pernah sekilas dijelaskan oleh Guru ke saya beberapa waktu lalu soal RDBMS. Uang meskipun sedikit sedikit tapi jika dikumpulkan sudah cukup banyak yang dikeluarkan. Lalu guru bu Pungky (Coach) ini mengatakan “kalau hanya sibuk, semutpun terlihat sibuk bekerja. Kalau hanya kerja keras, sebagian penduduk dunia ini juga bekerja dengan keras. Tapi pertanyaannya adalah ‘kerja yang bagaimana?'”. Awalnya saya tidak mengerti maksudnya tapi setelah beliau terangkan lebih lanjut barulah saya mengerti. Bekerja tidak hanya menuntut kerja keras tapi juga kerja pintar. Sebagai hamba Tuhan memang kita harus kerja keras tapi Tuhan belum tentu mengganjar kerja keras kita karena Tuhan juga membekali kita dengan komputer dalam kepala kita dan kita harus gunakan komputer itu dalam bekerja. Jadi tidak asal bekerja. Barulah saya sadari bahwa apa yang selama ini saya lakukan, kesombongan saya, sikap terlalu PD (Percaya Diri) menjadi sia sia saja.

Beliau kemudian menghubungi bu Pungky untuk menjemput saya. Tadinya bu Pungky menolak mentah mentah kehadiran saya lagi karena ibu sudah menganggap saya ini anak yang tidak tahu berterima lasih. Kalau bukan karena The Founder of Unisyn si ibu tidak akan datang jemput saya. Itupun bu Pungky tidak seringan itu menerima saya. Ia dan suaminya (Pak Badiyono) mau membantu saya dengan catatan ikuti apa yang selama ini saya selalu anggap kecil, yakni ajaran moralitas. Sebelum pisah, The Chef sempat memberikan saya CD album Bon Jovi. Dia minta saya dengarkan lagu “It’s my life”

 

 

Dari hasil gemblengan bu Pungky saya jadi tahu manfaat dahsyat dari apa yang dulunya saya pandang sebelah mata – positive thinking, juga beberapa pasal Hukum Alam Semesta. Tapi saya telah janji ke diri saya sendiri bahwa setiap poin dalam materi Uni-G harus saya kuasai. Kenapa? Baru dalam penguasaan segi Hukum Alam Semesta saja sudah bisa membuat hidup saya berubah.

Tahun 2007 merupakan tahun bersejarah bagi diri saya karena di tahun inilah saya resmi menjadi murid perguruan Unisyn. Saya tetap meneruskan cari nafkah sebagai broker tapi saya menjadi jauh lebih arif bijaksana dalam menekuninya. Jika saya sedang kecewa, sedih dalam bekerja saya segera putar lagu ˜It’s my life” dan selalu membuat saya bangkit seperti didorong maju.

Related image

Informasi yang saya dapatkan dari berbagai relasi yang saya bangun kembali, saya kumpulkan dan tampung tapi juga saya seleksi ketat berlapis lapis. Karena terlalu banyak informasi menjadi disinformasi. Juga falsafah RDBMS yang biasa kita temukan dalam komputer ˜GIGO” atau Garbage in Garbage out (sampah masuk = sampah keluar). Sebenarnya istilah manusia yg kemudian dimasukkan ke komputer karena pencipta komputer adalah manusia. Disinilah saya acungkan jempol untuk jurus jitu Unisyn yang disebut RDBMS ini, sebab salah satu teknik dalam RDBMS ini adalah keharusan mampu mengelola database Relasi yang dimiliki dengan baik. Bukan sekadar mengelola, tapi lebih pada memaintenance data base dengan baik. Juga konsep menguasai Database Pasar dari RDBMS ini. Bagi seorang marketing, menguasai database pasar menjadi satu tools yang dapat menguntungkan kerja kita pada saat bertemu klien.

Penerapan falsafah positif lainnya adalah efisiensi dan efektif. Dalam bertemu dg pembeli dan penjual saya terapkan prinsip itu. Baik dari sisi pembeli maupun penjual atau peminjam dana maupun pemberi dana dsb saya lakukan semacam due diligence (DD). Kedua belah pihak selama memungkinkan saya berikan questionnaire untuk diisi dan kalau mereka berkeberatan mengisinya saya lakukan interview langsung. Jadi saya baru akan bertemu dengan seseorang bila telah saya dapatkan hasil DD tadi apakah dari email atau fax (di zaman itu). Ini tidak saja memangkas ongkos transport saya untuk bertemu tapi juga efisiensi dalam waktu dan tenaga. Yah memang disitu dahsyatnya ajaran Unisyn yang banyak orang anggap sepi. Sebenarnya teori teori dasarnya sangat sederhana bahwa di dunia ini kita harus bisa mengefisiensikan dan mengefektifkan penggunaan waktu, tenaga dan uang. Tentunya masih banyak lagi lo kiat kiat jitu lainnya dalam materi Uni G tapi tidak akan saya beberkan disini karena lebih baik bagi yg berminat silahkan mempelajarinya langsung.

Image result for due diligence picture

Kemudian kalaupun saya harus terjadi kontak antara saya dengan pembeli/penjual atau saya harus meninjau lokasi barulah ˜instink” atau indera keenam saya bekerja dan instinct itu bisa diasah melalui penguasaan jurus jurus Optimizer.

Selanjutnya dengan bekal penguasaan ilmu Pilar 3 Optimizer saya hampir selalu bisa memperlancar negosiasi kedua belah pihak dimana saya sebagai arranger menjadi kelihatan berperan sangat penting. Ya, karena lagi dalam Optimizer Pilar 3 kita diajarkan bagaimana cara membuat orang selalu merasa dirinya dianggap penting. Itulah sifat manusia yang pada dasarnya selalu ingin dihargai. Pepatahnya: “People don’t care how much you know until they know how much you care”.

Konsep positif lain yang saya gunakan: “Jangan curiga pada orang tapi kita harus selalu berhati hati” dan Confucius mengatakan:”Berhati-hati di saat awal, bertindak dengan waspada, merupakan kunci menuju keberhasilan”. Kedua sisi ini berbeda. Sebab kata ˜curiga” mengandung arti AKTIF sedangkan “hati hati” bersifat PASIF dan orang menjadi selalu senang dengan kita. Ya memang itu juga konsep dasar bagaimana orang bisa senang/nyaman berada dekat kita.

Selanjutnya konsep kehati hatian itu membawa ke aturan berikutnya- sistem cadangan atau backup. Memang kalau dilihat terpisah hanya orang yg berpikir negatif yang melakukan jaga jaga tetapi sebenarnya jika dilihat atau digabung dengan teori positif lainnya sebetulnya konsep reserve adalah positif.  Kejelasan sebuah informasi dalam bisnis menjadi salah satu hal penting dan prioritas. Saat seorang agen atau broker melakukan aktivitas bisnisnya, informasi yang disajikan calon klien dan kliennya adalah informasi yang harus jelas.

Masih banyak lagi teori teori positif dari Unisyn yang telah dan akan selalu saya terapkan dalam kehidupan saya. Profesi Broker memang sangat melelahkan. Broker harus piawai me-lobby klien dan meng-entertain klien hingga berjam jam setiap harinya tak kenal waktu, bisa sampai larut malam; terutama bila klien tersebut tipikal orang yang gemar berbicara atau memang orang yang mengasyikkan untuk ngobrol atau sebaliknya – orang yang sulit tidak begitu saja mengikuti apa yang kita mau. Lobbying dan entertaining bisa sampai tengah malam! Ada satu lagu lagi yang dititipkan oleh Coach saya (Guru bu Pungky) untuk selalu saya dengarkan sebelum melobby klien; lagu Please Please Me dari The Beatles.

Come on (come on), come on (come on)

Come on (come on), come on (come on)

Please, please me, whoa yeah, like I please you

Kata kata “come on…come on…” betul betul memootivasi dan seakan akan berkata langsung ke saya, bahwa brokers itu memang tugasnya “to Please” …I please you…

 

Segala jerih payah penerapan cara berpikir positif tersebut akhirnya membuahkan hasil. Di suatu pagi sedang santai setelah tugas bersih bersih di mesjid saya menerima telpon dari salah satu relasi yang, seperti biasa, mengajak saya ketemu. Berbekal segudang pengalaman di dunia broker dengan agak malas dan acuh tak acuh saya menanggapi telpon ini. Dalam bisnis broker disamping merepresentasikan Investor (Pendana) Proyek, di tangan saya juga ada beberapa mega proyek yang telah saya teliti kebenaran dan segala legalitasnya.  Si mediator ini sebegitu meyakinkan saya bahwa investor yang dia miliki adalah real, nyata, bukan bodong. Setelah berpikir panjang saya menyanggupi ketemu dengan syarat setelah makan siang (supaya saya tidak “dibebani makan siang” seperti biasa akal akalan broker umumnya.  Singkatnya, kami bertemu di Starbucks Coffee Pondok Indah Mal. Eh, benarlah seperti yang telah saya duga, investor atau pendana yang dimiliki orang itu sangat saya ragukan kebenarannya, tambah lagi investor tersebut belum apa apa sudah minta uang muka lebih dulu; salah satu gaya “nakal” yang saya sudah paham betul. 

Saya bukan saja merasa akan ditipu, melainkan juga waktu, tenaga dan uang saya terbuang percuma. Namun Tuhan sudah melihat kerja keras saya selama ini. Rupanya sedari tadi pembicaraan kami diikuti oleh seseorang yang tidak saya kenal dan kebetulan duduk di meja dekat saya. Mendadak ia menghampiri “Boleh saya lihat proyek proyek yang dipegang itu, mas?” Saya dan broker itu agak kaget ada orang Pakistan bersorban berdiri di dekat meja. Tanpa ragu meski agak malas saya sodorkan beberapa proposal bisnis di tangan saya. Masih sambil berdiri ia membuka lembar demi lembar proposal tersebut dan membacanya dengan serius. Saya mencoba santun dengan menawarkan bapak tersebut duduk bersama di meja kami, beliau duduk dambil tersenyum. Cukup lama ia memperlajari proposal proposal yang saya punya, sangat serius, terkadang sebentar sebentar satu atau kedua alis matanya naik ke atas menandakan ia terkesima. Mungkin ada hampir setengah jam, hingga kemudian beliau berkata,”besok datang ke kantor saya ya mas. Ini kartu nama saya”. Demikianlah, manjadi hari bersejarah buat saya. Sejak hari itu keadaan ekonomi saya seakan disulap oleh bapak itu, yang bernama Anis Advani. Beliau ternyata orang yang sangat kaya raya. Dia menyatakan sanggup membiayai kesemua proyek yang saya sodorkan. Dahsyat!

Bisa dibayangkan, dengan nilai proyek yang keseluruhannya hingga trilyunan, saya peroleh broker fee otomatis juga milyaran rupiah! Dengan uang sebanyak ini, tinggal dikonversi jadilah Passive Income bulanan untuk saya! Selanjutnya masih belum selesai, satu per satu usaha makelar yang saya lakukan menghasilkan uang yang tidak sedikit dan dari hasil tersebut saya diajari materi Uni-G lainnya dan aktivitas saya menjadi tertata rapih. Tabungan menjadi besar dari waktu ke waktu hingga tiba saatnya tabungan tersebut dikonversikan menjadi investasi persis sebagaimana yang dilakukan Susi atas instruksi suhunya. Hasilnya? Dahsyat! Dari situlah berkembang passive income saya.

Beberapa hal yang sangat ingin saya sharing dengan teman teman terutama kaum pebisnis:

  1. Jangan pernah berpikir konsep passive income itu bisa diperoleh dari bisnis konvensional anda seperti semudah membalik telapak tangan. Tadinya saya juga berpikir seperti itu bahwa dengan hasil berlimpah dari broker fee yang saya kumpulkan saya bisa ongkang ongkang kaki menikmati bunga deposito. Salah besar!
  2. Jangan pikir bahwa dengan modal Bangun Relasi, kerja keras, fokus, apalagi mengandalkan otak, kita bisa berhasil dalam menjalankan usaha kita; apakah itu bisnis sektor real, finansial, atau sektor apapun. Jangan pernah lupa untuk memasukkan unsur Wisdom  di Pilar 4 dalam jiwa anda. Kalau tidak, kenapa The Founder mencantumkan Wise? Karena itu. Banyak relasi memang perlu dibangun, tapi anda tidak akan bisa memanfaatkan mereka terutama dari segi informasi selama kita masih punya budi pekerti yang buruk. Kerja keras harus didampingi kerja pintar. Kata pintar termasuk unsur wisdom. Fokus, antusias dan kawan kawannya menjadi tidak berarti jika cara berpikir kita masih negatif, broad minded dsb.

Teman teman, jangan pernah punya anggapan bahwa selama kita berusaha di jalan Tuhan maka Tuhan akan beri garansi kesuksesan bagi kita. Itu ada benarnya, asal….kita tidak lagi menyakiti hati orang. Saya dulu begitu. Akibat saya terbentuk dari keluarga yang broken home, perangai saya jadi buruk sekali. Tidak ramah, terkadang kasar, mudah berbuntut ke perkelahian fisik dan disitu jugalah kegagalan saya selalu menghampiri saya. Jadi kalau berbicara buruk tabiat atau cara menghadapi orang yang seperti itu saya jadi jago karena memang dulunya (tanpa ada rasa bangga sedikitpun) saya begitu. Tidak cukup hubungan vertikal ke Tuhan saja tetapi hubungan horizontal juga perlu. Tanyakan dulu ke diri anda apakah kata kata anda, tindakan anda masih membuat jengkel orang.

LOBBY Sindang Reret Ciwidey

Hotel Sindang Reret, Ciwidey

Pada akhirnya saya maju impact untuk direcognized sebagai EF Champion sewaktu Equitas Club dan Unisyn mengadakan pertemuan sekaligus wisata  di Hotel Sindang Reret, Ciwidey- Bandung. Lagu Bon Jovi diputar waktu saya maju ke depan. Sudah tentu bu Pungky yang memberikan recognition. Rasa haru bagi saya justru memuncak sewaktu kembali ke tempat duduk saya karena disitu ibu dan kedua adik saya menyambut. Sambil menangis ibu berkata: “ibu bangga dengan kamu nak. Dengan hasil usaha melalui jalan Perguruan ini ibu tidak ragu menitipkan kedua adikmu”. Bagi saya ucapan ibu waktu itu jauh lebih berharga nilainya dari pada kondisi Economically Freedom (EF) itu sendiri. Mungkin juga karena cukup lama setelah saya mencapai kondisi ini baru saya direcognize atau karena sudah agak lama ibu dan adik adik saya sudah merasakan perubahan keuangan yang sangat luar biasa. Tapi menjadi orang yang punya kebebasan waktu, uang dan tenaga memang bukan dari rasa menyenangkan saja melainkan juga menjadi diri kita sangat berarti. Hal yang membuat diri saya bangga juga adalah kaena saya berhasil menutup hutang hutang ibu saya yang jumlahnya sudah menggunung dan disamping saya sudah bisa belikan rumah cukup mewah buat ibu dan adik adik saya di Jogja.

Namun dari segala yang saya ceritakan itu saya tidak pernah bisa berhenti mengucapkan terima kasih ke coach saya tercinta-bu Pungky dan tentunya juga Unisyn Founder. Tak lupa bersyukur kepada Allah swt. Napoleoan Hill, seorang yang meneliti dan merumuskan filosofi kesuksesan hidup berkata, “Kalau Anda membuat pikiran Anda bekerja dengan sikap mental positif dan percaya bahwa kesuksesan itu adalah hak Anda, maka kepercayaan Anda akan membawa anda tanpa salah ke arah apa saja yang mungkin merupakan definisi kesuksesan Anda. Kalau Anda menerima sikap mental negatif dan mengisi otak Anda dengan pemikiran rasa takut dan kekecewaan, maka otak Anda hanya akan menarik hal-hal yang semacam itu ke arah Anda.”

eb9fb-setia33

It’s my life

It’s now or never

I ain’t gonna live forever

I just want to live while I’m alive

(It’s my life)

My heart is like an open highway

Like Frankie said

I did it my way

I just wanna live while I’m alive

It’s my life…………………

 

Susi Success Story

ice block with water fall02

Author: Susiana Rusanti

    1. Joined: 1995

    2. Coach: HD Coach

    3. Financial Independent 2005

    4. Financial Freedom 2006

    5. Time Freedom 2007

    6. Economically Free 2008

    7. SQ 12

Mencapai keadaan Economically Free atau Bebas Uang dan Waktu memang impian hampir semua orang di dunia ini, tidak terkecuali saya. Tapi sebetulnya hal yang sangat merubah gaya hidup dan pola berpikir saya bukan setelah pencapaiannya saja melainkan sudah jauh sebelum itu. Apa yang saya ceritakan berikut ini sama sekali tidak ada unsur tinggi hati yang saya tampilkan tetapi lebih dari sekedar fakta saja.

Saya lahir dari keluarga berkecukupan di suatu daerah Cianjur bernama Kadupandak. Sedikit melenceng boleh ya, daerah ini bisa disamakan dengan daerah Menes di Banten, sama terkenalnya karena banyak wanita yang geulis. Bapak saya, Maulana Kusuma berpenghasilan dari kepemilikan sawah dan peternakan. Cukuplah untuk menyekolahkan anak anaknya ke luar negeri. Kakak saya Rita sempat kuliah di UCLA meski tidak tamat dan saya sendiri ke M. V. Lomonosov Moscow State University (Московский государственный университет имени М. В. Ломоносова) jurusan Komputasi dan Sibernetika (Faculty of Computational Mathematics and Cybernetics/ Факультет вычислительной математики и кибернетики МГУ).

Image result for Московский государственный университет имени М. В. Ломоносова picture

Tahun 1995 sewaktu kenal pertama dg Unisyn Founder, saya baru masuk SMP dan yang buat saya tertarik adalah jawaban beliau waktu saya tanya “apa bisa saya kuliah di luar negeri?”. Jawab beliau “bisa, saya punya kiat kiatnya. Mau mempelajarinya?” Saya langsung setuju. Sejak dari kecil saya memang selalu tekun dalam mempelajari seseuatu, termasuk bidang yang bagi kebanyakan orang sangat memuakkan yaitu matematika.

Hubungan saya dengan suhu sebetulnya pernah tidak bagus. saya pernah mendiamkan beliau selama hampir setahun. Penyebabnya adalah sikap tidak teachable. Jadi teman2, saya pernah punya sikap seperti itu sebelum seperti sekarang ini makanya saya bisa berkomentar terhadap orang yang tidak teachable.

Sewaktu di awal kerja, saya sudah peroleh gaji yang bagi saya untuk ukuran mahasiswi sudah amat besar – 90.000 Ruble atau sekitar USD 3000. Bayangkan saja, itu sama dengan sekitar 6x lipat dari uang kiriman bulanan dari Cianjur. Akibatnya bisa ditebak. Saya jadi gelap mata. Setiap kali masuk ke supermarket main asal raup saja. Belum lagi ada beberapa pos pengeluaran yang dibayar oleh perusahaan seperti biaya kost, mobil jemputan termasuk ke kampus, laundry…wah, saya sungguh merasa jadi Orang Kaya Baru.

Sewaktu saya ceritakan itu semua ke suhu malah reaksinya diluar dari yang saya duga. Berhubung beliau juga tahu pengeluaran saya sebelum dan sesudah bekerja, yang beliau tanyakan, dengan gaji segini berapa yang saya tabung tiap bulannya. Saya jawab dengan ketawa ketiwi saja. Beliau bilang, “kalau Susi terus saja seperti itu tidak berubah, nanti semakin gaji naik akan semakin besar pengeluarannya’ sambil mengutip teori ekonomi – Marginal propensity to consume . Mulai saat itu saya diminta kirim apa apa saja yang akan saya beli di bulan depan juga apa yang sudah saya belanja. Kami selama ini selalu berkomunikasi via email dan chatting. Nah, inilah pangkal kemarahan saya: dari list anggaran yang akan saya beli, tidak tanggung tanggung 80%nya di coret oleh Coach! Bagaimana tidak meledak saya jadinya? Mulai sejak itu saya stop komunikasi dengan beliau. Email, jadwal chattiing, telpon sampai surat via pos tidak saya jawab. Bahkan kartu lebaran juga tidak saya balas. Saya ingat itu dari tahun 2001 s/d 2002.

Apa akibatnya kemudian? Betullah apa yang semua suhu katakan. Gaji saya naik, bonus naik hingga hampir 2x lipat karena prestasi kerja saya tapi pengeluaran bukan saja dalam kelipatan sama bahkan telah menyusul penghasilan saya. Akhirnya saya panik sendiri. Tidak tahu harus bagaimana selain terbang ke Jakarta spesial menemui Coach sambil nangis. “Oke” kata HD Coach “tapi sekarang Do it my way!” dan saya tidak bisa menolak. Saya ikuti ‘perintah’ Coach dan rasanya hati sakit sekali. Sebab dalam menerapkannya saya harus berubah dari langit jadi bumi. Sebetulnya ada hampir 100 poin yang wajib saya laksanakan dan banyak hal yang diawalnya saya anggap tidak masuk akal, tapi saya hanya uraikan sebagian kecil saja:

Susi and EQT girls

  • Matikan tv. Salah satu cara besar berhemat listrik dsb;

  • mengurangi ransangan konsumtif, lebih fokus ke hal hal lainnya.

  • Hilangkan kebiasaan melihat sesuatu lalu ‘mengkoleksinya’. Nah ini dulu hobby saya.

  • Buat sendiri dari pada membeli jadi. Inilah awalnya saya belajar masak. Tadinya saya paling anti ke dapur.

  • Tunda 30 hari. Apapun yang ingin saya beli, selalu tanya dulu ke diri sendiri, bisa atau tidak ditunda s/d 30 hari. Tapi harus paksakan jawab: bisa!

  • Tulis apa yang mau dibeli di post it. Waktu belanja, tempel di troli dan jangan beli yang tidak tercantum di post it.

  • Undang teman ke rumah dari pada makan di luar bersama.

  • Usahakan perbaiki dulu barang yang ada sebelum membuangnya.

  • Kosongkan lemari pakaian hingga 1/4 nya. Bayangkan, baju baju mahal yang saya beli disuruh sumbangkan. Memang ada efek psikologisnya membuat saya tidak berusaha sepat mata mengisi terus lemari saya.

  • Minum lebih banyak air putih dari pada wine. Termasuk banyak minum sebelum makan, bisa mengurangi makan banyak.

  • Stop kebiasaan kebiasaan mahal. Termasuk beli cerutu, wine dan caviar.

  • Matikan lampu sebelum pergi; sampai penggunaan neon dan LED

  • Pasang programmable thermostat. Jadi kalau saya keluar apartemen heater akan berkurang kerjanya.

  • Beli barang barang atas dasar ketahanan lamanya bukan murahnya.

  • Sembunyikan kartu kredit, tinggalkan di rumah.

  • Lakukan perbandingan harga harga di beberapa toko.

  • Jangan beli segala sesuatu penghilang stress. Saya disarankan untuk lebih keras Optimizer, olah raga murah seperti Jogging, berenang., meditasi, dengar musik atau berdzikir.

  • Batalkan keanggotaan yang tidak perlu

  • Evaluasi barang barang yang ada. Periksa apakah masih diperlukan atau tidak.

  • Jangan ke toko, shopping centers, mall buat menghibur diri.

  • Jalankan the ten second rule. Kapanpun kita mau beli sesuatu, stop sebentar sebelum mengambilnya, pikir ulang selama 10 detik perlu tidaknya membelinya.

  • Stop berlangganan majalah yang jarang dibaca.

  • Makan pagi. Kebiasaan makan pagi akan mengurangi jamlah makan siang. Disiplin dalam diet, diet ala Unisyn

  • Jangan sungkan makan apa yang masih tersisa.

  • Bawa bekal makan siang dari rumah.

  • Belajar memakai pakaian minimalis.

  • Beli freezer untuk simpan makanan.

Ternyata ilmu Uni-G memang dahsyat, bukan cuma segi penghematan. Sudah banyak yang saya alami terbantu dengan adanya ilmu pengetahuan ini. Bukan sekedar melancarkan dan menarik keinginan jadi kenyataan tapi juga penghindaran dari bahaya. Contohnya sebelum saya bekerja dengan Boss – Oleg Deripaska, sewaktu masih kuliah di tingkat 2 saya sudah diterima kerja part time untuk Mr Ziya Bazhayev pemilik perusahaan Oil Alliance di th 2000. Saat itu saya termasuk dalam tim yang akan terbang dengan beliau dari bandara Sheremetievo-1 Moskow ke Kiev di Ukraina dengan pesawat charter jenis Yak-40. Saya sudah siap berangkat, jemputan kantor sudah menunggu di luar apartemen. Entah kenapa waktu itu semakin saya fokuskan pikiran untuk berangkat semakin berat daya tolak dari Alam Semesta untuk melangkahkan kaki saya. Sampai akhirnya saya bilang saya akan menyusul. Padahal saya tidak lakukan dan betullah kemudian saya lihat di tv pesawat yang dalam keadaan sangat laik terbang itu jatuh begitu take-off dari ketinggian 50 m.

Image result for Stephen Covey (7 habits of highly effective people

Disamping itu saya harus ubah perilaku secara konsisten sampai menjadi sebuah kebiasaan baru selama 90 hari seperti yang disarankan oleh Steven Covey (7 habits of highly effective people). Sakit sekali, tapi kebiasaan baru itulah memang ternyata yang membawa saya kepada hasil yang membedakan diri saya daripada orang kebanyakan. Memang efektif! Setelah 90 hari saya menjadi terbiasa melakukan hal hal tersebut dan yang sangat saya rasakan luar biasa adalah besarnya tabungan saya yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Hingga setelah ada jumlah yang layak untuk diinvestasikan baru suhu menyarankan saya untuk melakukan investasi, tentu tetap di bawah penguasaan dan monitoringnya.

Mulailah saya terjun ke dunia Future Trading. Memang berbahaya kalau banyak uang yang kita taruh disana tapi saya hanya tanamkan 10% saja dari apa yang sudah ditabung. Saya mulai bermain di FORTS (Futures & Options on Russian Trading System) dan pilih Stock Options, ini adalah sebuah kontrak diantara 2 kelompok (pembeli dan penjual) yang memberikan hak, bukan kewajiban, kepada pembeli untuk melaksanakan kontrak tersebut pada atau sebelum tanggal yang ditetapkan akan datang untuk membeli atau menjual stock pokok pada harga yang disetujui. Jika hari ini kita membeli sebuah stock option untuk hak membeli saham dari sebuah perusahaan XYZ seharga 10 ribu euro misalnya, kita dapat memanfaatkan bahwa hak untuk membeli saham perusahaan XYZ dengan harga e10 ribu kapanpun di masa yang akan datang sebelum masa kontrak berakhir tidak masalah berapa harga yang mungkin diperdagangkan pada saat itu. (Bayangkan bahwa saham diperdagangkan pada 100 ribu euro dan kita misalnya mempunyai hak untuk membelinya hanya dengan e10 ribu). Oleh karena itu jual beli stock options tidak sama dengan jual beli saham itu sendiri. Kita sebenarnya menjual dan membeli hak untuk menjual atau membeli aset pokok pada harga yang belum ditetapkan.

Image result for stock options

Selain itu untuk melipatgandakan tabungan yang saya rubah sebagian jadi CTD (Certificate of Time Deposit), sesuai instruksi Coach, saya lakukan rollover hingga bisa ‘lompat’ 1000% dalam waktu tidak sampai setahun (terima kasih Coach).

Juga saya mulai cari sumber untuk penerbitan Bank Garansi, LC… Pada pokoknya saya terjun, belajar dan bermain di Instrumen Bank dan Financial Sector.

Setelah hasil eksponensial saya dapatkan dari bisnis sektor finansial, barulah saya hentikan semua itu dan pindah ke sistem syari’ah. Saya hubungi Bank Badr-Forte yang telah lama mengoperasikan bank syari’ah di Rusia dan belakangan sampai orang pertama dari VTB Investmen Bank – mr. Yuri Solovyov menemui saya mengajak kerja sama. Juga sekarang ini saya memiliki beberapa saham blue chips tapi dengan tujuan Dividend Gain (bukan Capital Gain) seperti anjuran Robert T Kiyosaki; 100% aman kecuali jika ada yang di delisted.

Saat ini uang yang telah dikumpulkan di ‘sistem haram’ (meskipun bagi mayoritas penduduk dunia menganggapnya tidak haram) telah saya swap seluruhnya ke sistem syari’ah. Hasilnya setiap bulan dari situlah penghasilan pasif saya terima dan besarnya sudah jauh melebihi penghasilan saya bekerja di Oleg Deripaska. Jika ada pertanyaan kenapa saya masih bekerja dengan beliau, itu semata mata saya cari kesibukan dan memang saya menyukai pekerjaan saya. Tapi satu hal yang bisa jadi bahan renungan adalah jelas ada perbedaan antara kita bekerja dengan orang karena keharusan dibanding karena sekedar suka. Boss saya tahu benar keadaan saya sekarang itu dan selalu wanti wanti dia ingatkan untuk tidak keluar dari pekerjaan sekarang. Hal lain lagi yang sangat menjadi boss saya kagum adalah pertama saya tetap tunjukkan dedikasi yang baik kepada perusahaan dan kedua sekarang ini kalau saya kebetulan berbuat salah dan boss saya jadi agak sungkan memarahi saya (tidak seperti dulu) tapi saya malah yang selalu lebih dulu meminta maaf dan tetap menghormati penuh atasan saya. Ini yang dia angkat topi karena sebenarnya kalau saya mau bisa saja saya bertolak pinggang. Tapi itulah juga hasil didikan saya oleh Unisyn agar selalu jadi orang yang rendah hati. Saya selalu ingat kata kata Coach “hal yang paling sulit bagi manusia adalah TIDAK melakukan pembalasan atau berbuat sesuatu yang sebetulnya kita tahu ada peluang dan bisa untuk melakukannya”

Terakhir sewaktu saya akan maju Impact sebagai murid Unisyn yang berhasil mencapai Bebas Waktu, Bebas Uang dan Bebas Usaha di Bunaken Agustus lalu, saya sempat kaget dan sangat kecewa setelah tahu bahwa yang akan memberikan simbolik buah cherry adalah bu Pungky (alm) mewakili coach saya, karena Coach sudah terlanjur terbang ke Semarang untuk mambantu tim kerja ke desa. Saya jengkel tapi saya tahu itulah sifat Coach, selalu tidak ingin muncul ditepuk tangan oleh banyak orang. Saya bilang ke bu Pungky: “saya terima buahnya tapi tidak saya makan”. Untungnya bu pungky bisa mengerti keadaan.

Malam itu juga saya telpon ketua yang baru saja tiba di Semarang. Sempat terjadi cekcok antara saya dengan beliau karena beliau tidak setuju saya terbang dari Menado ke Semarang dan sewa kamar hotel hanya untuk makan buah cherry. “Itu pemborosan. Kan bisa dilakukan nanti nanti saja” tambahnya lagi. Tapi saya keras setengahnya memaksa beliau. Saya bilang kalau tidak sekarang saya bukan cuma tidak mau direcognised tapi juga tidak akan mau ketemu Coach lagi selamanya. Akhirnya beliau mengalah. Besoknya dihadapan Timwork yang akan ke Purwodadi – Arif dan om Hans, kami lakukan EF Recognition di hotel Grand Candi. Saya menangis waktu menerima cherry tersebut. Saya lihat Arif dan om Hans juga jadi merah matanya. Terakhir saya hampir bersujud didepan suhu tapi beliau cepat mengangkat badan saya, “sujud hanya untuk Allah” kata beliau.

Image result for hotel grand candi semarang

Begitulah perjalanan saya mencapai kondisi Economically Free. Beberapa tips yang bisa saya bagi:

  • Selalu, kenalilah diri sendiri, Know Your Self (KYS). Sesuai ajaran Socrates dan sekaligus termasuk falsafah Unisyn: sejati, baik, sabar

  • Selalu peduli dan jangan pernah meremehkan segala sesuatu

  • Kreatif dan kembangkan idea.

  • Hilangkan gengsi

  • Fokus, konsisten dan persisten

  • Berdoa

Semoga bermanfaat.

Bung Komik Success Story

Bung02

Author: Wiwiek Setiawan (Woen Wie Kwong)

    1. Joined: 2000

    2. Coach: HD Coach

    3. Financial Independent 2002

    4. Financial Freedom 2005

    5. Time Freedom 2007

    6. Economically Free 2009

Ciri-ciri seniman itu, adalah berparangai dan berperilaku halus, tidak pernah memikirkan diri sendiri, bekerja sukarela demi kepentingan yang lebih besar. Selalu memikirkan, bagaimana agar karyanya bisa dinikmati oleh orang-banyak, tidak kenal lelah dan sangat sedikit memikirkan materi,kata Jero Wacik. Memang ada benarnya pendapat beliau ini dan bisa direfleksikan ke diri saya.

Bung01

Mari perkenalkan diri saya dengan nama Wiwiek Setiawan (Woen Wie Kwong) lahir di Jakarta tahun 1975. Papa memang memberi nama saya ambil dari penanyi dengan nama sama di th 60an dengan badan gembul dan berkaca mata. Nah, Wiwiek Setiawan (penyanyi) dulu itu dijuluki “Heintje-nya Indonesia”. Siapa Heintje? Dia adalah penyanyi anak anak asal Belanda, yang mendunia di tahun 1960-an, setelah rekaman di Jerman, lewat lagu ‘Mama’. 

Saya sendiri agak kurus dan mata belum lamur. Kalau Wiwiek sipenyanyi punya bakmi Baharu di jl Sabang, papa saya punya bakmi Yongkie di Ps Minggu makanya jelas deh papa ingin saya seperti si penyanyi itu tapi kemudiannya bukan penyanyi yang didapat malah pelawak gagal yang ada dari anaknya ini.

Image result for penyanyi wiwiek setiawan

Wiwiek Setiawan

Waktu kecil dari semua kakak adik saya berenam hanya saya yang paling gampang disuruh jaga restoran. Karena saya penggemar komik. Jadi setiap kali disuruh jaga saya bisa anteng karena sambil asyik baca komik. Pernah suatu hari kakak saya sengaja sembunyikan semua komik saya dan jadilah hari itu terasa sangat sengsara saya harus jaga restoran. Gersang rasanya karena tanpa komik.

artisimut

Hampir semua komik di jaman itu saya punya. Mulai dari super- hero Godam, Gundala, silat -karya Ganes Th, Yan Mintaraga dan dari semua yg saya paling suka karyanya Sopoiku dengan komiknya seperti Nona Agogo, Put On, Bolong Jilu (013) sudah saya baca ratusan kali. Kemudiannya saya buka taman bacaan komik sendiri dan bisa dapat duit dari teman teman yang datang pinjam komik saya. Makanya ujung ujungnya saya dijuluki Bung Komik. Jadi itu bukan julukan dari saya sendiri.

Sewaktu SD ada pelanggan makan mie yang sering godain saya karena waktu itu saya masih kecil dan selalu bikin saya nangis. Pelanggan pria itu anak tetangga rumah, ibunya punya sekolah Taman Kanak Kanak dan SD Bunga Harapan. Beliau adalah Hikmat Timmy. Waktu saya SMP, mas Timmy sering ajak saya ke kampusnya, Institut Kesenian Jakarta, karena beliau tahu saya senang seni. Setiap kali ke kampus ini saya merasa betah dan bisa sampai seharian. Dari semua jurusan di kampus itu yang paling saya senangi adalah jurusan theatre. Saya bisa nonton para mahasiswanya teriak teriak latihan drama. Mas Timmy sendiri jurusan Disain Grafis.

8935_163996657415_559232415_2676251_4300213_n

Lulus SMA saya dipaksa nikah. Memang akibat ulah saya tapi bukan karena MBA (Married by accident), bukan, bukan. Tapi waktu itu ada teman cici (kakak perempuan) saya namanya Mey Mey yang sering datang kerumah bilang dia waktu itu kelas 3 (saya baru kelas 1) sebentar lagi mau dilamar sama teman orang tuanya atau kata lainnya dijodohkan. Waktu dengar dia bilang begitu ke cici saya dengan iseng saya nyeletuk, ‘mendingan lu tungguin gua aja deh, bentar lagi kan juga kelar sekolah’. Saya berani sumpah waktu itu sebetulnya saya cuman bercanda, tak ada maksud apa apa. Memang sih ada naksir sedikit sama dia, tapi kan dia lebih tua 2 tahun. Nah, kena batunya deh saya. Ternyata dia anggap serius sampai dia batalkan lamarannya dan bilang ke papanya sudah ada cowok yang dia suka. Jadi selesai SMA langsung nikah meski belum ada penghasilan sedikitpun. Papa begitu marahnya sama saya dan apalagi cici saya berbagai sumpah serapah termasuk penghuni kebon binatang disebut. Apalagi cowok yang seharusnya jadi suami temannya itu orangnya sudah cukup umur dan kaya.

294070_10150341391272416_559232415_8110015_844227200_n

Papa langsung ambil keputusan sepihak tanpa mau dengar maunya saya. Dunia seni yang selama ini jadi obsesi saya harus ditinggalkan dan musti terjun ke bisnis. Papa waktu itu kasih saya modal dan masih bisa saya ingat sampai sekarang sebesar Rp 10 juta. Nilai itu sebetulnya cukup besar untuk dijaman itu dan kalau disetarakan sekarang mungkin sekitar Rp 100 juta sekarang tapi karena memang tidak punya jiwa dagang akhirnya yang terjadi cuma buka tutup usaha saja. Bulan ini usaha video rental 3 bulan kemudian usaha jual beli babi…jauh amat melencengnya ya. Tapi memang itulah saya. Bisnis cuma info dari teman teman yang seringnya baru sebulan saya ikuti jejak bisnisnya itu eh…teman sendiri sudah gulung tikar. Lalu kalau saya tanya kenapa dia sarankan bisnis itu ke saya pasti umumnya jawabannya sama:’gua sendiri lagi coba coba dan dengar dengar itu bisnis kata orang bagus, salah lu sendiri ikutin gua’. Aduh amsyong deh. Ini sih berarti seperti kita lagi cari alamat rumah kesasar lalu ada mobil didepan kita coba ikuti siapa tahu ketemu jalan keluar eh ternyata itu mobil juga lagi bingung cari jalan??? Kalau dulu hanya papa yang marah sekarang tambah satu lagi-istri nyap nyap kayak radio rusak. Lainnya lagi si Mey Mey istri saya ini rada aneh, kalau lagi marah musti didengar marahnya dan berhentinya lama. Kalau lagi marah terus saya sengaja baca komik atau main sama anak belagak tidak dengar dia makin meledak marahnya dan makin panjang berhentinya.

Tahun 1988 rumah saya dan mas Timmy digusur karena diperuntukkan terminal bis Pasar Minggu. Jadi kalau mau lihat rumah saya sekarang, ya terminal Pasar Minggu itulah…Papa cukup senang terima ganti ruginya. Kami pindah ke Pasar Baru. Namanya juga orang WNI keturunan Cina ambil tempat rumahnya dari pasar ke pasar. Di Pasar baru ini setiap hari begitu buka jendela bisa lihat Bill Board dan dulu ada jam gede kalau setiap jam bunyinya nyaring sampai kerumah. Hasil gusuran papa ada bagi juga ke saya. Tapi kalau ke saya memang beda dengan kasih ke cici atau kokoh saya; seperti buang garam ke laut.

Tibet Temple

Saya masih suka kontak kontak dengan mas Timmy walau rumah sudah jauh pisah, sampai suatu ketika saya diajak jalan jalan. Karena lagi puyeng usaha bangkrut terus saya nurut saja. Kami naik bis jurusan Sukabumi berhenti setelah Parung Kuda ke suatu tempat yang bernama Cikidang. Saya pikir itu mungkin tempat wisata. Ternyata tidak, meskipun pemandangannya juga indah. Saya dan mas Timmy naik turun bukit, keluar masuk semak semak. Saya sebetulnya sambil jalan takut ketemu ular. Tapi pemandangan bagus buat saya lupa. Udara sangat dingin.

Sampai di sungai yang airnya jernih disitu ada kemah, jauh dari perkampungan penduduk dan orang yang dicari mas Timmy sedang duduk dengan kaki sebagian masuk ke sungai. Itulah awal saya berkenalan dengan Founder Unisyn. Saya herannya satu hal saja – berani amat ya orang ini camping sendirian jauh dari mana mana. Kami ikut menemani nginap, meluangkan 2 malam disitu.

Related image

Bisnis yang saya lakukan terus pasang surut, buka tutup. Tambah darah seni saya bikin keuangan pribadi jadi komplit, maksudnya komplit parahnya. Karena setiap ada pemasukan yang lumayan, bisa saja, dan sering, saya habiskan dalam semalam. Besok gimana besok. Itulah seniman! Tapi mohon bedakan dengan kelompok para penganut terapi urine (air seni). Karena mereka ini juga bisa disebut seni-man.

Tahun 2000 saya lagi suntuk jalan jalan ke Blok M ke tempat dimana para seniman biasa kumpul. Kaget saya ketemu sang bapak perguruan lagi berada diantara orang orang berambut gondrong seperti saya. Baru saya tahu rupanya beliau itu violin player, lebih tepatnya viola. Beliau sempat bawakan beberapa lagu yg kebetulan favourit saya seperti Serenade dari Schubert juga Story Town dari Theresa Teng. Dari omong omong dengan beliau baru saya tahu bahwa beliau ini latar belakangnya akuntansi. Kenapa selalu ada kebetulan ya? John, panggilan penyanyi Wiwiek Setiawan, setelah dia pulang belajar dari Amerika kuliahnya di sana juga akuntansi.

Walah walah….terus terang deh, kalau banyak teman teman non seniman yang saya ajak bertemu dengan teman seniman biasanya komentar mereka pasti miring. Kami ini dianggap berada di dunia sendiri. Tapi yang saya tidak kalah heran si bapak ini bisa kumpul berada dikalangan seniman, di lain waktu kumpul dengan kalangan penggemar ‘dunia lain’ bicara soal…tosan aji, ghost buster, dan lain waktu lagi pernah saya ketemu di vihara tanjung duren tempat saya biasa temani papa sembahyang disana; lagi asyik ngobrol dengan salah satu bantei disana.

298184_10150341389482416_559232415_8109994_316755120_n

Singkatnya setelah saya tahu beliau punya latar belakang akuntansi, saya minta saran untuk bisnis saya. Beliau kemudian mereferensikan seseorang pemuda, sebutlah namanya Xyz untuk belajar dari orang ini. Xyz ini masih muda, waktu itu berumur 27 tahun (6 tahun lebih muda dari saya) baru saja lulus sekolah bisnis di Australia. Anak muda ini memang pintar. Pengetahuan yang didapat dari si Bapak dia terapkan sepenuhnya ditempat dia bekerja dan berdampak prestasinya hebat. Dia bahkan dipercaya memegang lebih dari 5 perusahaan. Untuk seusianya memang sangat gemilang. Tinggal di Palm Court dan mobil BMW seri 7. Pernah saya ke kantornya disalah satu gedung tinggi di daerah Sudirman. Di ruangannya yang luas dipenuhi 8 komputer dan telpon terus berdering ingin bicara dengannya. Saya hanya dikasih waktu 15 menit saja. Saya sendiri sering tak habis pikir bagaimana Bapak Perguruan bisa membentuknya hingga seperti itu. Sayang, kehebatannya membuat dirinya sombong. Dia selalu membangga banggakan kemudaan usianya. Bukan itu saja, saya selalu dianggapnya sebagai anak buah dia. Sering dia menegur saya sambil marah marah sebagaimana lagaknya seorang boss. Okelah, tapi yang menjengkelkan saya dia tidak mengakui kesuksesan yang dia dapat banyak diambil dari The Founder. Padahal sewaktu iseng menunggu untuk bertemu dia dikantornya saya tanya tanya ke karyawan disana dan yang saya temukan 4 tahun waktu dia masuk ke perusahaan ini prestasinya sangat buruk karena sikapnya yang juga sangat buruk. Teman teman seangkatannya sudah jauh berada diatas dia. Tapi sejak 2 tahun lalu dia disukai oleh atasannya dan para pemegang keputusan di perusahaan itu. Lalu saya hitung, bukankah dia mulai dilatih oleh Bapak Perguruan sejak 2 tahun yang lalu?

Waktu saya sampaikan ke shifu (panggilan saya untuk The Founder) mengenai si Xyz ini shifu hanya menjawab, ‘bisa jadi memang itu bukan skill dari saya yang membuatnya sukses karena setahu saya dia juga ikut banyak seminar dari kantornya’. ‘tapi..’ lanjut shifu lagi ‘saya melihat masalahnya bukan itu. Melainkan sepertinya selama ini dia pakai falsafah golok, ke bawah dia gunakan sisi yang tajam sedangkan ke atas dia pakai yang tumpul. Jadi dia selalu bisa menyenangkan atasan tapi menekan bawahan’.

Shifu kemudian menunjuk bu Karina Young sebagai pelatih pengganti. Dari bu Karina saya mulai lagi segala sesuatu dari nol, termasuk permodalan. Berhubung sudah tidak mungkin lagi pinjam dari papa, saya lalu pinjam uang dari mertua. Pertanyaan tetap saja: bisnis apa? Bu Karina menyarankan ke Vihara berdoa dan meditasi disana sambil terus mempelajari Hukum Hukum Alam Semesta. Penekanan diberikan pada the Law of Attraction yang lima tahun kemudian barulah bukunya muncul. Jadi kami ini murid Unisyn sudah lebih dulu mempelajari the Law of Attraction jauh sebelum buku the Secret ditulis.

Akhirnya doa saya terjawab. Saya mulai lagi bangun usaha dengan bisnis PS (Play Station). Mungkin ada yang tanya, apa bedanya bisnis ini dengan bisnis saya yang sudah sudah? Jawabnya bukan pada bisnisnya tetapi pada ILMU bisnisnya. Karena bisnis PS saya jalankan dengan sekalian menerapkan konsep konsep yang kini menjadi materi Unisyn. Bu Karina mengarahkan: kamu dari 1 PS sekarang ini mau berkembang jadi berapa PS? ‘Dua’ jawab saya. “lalu” tanya beliau. “Tiga” saya jawab. Beliau mengomentari, kalau sebegitu berkembangnya tidak usah belajar dari saya. Jadi arahnya, di bawah bimbingannya saya bisa punya dari punya 1 PS jadi 2 PS> 4 PS> 8 PS…. Perkembangan dari 1 jadi 2 cukup lama dan sifat seniman saya mulai muncul lagi-bosan. Pelatih menyuruh saya untuk bertahan. Dari 2 menjadi 4 memang mulai agak pendek jaraknya tapi masih terbilang lama dan saya terus saja mengeluh mau ganti usaha. Tapi setiap kali saya mengeluh setiap kali itu juga bu Karina menjawab TIDAK. Harus teruskan, karena ini proses belajar. Kemudian betul saja dari 8 jadi 16 dan 16 jadi 32 tempat sewa PS pertumbuhannya makin cepat. Sewaktu saya memiliki lebih dari 50 tempat di Jakarta dan sekitarnya bu Karina bertanya:”kamu mau kaya dan terkenal sebagai juragan Play Station atau kaya dari berbagai usaha?” Saya tanya apa bedanya dan apa sarannya. Ibu menjawab kalau dari PS saja jika suatu ketika PS digantikan oleh produk lain, kamu bisa jatuh habis. Saya mengerti dan mulai mengubah beberapa lokasi PS saya menjadi warnet. Kemudiannya setelah warnet berkembang pesat juga secara bertahap saya ubah jadi mini market dan ujung ujungnya mini market saya juga semakin banyak.

282502_10150276619317416_559232415_7631156_4008471_n

Akhirnya bu Karina, shifu dan saya sering kumpul bertiga menganalisa perkembangan bisnis saya dan sampailah saya disarankan untuk menjual outlet outlet saya yang semakin banyak tersebut untuk dikonversikan menjadi investasi di sektor finansial. Rupanya kemudian dari pembicaraan saya dengan Susi, Butch dan yang lainnya seperti ini pula yang disarankan dalam konsep Unisyn. Kami semua tahu alasannya.

Benar saja, bisnis saya di sektor finansial bergerak cepat dan seiring dengan itu jumlah Unstoppable Income (UI) saya per bulan juga semakin bertambah.

281369_10150276619452416_559232415_7631157_373362_n

 

Seiring dengan bertumbuh pesatnya bisnis saya, mungkin Tien (Tuhan) ingin menunjukkan ‘sesuatu’ ke saya. Ceritanya, suatu saat saya lagi mengunjungi saudara yang dirawat di RS Cikini. Saya harus melewati taman disana didepan paviliun stroke. Kaget saya lihat orang yg pernah saya kenal sedang dipapah latihan jalan. Saya hampiri, eh benar saja dia si Xyz. Sudah lama kena stroke akibat pekerjaannya dan tekanan dari karyawan yang sejajar dengan dirinya. Karena terlalu lama akhirnya dia dipecat. Waktu awalnya melihat saya dia menunduk malu tidak berani memandang. Beda sekali dengan yang saya lihat hanya tidak sampai 10 tahun lalu. Segala kegagahannya dari usia mudanya hilang beserta kesombongannya. Untuk berbicara saja saya sulit mendengar dengan jelas dan untuk membayar biaya rumah sakit dia sudah jual segala hartanya habis habisan.

Image result for kasih sayang tanpa kekuatan kempo picture

Tadinya Mey Mey istri saya menarik saya untuk segera pergi dari situ tapi saya ingat ajaran bu Karina selama ini yang juga adalah ajaran Unisyn bahwa kita harus berusaha membantu mereka yang sedang susah. Salah satu ajaran komunitas ini: Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan sedangkan Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman; sebetulnya mengambil falsafah Shorinji Kempo. Saya tidak mau jadi orang yang zalim. Saya sengaja di depan Mey Mey menulis cek senilai Rp 50 juta untuk Xyz. Saya tahu Mey Mey sangat marah. Sepanjang hari itu dia berikan tatapan yang bagi anda sebagai suami pasti tidak mau melihatnya tapi disisi lain saya juga ada kewajiban mendidik istri saya untuk bermurah hati. Lagi pula, selagi mampu memberi senilai itu kenapa tidak? –mohon dicatat: tanpa ada sedikitpun unsur kesombongan disini. Saya tidak bisa lupakan waktu itu bagaimana xyz reaksinya waktu menerima cek itu. Air matanya jatuh tapi ada senyuman yang saya lihat dibibirnya. Itulah yang selalu dalam hidup saya tidak ternilai harganya; senyum seperti itu. Bukan senyum ketika saya sedang melucu. Beda. Jelas beda sekali.

f10623c0-2665-4ab2-858e-b361187b359c

Sampailah akhirnya dari hasil penilaian petinggi atau The Brdige Unisyn saya dinyatakan layak dianggap berada dalam keadaan Economically Free. Waktu itu dinyatakan tentu saya tidak kaget lagi. Kagetnya adalah waktu saya terima UI (Unstoppable Income) yang pertama meskipun nilainya masih kecil, tapi tetap saja itu UI. Saya direcognized bersama maju kedepan dengan mas Setia Kelana. Recognition saya cukup unik, karena teman teman para seniman menyumbang acara. Mulai dari band, tari tarian modern, dekorasi dari mas Timmy sampai sahabat saya yang kebetulan perupa membuatkan patung diri saya setengah badan. Setelah Setia menerima cery, saya heran ada badut yang menghampiri saya dan menyerahkan buah itu. Awalnya saya ragu untuk menerimanya tapi setelah dengar suaranya: ‘Nih, ambil, makan” baru saya ambil; ternyata bu Karina pakai kostum badut.

Weleh weleh…

picturetopeople.org-3d74c8a1320bc10460e6b811c1de3b8e46f9fa2da209164cba

Sonny’s Success Story

 

 

Sonny05

Author: Sonny Wahyu Wicaksono

    1. Joined: 1992
    2. Reference: HD Coach
    3. Coach: HD Coach
    4. Financial Independent 1999
    5. Financial Freedom 2000
    6. Time Freedom 2011
    7. Economically Free 2012
    8. SQ 12

 

Tulisan mengenai kisah hidup saya ini sedikitpun bukan dimaksudkan untuk memamerkan diri, tidak juga ada tujuan agar yang membacanya kemudian menjadi tertarik bergabung ke komunitas ini dan dengan sendirinya juga tidak dibutuhkan rasa percaya atau tidak dari para pembaca mengenai cerita ini. Semua dikembalikan kepada anda. Tujuan saya menuliskan ini murni sekedar agar bisa memberi motivasi dan renungan kepada siapapun setelah membacanya. Hanya itu saja.

Bisnis Pembangunan Perumahan

Selesai kuliah S1 di bidang arsitektur lansekap (land scape) di salah satu universitas swasta di Jakarta saya coba adu nasib, bukan di kota yang sama tapi di Bandung tempat kelahiran saya, meski asal kedua orang tua dari Surabaya. Saya coba buka usaha kecil kecilan bersama beberapa teman saya lulusan ITB dan universitas swasta lain di Bandung. Kami memasarkan jasa konstruksi kecil kecilan di segmen perumahan dari mulai peletakan batu pertama, pembangunan rumah, arsitektur, disain interior dan bagian saya di lansekap. Selain bangun perumahan juga terima order renovasi. Usaha ini awalnya berjalan lancar, cukup bisa membuat saya dan tim sering sering berwisata dari mulai Bali sampai Bangkok. Maklum kami waktu itu berlima semua masih lajang. Order proyek tidak hanya berasal dari Bandung tapi sampai seantero nusantara. Sayang kemudiannya usaha ini mandek bukan karena tidak ada order tapi akibat kisruh diantara kami soal bagi hasil. Singkatnya kami pecah, maju sendiri sendiri dan sudah tentu berakibat kejatuhan bersama karena para pelanggan lebih banyak yang memilih ambil kontraktor baru dari pada terus dengan kami yang masing masing bawa bendera sendiri sendiri.

 

Awal Mula Berlatih Uni-G

Coach saya dalam mencapai kesuksesan ini kebetulan adalah sahabat lama sejak kecil. Coach yang sama telah mengantar banyak siswa di komunitas ini mencapai keadaan sukses menurut definisi kami, apa yang kami sebut EF. Saya adalah siswa ke 3 setelah rekan Yvonne F Smith, Yuningsih Ambar dan sebelum Susi Rusanti. Sebetulnya murid pertama dari pelatihan ini bukanlah Yvonne melainkan Dewi Ratna, tapi berhubung Dewi tidak diizinkan oleh ‘ibu’ perwaliannya akhirnya siswi ke 1 jatuh ke gadis bule yang waktu itu usianya masih bawah sepuluh tahun. Meski Dewi tidak aktif mengikuti pelatihan, Dewi yang waktu itu berusia tidak jauh di atas Yvonne sangat banyak memberi masukan ke dalam panuduan menuju EF yang kemudiannya oleh Ningsih diberi nama Uni-G. Dewi juga sebagai sang penggagas agar sebaiknya pelatihan diberikan dalam bentuk PAUD – Pelatihan Anak usia Dini.

Saya coba melobby teman teman agar bersatu kembali. Sewaktu saya sedang berupaya ke arah itu saya bertemu dengan sahabat lama saya yang kemudiannya menjadi pelatih pribadi saya ini secara kebetulan di kantin mesjid Salman ITB tahun 1992. Keuangan saya di tahun itu betul betul paceklik. Untuk makan siang saya menyengaja pergi ke kantin tersebut karena harganya terkenal murah, meski letak posisi saya terakhir sebelum makan siang itu agak  jauh dari kantin itu. Waktu itu saya baru selesai bertemu dengan salah satu rekanan bisnis yang tadinya satu tim itu, tapi saya gagal mengajaknya gabung kembali. Saya sedang murung. Pemasukan tidak ada, memulai lagi dari nol sudah beberapa kali saya coba tapi gagal.

 

 

 

Ada sekitar sejam saya duduk di kantin itu dengan tatapan kosong, tapi sudah ada 2 bungkus rokok 234 yang masuk tong sampah, karena banyak batang rokok yang belum selesai dihisap sudah saya matikan dan ambil batang baru lagi, tapi saya tidak sadar lagi lakukan itu. Nah teman saya ini menepuk pundak saya dari belakang. Bikin kaget tapi saya senang sudah lama tidak ketemu. Katanya dia lagi cuti kerja dan lagi sengaja santai jalan jalan ke Bandung bersama sahabatnya yang tinggal di jl H Wasid di daerah Dago. Penampilan saya dan teman saya ini tentu tidak seperti sekarang. Dulu sahabat saya ini berbadan agak kurus, tegap dan sterek, otot ototnya terlihat gempal. Memang dulunya sahabat saya ini ikut berbagai macam bela diri termasuk ninjitsu. Suatu aliran bela diri yang di negara asalnya, Jepang, juga sudah langka ditemukan. Bagi dirinya dulu itu tiada hari tanpa latihan. Jadi setiap hari dalam seminggu penuh ia selalu ada saja di berbagai perguruan. Jangan lihat penampilannya sekarang, ia sudah berubah 180’, jauh jadi sangat sabar seperti bayi yang seakan akan sama sekali tidak bisa melawan.

Saya ceritakan kesedihan yang sedang saya alami. Sahabat saya antusias mendengarkannya. Setelah selesai barulah dia menanggapi dengan usulan yang waktu itu rada aneh, menurut saya. “Son, lo kan back groundnya tanam tanaman…” langsung saya cut meluruskan “land scape, bukan tanam tanaman”. Dia lanjutkan “whatever…gimana kalau lo coba usaha yang masih ada kaitannya dengan itu tapi bisa jauh lebih besar hasilnya?”. Tentu dong saya jadi tertarik dan ingin tahu apa itu. “Pernah dengar komoditi berjangka?” “Belum. Apa tuh?” Kemudian sobat saya ini menjelaskan terlebih dahulu mengenal apa yang dimaksud dengan Perdagangan Berjangka. Rupanya mirip dengan Forex, yang merupakan salah satu bentuk perdagangan berjangka selain juga indeks saham, emas, dll. Tadinya saya lebih tertarik pada Forex tapi dia mengarahkan saya pada bisnis ini karena dia bilang punya murid di Ambon yang dia suruh berbisnis di bidang forex. Murid? Saya tanya lagi apa maksudnya murid dan dia jelaskan dia sejak 4 tahun lalu, 1988 sudah menyusun semacam modul pelatihan menuju kesuksesan. Secara refleks saya sambung tanya makin penasaran “sudah ada yang sukses belum?” dan sobat saya ini dengan kalem jawab “ya lo itu nantinya…”. Terus terangnya waktu mendengar jawaban seperti itu reaksi saya sempat menundukkan kepala, bergumam dalam hati ‘sial, saya mau dijadikan kelinci percobaan’. Tapi teman saya ini memang dahsyat. Menurut saya meskipun sampai sekarang dia tidak pernah mengakui dirinya seorang motivator tapi saya beranggapan dia ini pandai memotivasi. Melihat saya nunduk dia miringkan kepalanya dan sambil sodorkan dekatkan mukanya lebih bawah dari muka saya hingga matanya bisa menatap mata saya. Lalu sambil bercanda “He kodok dekem, lo mau jadi pelaku atau pengekor? Kalau jadi pengekor ya sudah kita bicara yang lain saja sekarang…” Teman saya ini kenal betul watak saya yang tidak bisa ditantang seperti itu, maklum kenal dari kecil. Akhirnya saya menaikkan kepala lagi. Lalu sambungnya “lo ada 3 pilihan: jadi pengukir, bagian atau pembaca sejarah sukses…” “Maksud lo? Apa  itu?” . Dia menjelaskan “pengukir sejarah sukses ya orang sukses itu. Pembaca sejarah karena mereka tidak ada di tempat pada saat kejadian itu dan yang paling parah orang yang jadi begian dari sejarah. Dia berada di waktu dan tempat yang sama tapi dia ogah memutuskan untuk jadi pelaku sejarah”.

Akhirnya saya putuskan ikuti saja pelatihan program ini. Dulu belum ada namanya. Sebab saya pikir tidak ada ruginya mencoba.

Future Trading

Image result for future trading picture

Ternyata bisnis di bidang komoditi berjangka (Future Trading atau Future Komoditi) itu sudah jauh hubungannya dengan latar belakang pendidikan saya. Apa yang hampir sama cuma ‘tanaman’nya. Kutu kupret memang, dipaksakan sama agar saya mau berbisnis ini. Sesuai dengan istilahnya, bisnis ini memang merupakan sebuah perdagangan di masa depan; yaitu sebuah komoditas yang dijual namun baru akan ada wujud komoditasnya itu nanti di masa yang akan datang. Gambaran sederhananya adalah seorang petani besar menjual padi yang akan dipanennya kepada pihak lain meskipun padinya saat ini sedang atau malah belum ditanam. Namun dia menjual padi itu dengan harga hasil panen nanti. Sebab diperkirakan dalam waktu 3 bulan, padi yang akan dihasilkan dari sawahnya akan mencapai 1 juta ton. Maka saat ini dia sudah menjual padi dengan kuantitas 1 juta ton dan telah menerima uangnya saat ini pula.
Pihak pembeli secara hukum adalah pemilik 1 juta ton padi yang dalam waktu 3 bulan lagi akan segera terwujud. Namun sebenarnya pihak pembeli sama sekali tidak butuh padi sebanyak 1 juta ton. Surat pembelian / hak atas padi 1 juta ton itu pun ditawarkan kepada pihak lain, tentu saja dengan harga yang lebih tinggi.
Pihak lain akan menaksir kira-kira berapa harga 1 juta ton padi pada tiga bulan ke depan. Bila menurut analisa konsultan bahan pangan, harganya akan melambung naik tiga bulan lagi, maka dia pun akan membelinya dari bursa komoditi itu. Demikianlah kepemilikan padi 1 juta ton itu akan berpindah-pindah dari satu tangan ke tangan lain, antara sekian banyak pialang future komoditi.
Jadi Perdagangan Berjangka adalah merupakan perdagangan kontrak yang telah dibakukan serta dilakukan standarisasi oleh bursa. Sumberdaya dan produk-produk tersebut diperdagangkan pada bursa komoditi dan bursa di atas meja (over-the-counter), yang mana komoditi tersebut dibeli dan dijual dalam kontrak yang telah distandarisasi antara lain di segi kuantitas, kualitas, serta tanggal penyerahan  komoditas. Sehingga jika terjadi suatu transaksi baik beli ataupun jual melalui kontrak berjangka, maka yang disepakati hanyalah harga dari komoditas tersebut. Apa yang membedakan perdagangan berjangka dengan perdagangan yang umum dikenal adalah komoditas yang diperdagangkan digantikan dengan kontrak.

Image result for commodity trading

Komoditinya merupakan sumberdaya dasar dan mentah atau produk-produk primer seperti logam, energi dan produk-produk pertanian. Lelang terbuka, yang melibatkan para trader bertatap muka pada ruang perdagangan, merupakan metoda utama dari perdagangan tersebut sebelum diperkenalkannya sistem perdagangan elektronik yang sudah lazim saat ini. Peserta perdagangan komoditi terdiri dari koperasi pertanian yang melindungi hasil panen yang rendah hingga perusahan minyak dan para spekulan pasar.

Di zaman yang maju sekarang ini perdagangan dunia sudah menjadi hal yang lazim dimana seorang pembeli dan penjual melakukan transaksi dan antara keduanya dipisahkan jarak siang dan malam. Jenis-jenis transaksi jual beli telah merambah ke wilayah yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan dalam benak orang dahulu. Adanya kemajuan fasilitas alat komunikasi menjadikan bumi ini hanya sebuah bulatan kecil saja.

Akan tetapi meski kita sudah memiliki sistem yang canggih, kontrak-kontrak komoditas yang sudah bagus, kalau orang tidak mengenal dan mengerti apa itu perdagangan berjangka, maka tidak ada orang yang mau bertransaksi. Faktanya beberapa pengusaha komoditas, contohnya batu bara belum mau memanfaatkan sarana hedging untuk harga batu bara yang sangat fluktuatif. Itu karena mereka tidak mendapatkan informasi lengkap tentang kedua bursa tersebut. Sungguh disayangkan, hingga kini masih banyak ada ketidaktahuan soal itu.

Tidak kalah penting adalah bagaimana melakukan pengembangan bursa berjangka karena bursa kita masih jauh tertinggal dibandingkan dengan bursa lainnya di Asia seperti di Singapura. Malaysia, India, China. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan secara all out. Salah satu upaya ke arah itu adalah melakukan kerja sama dengan bursa-bursa luar negeri. Ke depan kita berkeinginan agar bursa berjangka Asean dapat men|adi pusat referensi harga untuk komoditas-komoditas strategis seperti crude palm oil (CPO), karet, kakao, batu bara, dll.


Sebagaimana halnya perdagangan saham dan forex, motivasi pembeli future komoditi tidak hanya semata-mata hubungan antara penjual dan pembeli, namun lebih dari itu. Pembeli bukan semata-mata berniat untuk membeli barang, namun berniat untuk berdagang atau menjualnya kembali dengan melihat fluktuasi harga. Dengan hitungan tertentu, pada saat harga barang rendah, dia akan membeli sebanyak-banyaknya. Sambil memperkirakan kapankah nanti harga barang akan naik sesuai dengan usia panen tanaman itu. Bila tiba waktunya, pada saat harga barang tinggi maka ia melepas surat tanda kepemilikan barang. Begitulah berpindah-pindah dari satu orang ke-orang lain menjual surat berharga tersebut tanpa mengetahui barangnya. Unsur penambahan/kenaikan harga atau penurunan/pengurangan harga setelah transaksi dan pembayaran dilunasi disebut capital gain, sama seperti dalam bursa saham.

Memulai Bisnis Komoditi Berjangka

Terpaksa saya harus bolak balik Jakarta Bandung sebab bisnis ini baru dilakukan di Jakarta waktu itu.

Dalam konsep Uni-G dikenal jurus 4P4S (4 Pillars for Success), diantaranya kita dalam tindakan apapun, tidak terbatas dalam bisnis, harus MASTERING pada tindakan kita. Kalau mau hebat di silat kita harus jadi pendekar dan kalau mau hebat di marketing kita harus ‘Get your Black Belt in Marketing” seperti salah satu judul buku wajib baca di perguruan karangan Ali Pervez. Harus ada: 81 Power Moves to Outperform, Outmaneuver, dan Outsmart the Competition. Demikian juga di bidang komoditi trading ini ada banyak ilmu dan alat yang perlu kita kuasai. Kita harus ketahui tingkat overbought dan oversold. Kita melakukan ini dengan mengukur hubungan antara harga dan sebuah moving average (MA), atau secara lebih spesifik, adalah deviasi normal dari rata Commodity Channel Index (CCI). CCI adalah sebuah oscillator yang aslinya dikembangkan oleh Donald Lambert dan masuk kedalam bukunya dengan judul Commodities Channel Index: Tools for Trading Cyclical Trends. Sejak dikenalkan, indikator ini telah mendapatkan popularitas dan saat ini adalah alat analisa teknikal umum yang digunakan trader dan investor untuk mengidentifikasi tren siklus, bukan hanya untuk komoditi tetapi juga saham dan mata uang.

Rumus CCI: (Typical Price – Simple Moving Average)/ (0.015 x Mean Deviation)


Asumsi yang mendasari indikator ini adalah bahwa komoditi (saham dan mata uang juga) bergerak dalam sebuah siklus, dengan harga tertinggi dan terendah terjadi pada sebuah interval waktu. Jurus jurus lainnya kita perlu tahu buat tradiing plan dan money management plan, tahu risk to reward ratio, t
ips tips dalam menganalisa, Risk Management, bisa mengenali price pattern (Head and shoulder, Inverse head and shoulder, Double top & double bottom, Triple top & triple bottom, Symmetrical triangle, Ascending & descending triangle); mengenali Indikator teknikal seperti Moving average (MA), Relative strength index (RSI), Stochastics Oscillator, Fibonacci Retracements sampai Strategi manajemen modal seperti Pyramiding, Martingale – Anti-martingale.

Image result for commodity trading

Agar tidak terlalu teknis, jika anda kemudiannya menanyakan apakah karena penguasaan teknik dan tools seperti formula di atas itulah yang menjadikan saya berhasil bisnis di bidang ini? Jawabnya tidak. Sebagaimana rekan Susi pernah menjelaskan, sama halnya di bidang ini bahwa faktor logic dan intuisi berperan besar dalam judgement kita kapan suatu komoditi akan naik atau turun. Selanjutnya intuisi selain diperoleh dari pengalaman juga berdasarkan 6th sense. Apa jadinya di tahap awal ketika pengalaman kita di bisnis ini masih nol? Bisakah intuisi digunakan? Ataukah membiarkan diri kita banyak tabrak sana tabrak sini? Penguasaan indra ke6 sebagai short cut, semacam penggunaan franchise dalam melakukan suatu bisnis yang belum kita kenal. Adanya franchise membuat kita langsung ‘jago’ di bidang usaha tertentu karena sudah ada bimbingannya. Contohnya jika kita mau buka usaha makanan dengan adanya franchise bisa dihindari adanya acara ‘gosong’ dulu karena belum pintar masak. Demikian juga adanya kemampuan 6th sense dalam Future Trading. Pandangan kita seaman akan bisa ‘seeing things’ menembus ke depan, tidak hanya ukuran bulan tapi bisa dalam tahun. Lalu bagaimana kita bisa memiliki kemampuan indra ke 6 itu? Pada dasarnya semua manusia di muka bumi ini sudah memilikinya, tinggal bagaimana mengaktifkannya. Bagaimana mengaktifkannya? Diajarkan di komunitas ini, melalui perguruan, dengan nama Optimizer.

Pertanyaan kemungkinan selanjutnya, apakah dengan penggunaan 6th sense itu berarti jaminan kita tidak berbuat kesalahan sama sekali? Tidak. 6th sense membantu mengurangi resiko kegagalan tetapi bukanlah berarti meniadakannya. Apa yang membedakan antara orang yang satu dengan lainnya yang sama sama memiliki kemampuan 6th sense adalah sejauh dan sekeras manakah orang yang satu dengan lainnya berlatih mengasah 6th sense yang dimilikinya. Pelatihan Optimizer (HBO) di perguruan US adalah teknik mengasah 6th sense.

Pertanyaan selanjutnya, apakah saya pernah gagal di bisnis ini? Saya jawab: sering! Bahkan pernah dengan besaran uang hilang yang tidak masuk akal saya, juga mungkin bagi anda. Ratusan juta pernah, milyarpun pernah. Kenapa itu bisa terjadi? Bukankah saya katanya sudah menggunakan 6th sense? Betul sekali. Tapi kesalahan fatal saya dan selalu itu lagi, kesalahan yang sama itu lagi saya lakukan akibat tidak mendengar instruksi pelatih saya. Suatu faktor klasik tetapi krusial: tidak bisa mengendalikan diri sendiri! Saya sudah bisa menebak dengan tajam poergerakan trend komoditas, tapi beberapa kali membuat saya lupa diri dan….serakah. Itulah dia, greedy.

Singkat cerita lagi setelah saya alami banyak kali jatuh bangun akhirnya berhasil membangun aset yang luar biasa besar (bagi diri saya) dan perlahan mendekati keadaan Financial Independent. Namun sekali lagi saya bandel tidak ikuti apa kata pelatih. Kali ini indikator sukses pertama saya tidak indahkan, yaitu Healthiness. Begitu saya punya uang banyak, saya seaman seperti balas dendam. Sebab apa yang dulunya saya harus hitung kini mulai leluasa bebas, termasuk makanan. Kembali saya tidak bisa kendali diri dalam makanan. Apa yang selama itu diajarkan pelatih saya: Makan untuk hidup bukannya hidup untuk makan, saya malah pilih yang terakhir – hidup untuk makan. Setiap kali saya ditegur pelatih setiap kali itu juga saya cuek saja. Ujungnya bisa ditebak. Saya kena jantung koroner. Penyakit ini menyulitkan saya dalam beraktivitas karena untuk jalan sejauh 1 meter saja butuh perjuangan dan waktu tempuh yang lama dibanding orang normal.

Akhirnya waktu saya dirawat di RS Boromeus sebetulnya saya sengaja tidak mengabarkan ke pelatih saya karena malu sudah tidak patuh ditambah lagi malu karena apa yang selalu jadi bahan teguran darinya terbukti, tapi diam diam istri saya memberitahukan. Saya kaget waktu teman saya ini muncul tiba tiba dengan senyumnya yang khas disertai gurauan. “Gimana boss? Sepertinya masih kurang banyak deh makan rich food-nya…”. Lebih ‘jahat’nya lagi, saya tahu dia bukan perokok tapi sengaja di depan saya merokok. Pastinya dia tahu bahwa saya sudah tidak boleh lagi merokok. “enak yah rokok ini….”katanya sambil meledek tapi karena tidak biasa merokok langsung dia jadi terbatuk batuk. Segera saja kesempatan saya balas “mudah mudahan jadi batuk beneran” dan dia ketawa saja.

Sayangnya saya ini termasuk orang yang lambat belajar dari kehidupan. Menginap di rumah sakit belum buat saya jera meski jalan sudah tertatih tatih. Di titik dimana saya memulai ‘growth’, penghasilan dari bisnis terus dan terus menanjak, waktu dimana pula saya seperti ‘balas dendam’ makan tidak kira kira dan tidak ada pantang. Padahal sudah jelas saya tahu bahwa di perguruan Uni-Syn berpantang makanan itu sudah termasuk dalam program pelatihan. PLUS banyak kata kata bijak yang harus diikuti seperti:  Makanlah sebelum engkau lapar dan berhentilah sebelum engkau kenyang.

Saya punya pengalaman yang ingin saya share di sini…

Kita maju beberapa tahun sejenak di tahun 2001, kemudiannya balik lagi ke tahun 1998. Saat itu adalah awal musim dingin di daerah East Coast, saya sedang di New York untuk mengecek keuangan saya di bank. Salju turun sangat tebal. saya sering merasa lapar walaupun sudah makan. Disini saya bertemu dan berkenalan dengan Maribel. Dia adalah siswi yang baru masuk ke perguruan Uni-Syn. Dia tinggal di Boston, Massachussets. Dia ini adalah orang yang hidupnya sangat teratur baik sebelum maupun sesudah menjadi murid perguruan. Dia sering harus nyetir menempuh jarak yang jauh hingga ke New York untuk berbelanja kebutuhan bahan makanannya sekalian menemui kedua orang tuanya yang tinggal dan bekerja di New York. Suatu ketika saya di undang Maribel  yang berdarah Filipina-Indonesia itu untuk makan malam di apartemennya di Boston. Dia akan menyajikan berbagai masakan campuran Filipina dan Jawa. Sekedar info, di perguruan merupakan kewajiban mutlak bagi setiap siswi yang belajar agar harus bisa memasak dan menjahit. Sedangkan para siswa diwajibkan bisa membetulkan rumah dan perlengkapan rumah tangga. Singkatnya saya benar-benar tidak menyia-nyiakan undangan itu. Saya meluncur ke sana, New York – Boston yang berjarak sekitar 190 mil (305 km) dengan pesawat, tidak seperti Maribel yang lebih suka pakai mobil nyetir sendiri.

“Wah pak Sonny kok seperti orang kalap yang tidak makan seminggu ya”, kata Maribel sambil tersenyum melihat saya melahap makanan seperti vacuum cleaner. Tanpa basa-basi, saya menjawab, “Saya sudah lama tidak ketemu makanan seperti ini, zust.” (Zust panggilan untuk rekan siswi perguruan. Broer panggilan untuk siswa).

Lalu Maribel mengutip hadis nabi yang cukup bisa membuat saya malu berat, sebab dia ini di tahun itu baru saja mengenal Islam , “Makanlah sebelum engkau lapar dan berhentilah sebelum engkau kenyang.” Dia malah bisa menjelaskan lebih lengkap yang pada initinya adalah, “Makan lebih sering dengan porsi kecil akan membuat proses metabolisme terjaga dan memberi kepuasan perut kita.” “Sayangi diri sendiri” lanjutnya lagi. “Kalau bukan kita sendiri yang menyayangi lalu siapa lagi?” Kata gadis yang setelah dirubah sub conscious mind-nya oleh coach saya hingga bisa berubah frontal dari yang penakut kemudiannya menjadi pecinta Extreme Sports!

Barulah kata kata dari gadis yang di perguruan dijuluki ‘mbah maribel’ ini (plesetan dari alm mbah Marijan) saya terbuka matanya.  Akhirnya saya coba setiap 3 jam saya makan sebagian makanan yang tidak banyak. Saya teringat dan ikuti apa yang pernah dikatakan oleh Maribel, yunior di perguruan. Padahal coach saya sudah pernah mengajarkan demikian, persis sama. Ternyata makan sebelum lapar memang tidak membuat kita ingin makan terlalu banyak, lha wong memang belum lapar. Hasilnya? Perut juga jadi tidak terasa penuh/kenyang!

picturetopeople.org-7afeb80caaf5b0371d9c68ba48e5e3a3168803e8ef21e94b29

Maribel di Boston

Lalu waktu ketemu coach di Jakarta saya ceritakan pertemuan saya dengan Maribel berikut saran dari dia. Coach saya Cuma geleng geleng kepala saja sambil berkata: ‘kalau gue yang bilang lo ogah ikutin ya’. Sebelum dia sempat bicara ini itu saya tanyakan lagi program diet alat Uni-Syn. Sebab program ini baru dimasukkan ke kurikulum setelah selesai disusun oleh alm bu Karina Young di tahun 1992. Jadi saya merasa sudah berlatih jauh sebelum itu dan timbul rasa gengsi mempelajarinya.  ‘apa donk yang boleh dan tidak boleh dimakan?’ tanya saya ke coach. ‘ Yah apa yang biasa kamu makan!’ jawabnya.

Jadi maksudnya kalau kita biasa makan nasi goreng pada pagi hari, coba sisakan setengahnya untuk kita makan lagi sekitar 2- 3 jam sebelum kita makan siang. Niscaya pada saat jam makan siang perut kita tidak akan merasa terlalu lapar, tapi tetaplah makan siang. Kalau makan siang adalah bukan dari sisa makan pagi, pastikan setengahnya untuk disisakan, untuk kita makan 3 jam setelah makan siang itu, dan seterusnya.

Kalau kita bisa mencoba dalam 2 bulan merubah pola makan kita dari 3 kali menjadi 5 – 6 kali sehari, itu sudah bagus. Apabila kita sudah mulai terbiasa dengan pola makan tersebut, berikutnya adalah untuk mulai mencanangkan campaign untuk mengurangi gula atau mengurangi garam untuk 2 bulan berikutnya. Saya bukan mengatakan tidak sama sekali, tapi kurangilah.

Ada banyak referensi yang kita bisa baca untuk memilih makanan yang lebih sehat tetapi apa yang lebih penting untuk memulai pola makan sehat menurut saya adalah untuk membangun kebiasan baru, dan memulainya dari hal yang kita mampu lakukan dulu. Uni-Syn harus dimasukkan sebagai WAY OF LIFE.  Cara berlatih di Uni-Syn tidak perlu secara drastis karena mindset kita dan tubuh kita butuhkan waktu untuk menyesuaikannya.

“It is not what you eat but how you eat it!”

Kejadian sakit itu agaknya belum cukup jadi ujian dari Tuhan buat saya. Tidak lama setelah keluar dari rumah sakit istri saya buat keputusan yang bagi saya bagai petir di siang hari: minta diceraikan. Alasannya tidak masuk akal; tidak ada kecocokan. Aneh, tapi saya tahu sebab yang sebenarnya.

Setelah beberapa tahun punya bebas finansial, kehilangan istri dan anak, saya memutuskan mengucilkan diri dan disetujui oleh coach saya. Alasan saya pergi ke Kepulauan Mauritius agar bisa fokus menyembuhkan diri saya. Kadang kadang saya ke New York untuk mengecek keuangan saya di bank dan sekaligus bertemu dengan bankir disana. Keadaan fisik saya berangsur angsur pulih meski belum bisa seperti dulu tapi saya yakin pasti suatu saat bisa kembali lagi. Dari latihan Optimizer itulah media penyembuhannya. Saya tidak hanya mengakui kedahsyatannya, tetapi juga rasa terima kasih yang tak terhingga kepada pelatih saya yang sudah saya anggap sebagai saudara.

Image result for mauritius island

Mauritius Island

Kini saya hidup sendiri di suatu daerah atau negara yang untungnya berpenduduk ramah sekali. Saya mulai punya banyak teman. Tentu saya terkadang masih suka mengingat ingat masa masa saya dulu waktu istri dan anak saya masih disamping. Betullah apa yang pernah dikatakan pelatih, bahwa sesuatu itu sering kali baru bisa kita hargai bila sudah tidak ada. Contoh seperti keadaan sekarang ini. Uang ada, tapi sekalipun lebih dari cukup untuk bisa membeli tiket pesawat buat anak saya tetapi uang tidak bisa membeli anak saya. Dia lebih suka berada dekat ibunya meskipun sudah dengan bapak baru sekarang.

eb9fb-setia33

Rekan sesama EF yang sudah mengunjungi saya disini baru Setia Kelana. Teman teman yang lain seperguruan bukannya mereka tidak mau atau tidak sanggup tapi kami terikat dengan peraturan perguruan yang disebut ‘Cross Crewing’. Peraturan dari guru kami sangat ketat tapi sudah sering terbukti kebenarannya. Kami ketahui banyak kelompok jadi tercerai berai akibat personilnya tidak patuh soal yang satu ini dan beberapa peraturan lainnya. Kami para siswa asalnya saling tidak kenal satu sama lainnya dan sebetulnya kalau karena tidak adanya kemunculan Equitas Club kami tidak akan pernah saling bertemu muka. Kemudiannya setelah kami semua lepas dari Klub ini keadaan hubungan kami dicoba dikembalikan oleh guru

Setia Kelana

besar seperti sebelumnya. Tentu bukanlah berarti memutus tali  silaturahmi, kontak jarak jauh tetap dilakukan melalui dunia maya tetapi prioritas kami masing masing bukanlah untuk mempereratnya. Sepertinya aneh ya. Itulah kami, para siswa perguruan. Sekarang ini kami difokuskan masing masing untuk mengejar ketertinggalan kami dalam hal mendekatkan diri kepada Tuhan, keluarga, tetangga yang dekat dan jauh kemudian membantu orang orang susah sesuai ajaran agama masing masing. Bukannya berarti kami saling melupakan teman teman sesama perguruan. Hidup ini begitu singkat. Kita hanya diberi Tuhan 24 jam sehari. Harus pandai memilah milah prioritas penyediaan waktu. Dari pada bertemu teman teman sesama EF hanya untuk berhaha hihi akan jauh lebih baik berwisata bersama keluarga atau banyak berdoa dan beribadah atau berada dan membantu orang orang susah. Begitulah gambarannya. Bisalah kiranya dibayangkan. Untuk bertemu dengan sesama teman perguruan yang sudah EF saja kami tidak luangkan waktu, apalagi….. Namun kami semua para siswa akan senantiasa siap terbang meluncur ke tempat coach kami kapanpun beliau meminta untuk menemuinya.

Berulang kali mengajak sahabat saya yang sekaligus pelatih saya itu untuk berkunjung ke sini, tapi tidak pernah berhasil. Tiket pernah sudah saya sediakan dan saya serahkan langsung ke tangannya tapi dia tetap saja tolak. Selalu juga alasannya nanti saja kalau dia sudah mampu beli tiket sendiri untuk kesana. Memang susah, orangnya punya prinsip dasar yang kuat.

Terakhir saya mengutip pribahasa terkenal di kalangan Mauritian:

“La vie est un long fleuve qui mene a la mort. La survie est une goutte d’eau dans le desert… le fleuve ne quittera jamais son lit pour sauver cette goutte d’eau.”

“The life is a long river which leads to death. Survival is a drop of water in the desert… the river will never leave its bed to save this drop of water.”

Dalam doa saya kepada Allah swt tidak pernah absen berterima kasih telah ada seorang yang membuat saya survive hingga menjadi seperti sekarang ini; yaitu sobat saya yang juga pelatih saya – my successful life coach.

 

 

Lily Success Story Part 1

Image result for kalimantan picture

Kalimantan dikenal pulau yang indah nan subur, pulau yang memberikan berkah berlimpah berkat sumber daya alamnya yang kaya. Pulau yang dimiliki oleh tiga Negara sekaligus ini merupakan salah satu pulau terbesar di dunia.

Meskipun demikian pulau besar ini tidak sepenuhnya memberikan berkah bagi penduduk sekitarnya. Banyak persoalan keuangan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang hidup di Kalimantan. Banyak dari penduduknya yang tidak memiliki pekerjaan walaupun sadar tanah yang mereka pijak telah memberikan triliunan Dollar kepada pemerintah dan sebagian pengusaha.

Image result for singkawang

 

Bagi mereka yang mendapatkan pekerjaan di negeri tetangga, itu adalah sebuah berkah, tapi bagi mereka yang tidak punya pilihan karena tidak dapat bekerja, hanya mengandalkan satu hal, yakni diri mereka sendiri untuk dikorbankan. Itulah yang terjadi pada gadis-gadis Kalimantan yang banyak terjadi di sebuah daerah Kalimantan Barat, Singkawang, tempat saya dilahirkan di tahun 1975. O ya, saya perkenalkan diri dulu, nama saya Lily Florencia. Saya akan menceritakan perjalanan hidup saya menuju sukses. Dimulai sejak saya berkenalan dengan seseorang yang saya anggap pahlawan karena telah membawa saya kekesuksesan, Financial Freedom (FF) dan dalam waktu dekat akan saya capai EF. Dialah trainer yang melatih saya Uni-G (Universal Synergy), X-over Life Survival Training Program di tahun 1990; 2 tahun setelah dikenalkan ke rekan Mad Jo (Dewi) atau 5 tahun sebelum rekan Susi mengenalnya. Ya, saya termasuk yang beruntung memperoleh bimbingan langsung dari Tokoh Perguruan.

Liy02

Singkawang memang kota yang unik, hampir sebagian penduduknya secara garis besar adalah warga keturunan China yang telah hidup di Indonesia selama beberapa generasi dari nenek moyang mereka. Banyak dari mereka yang bekerja sebagai petani, nelayan dan pedagang. Sayangnya, tidak semua penduduknya hidup seperti layaknya keturunan China di beberapa Negara atau kota yang hidup mewah ataupun sederhana. Banyak dari penduduknya hidup dibawah garis kemiskinan yang sangat menyedihkan.

 

Gadis-gadis keturunan Cina disebut Amoy; julukan bagi gadis-gadis keturunan China yang belum menikah. Boleh dikatakan Singkawang memang indentik dengan julukan lain kota Amoy selain kota seribu kelenteng. Parahnya, singkatan itu tidak semuanya berujung baik, Amoy Singkawang indentik sebagai gudangnya pria-pria yang ingin mencari istri secara instan. Pernikahan sepertinya sudah menjadi impian bagi gadis-gadis singkawang untuk mengubah garis hidup mereka yang miskin dengan harapan ketika menikah nanti, sang suami bisa mengubah semuanya. Lucunya lagi, keinginan gadis-gadis Amoy itu menjadi ladang bisnis yang subur bagi segelintir orang untuk mendirikan kantor agen biro jodoh. Jadi selain kantor agen biro tenaga kerja, agen biro jodoh ala makcomblang modern, kini sangat banyak tumbuh subur di Singkawang.

Image result for amoy singkawang

Keinginan besar untuk segera lepas dari garis kemiskinan membuat banyak gadis-gadis singkawang mendaftarkan diri ke Biro jodoh untuk dicarikan suami tanpa pernah merasakan cinta. Melihat fenomena itu, tidak heran begitu banyak para orang tua yang berharap melahirkan anak perempuan daripada laki-laki. Padahal tidak semua gadis Amoy yang menikah dengan pria di luar Kalimantan itu menjadi kaya seketika karena latar belakang pria yang akan menikahi gadis Amoy tidak selalu jelas. Gadis Amoy memang menjadi idaman bagi pria-pria asing untuk dinikahi, selain terkenal dengan tekun dan pekerja keras. Gadis amoy juga terkenal dengan rasa hormat serta pengorbanan yang tinggi kepada orang tua mereka.

Image result for amoy singkawang

Padahal, uang yang didapatkan dari hasil pernikahan itu tidaklah seberapa besarnya.
Kalau seorang gadis Amoy yang menikah, biasanya paling akan mendapatkan mahar nikah dari suami yang berkisar antara 5-20 juta. Dengan uang sebanyak itu, maka sang anak gadis sudah resmi terjual kepada pria yang meminangnya. Celakanya dalam tradisi kebudayaan China, anak gadis ketika menikah dianggap telah lepas dari garis keturunan keluarga, itu terlihat dari hilangnya marga sang gadis mengikuti suami.


Banyak orang tua yang berpikir pendek untuk tanpa ragu menikahkan anak gadisnya ketika menginjak usia 14 tahun. Padahal tidak semua pernikahan itu berujung bahagia, bisa jadi malah menjadi petaka. Saya punya teman sekampung namanya Kim Giok. Dia terpaksa menikah dengan pria Taiwan karena ingin membantu orang tuanya yang miskin. Si Kim menikah disaat usianya 14 tahun. Orang tuanya hanya petani serabutan. Ia mendaftarkan dirinya ke agen biro jodoh setempat. Hanya seminggu setelah mendaftar, ia sudah dilamar oleh pria Taiwan berusia 30 tahun atau dua kali lipat umurnya. Dengan mahar sebesar 10 juta, ia pun menikah dan merantau ke negeri suaminya. Awalnya ia berpikir kalau suaminya adalah orang kaya yang akan mengubah hidupnya, ternyata ia salah. Suaminya berbohong tentang semua kekayaan yang pernah dikatakan. Ketika tiba di Taiwan, ternyata sang suami hanyalah pedagang ikan yang berjualan di pasar. Kalau sudah begitu, Kim tidak punya pilihan selain ikut kepada suaminya, ia tidak bisa lari karena kendala bahasa dan lingkungan yang asing baginya. Pernikahan itu seolah hanya untuk membuat suaminya memiliki pembantu, terbukti dengan betapa beratnya hidup Kim mengikuti suami. Ia harus membantu berdagang dan mencari ikan di laut. Hatinya miris dan ingin lari dari keadaan tapi tak berdaya, pasportnya ditahan sang suami. Demi membahagiakan orang tua, ia pun terpaksa menutupi semua kesedihan hatinya. Setiap bulan hasil keringat kerjanya dikirim kepada orang tua. Itupun hanya kalau sang suami berbaik hati memberikan uang.